Pesta pernikahan Dave dan Audrey di gelar di atas sebuah kapal. Mereka hanya menyebarkan sembilan ratus undangan untuk kedua belah pihak. Kapal berangkat tepat jam delapan pagi menuju tengah lautan. Gina datang dengan perut besar bersama suaminya, Frans.
"Aku gugup, Gina."
"Hei... kau cantik sekali, apa yang kau takutkan?"
"Entahlah."
"Kemari," kata Gina lalu meraih tangan Audrey membawa keperutnya.
Audrey termenung. "Dia bergerak," katanya dengan senyum terpesona.
"Dia sedang memberimu kekuatan."
Audrey hanya tersenyum mendengarnya.
"Takut?" Tanya Gina. Audrey mengangguk. "Keluarga besar Dave sangat baik, jadi tidak ada yang perlu kau risaukan."
"Benarkah?"
Seluruh acara berlangsung lancar, dan sekarang Dave dan Audrey sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Dave mencium bibir istrinya dengan mesra dihadapan para tamu undangan dan keluarga.
"Istriku," bisik Dave membuat Audrey merona. "I love you."
"I love you more."
"Haruskah kita tinggalkan pesta ini? Gaunmu membuatku tidak tahan."
"Apa kau gila?" Bisik Audrey dengan suara tertahan.
"Hahaha."
Dave kembali mencium bibir Audrey. Suara sorakan memenuhi seluruh ruangan. Namun disisi lain, seorang pria yang berdiri di samping Mecca terus menatap Sarah, sekretaris Dave.
"Kau kenal dia, paman? Sedari tadi kau terus melihatnya," Tanya Mecca penasaran. Pria itu tidak menjawab dan langsung meninggalkan Mecca.
"Ya! Kau berjanji akan menemaniku!" Teriak Mecca, tapi tak terdengar karena terhalang ramainya acaranya.
Sarah terlihat panik, dia akan melarikan diri tapi banyaknya orang menghambatnya dan tangan pria itu berhasil mencegah Sarah.
"Kau ingat aku?"
"Ka... kau siapa?" Tanya Sarah takut.
"Kau masih mengingatku," katanya sambil menatap tajam mata Sarah.
"Lepaskan tanganmu. Sakit!" Hardik Sarah kesakitan. Entah karena lengannya yang sakit karena eratnya genggaman pria itu atau justru karena hatinya yang terasa sakit karena pertemuan mereka. Sebelumnya Sarah sudah menduga akan bertemu dengan dia di sini, tapi dia tidak menyangka harus bertemu dengan pemandangan seperti ini. "Istriku sedang melihat kita! Lepaskan Marc!"
"Hah! Kau jelas-jelas masih mengingatku."
"Lepas! Dia melihat kita! Aku tidak ingin dia salah paham!"
"Siapa maksudmu?" Tanya Marc bingung. Mata Marc menoleh menatap menuju arah yang sama dengan mata Sarah. "Hahaha. Kau pikir aku pedofil? Dia keponakan aku."
"Siapapun itu, lepaskan tanganmu."
"Berjanjilah tidak akan melarikan diri."
Sarah mengangguk. Dia memijat-mijat lengannya yang memerah karena ulah Marc.
"Ikut aku," pinta Marc. "Jangan coba melarikan diri."
Sarah mengikutinya. Marc berhenti di main deck, di mana tidak banyak orang di sana. Angin sore membawa mereka menuju ingatan dari masa lalu.
:::::::dua tahun yang lalu:::::::
Sarah kembali meneguk cocktail ditangannya. Dia sama sekali tidak berniat turun untuk menikmati musik. Matanya tiba-tiba tertuju pada pria yang baru saja akan naik tangga bersama teman-temannya. Mata mereka bertemu, dan terkunci seketika.