Canggung (part 2)

11 2 0
                                        

Sang nona frustasi siapa lagi kalo bukan Citra Amanda sang nona rumah, yakni putri satu-satunya ibu kos ditempat itu,  kini tengah duduk dibawah pohon depan pagar rumah dekat selokan.

Salahnya sendiri pake teriak-teriak didepan mami karna syok pas mami bilang Bintang mungkin dengar kegalauannya yang tidak jelas itu secara jelas. Citra terusir dari kamar dan rumahnya sendiri setelah mami bilang...

'daripada ribut malam-malam mending sana keluar cari martabak manis. Gak usah pulang kalo belum nemu martabak manis rasa keju. Itu hukuman.'

Kadang Citra heran, dia ini anak kandung atau anak tiri sih, punya emak kejamnya minta ampun. Berhubung dia masih mager jadi duduk tepi selokan dulu.. Lumayan, sekalian nyari angin, biar adem. Lagian gak ada yang liat juga.

1 detik kemudian...

"Kak Citra?"

Nyaris Citra masuk kedalam selokan saking terkejutnya. Bintang berdiri didekat pagar dan memanggil namanya. Lagi-lagi sebuah kebetulan yang tidak betul. Dan sekarang dia udah manggil 'kakak'.
Citra cepat-cepat berdiri dari sana. Tiba-tiba dia ogah bersanding dengan selokan.

"Aku disuruh mami cari martabak manis" jawabnya jujur sambil celingak celinguk canggung.

"Oh. Bareng aja, yuk! Pake motor saya kak, saya juga mau keluar bentar" tawarnya dengan sopan.

"Gak usah. Aku jalan aja. Deket kok. Hehe" Citra segera berjalan pelan-pelan meninggalkan Bintang. Mengapa jalannya pelan-pelan? Karena lagi baca manta. Tahan aku.... Tahan aku.... Tahan aku. Bagitu bunyi mantanya.

Bukannya menahan, Bintang malah acuh dan membalik badan lalu mengeluarkan motornya dari garasi, kemudian menaiki dan menstater motornya bersiap akan pergi. Oke, mantanya kurang sakti.

Suara motor Bintang semakin dekat dan dekat lalu berhenti disamping Citra.

"Naik"

***
Sepanjang perjalanan Citra yang bertugas mencari kitab suci dibarat.. Salah, maksudnya martabak manis di gerobak terdekat bersama Bintang yang entah mencari apa dan entah dimana. Bodo amat sih dia mau cari apa asal jangan cari mantan aja.

Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut panjang Citra yang bergelombang. Ini lumayan membahagiakan bagi nona Cantik itu. Jadi semaan deh kayak Dilan-Milea. Tapi nasibnya jangan samaan juga. Tiba-tiba motor Bintang menubruk polisi tidur yang lumayan tinggi sehingga jatuhnya Citra menempel dan memeluk Bintang secara tidak sengaja dari belakang. Nah, ini baru kebetulan yang betul. Jadi makin samaan kayak Dilan.. Tapi sekali lagi Citra memohon supaya nasibnya gak samaan juga.

Bintang agak kaget tiba-tiba dipeluk dari belakang sama Citra. Tapi cuma kaget dihati, gak berefek pada anggota tubuhnya.

"Maaf, kaget.. " Citra meminta maaf dan segera melepas pelukannya dengan sangat tidak rela lahir dan batin. Pengennya sih peluk terus

"Gak papa kak.. Pegangan aja kak biar gak jatuh"

jawaban yang sangat Citra idamkan

"Emmmm.. Beneran gak apa?" Citra pura-pura memastikan. Padahal inginnya gas langsung

"Gak bayar kok, kak.. " jawab Bintang sambil tersenyum. Tentu aja Citra gak akan nampak senyumannya

"Iya deh" Citra lalu memegang sedikit jaket bagian pinggang Bintang. Bukannya gak mau megang banyak, hanya saja hal itu gak baik bagi keselamatan jantungnya

"Yang bener dong pegangannya. Didepan ada polisi tidur loh" tegur Bintang

"Hmm.. " Jawab Citra acuh. Selain cintai ususmu, cintai juga jantungmu

"Polisi tidurnya tinggi loh... Sepinggang" tegur Bintang lagi

"Hah?" Alih-alih kaget, Citra malah mengerutkan kening "Eh, ngaur!! Mana ada polisi tidur sampe sepinggang" ia lalu mencubit pinggang Bintang.

"Aw!!! Oke, ampuni hamba, senior" Bintang lalu tertawa

"Kok ketawa?" tanya Citra

"Baru nampak garangnya nih... " balas Bintang sambil lanjut tertawa.

Citra langsung terdiam. Dia gak nyangka bakal diingetin insident tadi dikampus oleh Bintang. Padahal dia malu banget. Malu banget dia keliatan sok-sok an gitu depan Bintang. Citra sontak menundukkan kepalanya. Dibiarkannya rambutnya yang tertiup angin yang berhembus menutupi sebagian wajahnya. Soalnya Citra emang gak pake helm. Gimana mau ingat helm? Orang secara mendadak Bintang nyulik Citra dengan kata-kata perintah 'naik' pas Citra mau otewe menuju gerobak dekat rumahnya yang biasa jual martabak. Ya mana sempat lagi ingat dengan aturan lalu lintas. Belum lagi sepanjang jalan tadi canggung banget.  Ketika keduanya mulai mencairkan suasana malah diingetin lagi penyebab kecanggungannya.

"Kakak orangnya berwibawa ya.. Keren banget. Saya suka" mendadak ditengah keheningan, Bintang mengutarakan pemikirannya.

"S-serius? Kamu mikirnya gitu?" tanya Citra meyakinkan.

"Iyalah" balas Bintang

"Aku gak nyebelin waktu ngospek?" tanyanya lagi

"Nyebelin sih" balas Bintang

tuh kan..

"Terus dimana letak sukanya dong?" oke, Citra mulai menuntut dengan memperbanyak pertanyaan.

"Ketegasan kakak.. "

Citra terdiam mendengar kata-kata Bintang

"aku suka" lanjutnya

Ah!! Bolehkah perjalanan ke gerobak kaki lima terdekat mencari martabak manis ini diganti saja dengan perjalanan mencari kitab suci ke Barat?  Biar perjalanannya lebih lama dan lebih romantis.

"Kak.. Kakak masih ada kan? Gak kececer dijalan kan?" suara Bintang membuyarkan lamunan Citra tentang rencananya kabur ke Barat.

"Masih lah. Kamu kira aku belanjaan? Pake kececer" jawab Citra

"Habis punya badan, ndak pernah diisi karbohidrat. Ringan banget. Gak kerasa lagi bonceng orang"

'Maksud dia aku kurus?' batin Citra. Entah kenapa dia senang Bintang mengakui kekurusannya yang kata Mami ndak banget. Karna motto mami gak bahenol, gak cantik. Tapi bagi Citra dia merasa cantik dengan tubuh nyaris menyerupai aktris Korea.

"Emm ngomong-ngomong.. Kamu mau kemana sih?" tanya Citra setelah sempat beberapa saat hening

"Ke mini market. Beli keperluan di kos" jawab Bintang seadanya. Sebenarnya tadi dia mau minta maaf karna seenaknya mengatai Citra 'kurus'. Takut menyinggung. Dia hanya berbicara jujur tanpa maksud apapun. Tapi sepengamatannya Citra tidak marah padanya, ya sudah.

"Nah, samping mini market ada gerobak yang jual martabak" kata Bintang lagi

"Iya aku tau. Sebenarnya didekat rumah aku juga ada kok. Makanya tadi aku bilang mau jalan aja. Rencananya mau kesana tadi" sahut Citra

"Oh gitu.. Kenapa tadi gak beli disitu aja" balas Bintang

"Gimana bisa? Kamu main culik aja" jawab Citra

"Kenapa mau aja ikut? Orang penculiknya baik kok, gak maksa" jawab Bintang lagi.

"Eh. Ngelawan terus ya sama senior" Citra mulai mengancam adik juniornya.

"Widih serem. Ampun kakak" jawab Bintang dan mereka tertawa bersama.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang