Part 24

312 10 0
                                    

Wajah Marc kacau. Tidak terurus, jenggot dan jambangnya tumbuh bebas tak terurus, kulit wajahnya semakin kusam, potongan rambutnya tampak mengerikan. Bahkan tanpa diduga-duga dia menangis tanpa alasan. Bahkan pelayan sempat ketakutan saat melihatnya menangis keras-keras ketika membawakan makanan. Dokumen yang di bawa Juan masih menumpuk di atas meja tak tersentuh.

Bu Maggie selalu datang, menghiburnya tapi tidak berhasil. Dia berjanji akan mendapatkan wanita yang lebih baik dari Sarah, tapi justru membuat putranya semakin marah.

"Sarah tidak mau lagi menemuiku Ma. Semua karena Mama. Dia tidak lagi tinggal di sana. Dia masih bekerja dengan Dave, tapi aku sama sekali tidak bisa menemuinya. Dave si brengsek itu berani sekali menyembunyikan Sarah. Aku tidak bisa Ma. Aku lebih baik mati jika kalian tidak mengijinkan aku dengan Sarah," berontak Marc.

Bu Maggie tercengang. "Baik. Mati. Mati saja. Mama lebih rela kau mati jika dibandingkan harus bersama wanita itu."

Bu Maggie bangkit, hendak meninggalkan Marc.

"Mama!" Teriak Marc. Bu Maggie berhenti. "Apa salah Sarah Ma? Apa salah dia? Dia tidak memintaku bertanggung jawab atas kecerobohanku. Apa salah jika dia lebih memilih melahirkan daripada abosrsi Ma? Sarah wanita yang sangat baik Ma. Toloooong."

"Tidak akan Marc. Mama yang membesarkan kamu, Mama tahu yang terbaik untukmu. Satu minggu lagi kau akan bertemu dengan putri sulung keluarga Smith. Bersiaplah. Rapikan dirimu."

Bu Maggie berjalan kembali.

"Mama tahu? Sarah baru saja kehilangan putrinya? Anakku. Cucu Mama."

Bu Maggie berhenti, dia tidak menoleh, tapi pundaknya terlihat terhentak, namun sesaat kemuadian dia berjalan lagi. Meninggalkan Marc di sana.

"Mamaaaa!!!" Teriak Marc.

***

Hening.

Para pelayan yang melewati kamar Marc merasa ada yang aneh. Tidak biasanya kamar itu terasa sunyi. Tidak ada tangisan, perlawanan lagi dari Marc agar pintu kamarnya di buka.

"Aaaaaaa!!! Toloooooooong!!! Tuan mudaaaaa!!!" Teriak salah seorang pelayan yang membawakannya makan malam.

Seluruh orang yang mendengar teriakan itu mendekat, termasuk Pak Nathan, ayah Marc.

"Marc, Marc. Bangun Marc," kata Pak Nathan memeluk putranya yang tak sadarkan diri dengan darah segar yang mengalir dari pergelangan tangannya.

***

Bu Maggie berjalan mondar-mandir di depan ICU.

"Restui saja mereka," kata Pak Nathan dengan suara beratnya.

Bu Maggie berhenti, duduk di samping Pak Nathan yang terlihat tenang.

"Apa maksudmu, sayang. Tidak. Aku tidak bisa."

"Sarah wanita baik. Tidak ada salahnya wanita muda datang ke tempat club. Memang salah harus melakukan 'itu', tapi itu terjadi dengan putra kita, tidak dengan banyak pria lain lagi. Aku menentangnya karena kau bilang dia wanita buruk. Tapi aku pikir tidak."

"Aku wanita, aku tahu lebih baik. Percayakan saja padaku sayang."

"Tidak lagi. Saat melihat putra kita seperti itu, aku lebih memilih percaya dengan wanita pilihannya."

"Kau tahu? Dari keluarga mana dia berasal? Dia putri nelayan yang sempat dipenjara karena mencuri. Aku tidak bisa, sayang."

"Itu terjadi di masa lalu. Dan putra kita menikah dengan putrinya, bukan dengan si ayah. Semua akan baik-baik saja. Percaya saja dengan pilihan Marc. Jangan dipersulit lagi."

SMILE (The Evening Golden Sun Rays)Where stories live. Discover now