Ospek (part 2)

22 3 0
                                        


S

etelah ketiga PM kelar memberikan kata-kata sambutan yang tentunya menyayat hati adik-adik terkasih mereka, tibalah saatnya eksekusi part 2. Sebelumnya, para senior telah menngecek kelengkapan para adik maba. Atribut, barang-barang yang disuruh bawa, termasuk razia benda-benda yang tidak dibutuhkan. Para maba dipisahkan menjadi dua. Kelompok yang melakukan kesalahan dan kelompok yang tidak melakukan kesalahan. Yang melakukan kesalahan akan diberikan hukuman. Sedangkan yang tidak melakukan kesalahan tetap akan dihukum. Itupun kelompok yang salah dibagi tiga kelompok lagi. Kelompok hukuman berat, hukuman sedang, dan hukuman ringan.

Citra bergabung ke kelompok yang melakukan kesalahan. Cukup banyak. Lebih dari setengah dari jumlah maba tergabung dalam kelompok ini. Citra lumayan takjub. Pandai juga teman-teman pasukan eksekusinya meng-ada-ada kan kesalahan mereka sehingga bisa terkumpul massa sebanyak ini. ‘Good job, teman-teman. Kalian kreatif’. Batin Citra dalam hati. Sebelum mereka diberi hukuman, Citra memegang toa dan mulai memarahi mereka semua.

“BAGUS ! HEBAT ! MANTAP ! BARU HARI PERTAMA… HARI PERTAMA…!! TINGKAH KALIAN SUDAH SEPERTI INI ! KAMI SEBAGAI SENIOR MERASA MALU PUNYA MABA SEPERTI KALIAN SEMUA !”

Para adik yang bersalah menundukkan kepala. Citra kembali berteriak.

“HEI. KALIAN DENGAR NDAK ? DIKASI TAU MALAH NUNDUKKAN KEPALA.” Para maba malah semakin menundukkan kepala tanda mereka ketakutan dengan volume suara Citra. Memang  sih nih cewek yang berdiri dihadapan mereka cakep tapi kalo posisinya senior dan maba dan kondisinya lagi ospek ya kelar idup lu, dek ! Namun, ada salah satu dari maba. Cewek. Langsung mengangkat kepalanya melihat kearah Citra. Dan tu cewek terlihat dimata Citra.

“EH KAMU. SIAPA NAMAMU ?”

“Delima, kak..” jawabnya sambil tersenyum manis.

“adik Delima…. SIAPA YANG SURUH ANGKAT KEPALA, HAH ??? SAYA LAGI NGOMONG YA. YANG LAIN NUNDUKIN KEPALA, KAMU….. NANTANG SAYA ? IYA ? MAU NGAJAK BERANTEM ?”

Sontak Delima jadi gelagapan. Sungguh maksud sang adik hanya mengindahkan keinginan kak Citra.. sungguh… para senior dan maba lain hanya melongo menyaksikannya. Takjub dengan si Delima. Ni anak sebenarnya naif apa bego sih ? Amir langsung menarik Delima supaya dipisahkan dari yang lain. Sontak Delima naik pangkat dari hukuman ringan ke hukuman sedang. Apa kabar Delima ? udah jeman nangis dari tadi !!

“Eh. Lu maba belagu amat sih ! rambut lu kenapa belom 1 cm haaa ??” terdengar Radith berteriak kepada seorang maba. “Kak Citra, ada yang bandel lagi, nih !” oke, alarm panggilan ke Citra telah bordering dari staf PM nya. Citra memutar bola matanya dan langsung menuju ke sumber suara.

“Tuh.. bos PM kita bentar lagi nongol. Kalo dia uda ngamuk, habis lu !” Radith menakut-nakuti sang maba cowok. Citra pun semakin mendekat dan akhirnya ia telah berada dihadapan Radith dan maba yang belum memotong rambutnya itu. 

Dan…..

Alangkah terkejutnya Citra. Ia langsung membesarkan bola matanya. 

Radith tampak bangga dengan hadirnya sang PM utama. Citra datang, maba ludes ! sementara sang maba hanya menatap Citra dengan ekspresi datar.

‘Bintang..’ batin Citra. 

Pasalnya tu maba cowok yang ada didepannya tak lain dan tak bukan adalah Bintang. Ya, cowok yang ngasi tissue di acara pernikahan sepupunya. Ya juga, cowok yang datang kerumahnya sebagai penghuni kos baru. Dan lagi lagi ya, itulah cowok yang buat jantung Citra salto (bukan lagi berdetak) setiap mikirin dia. Dan Citra mikirinnya setiap hari, bahkan setiap saat. Oh, haruskah Citra ke dokter spesialis Jantung sekarang ? mungkin posisi jantung Citra sudah berubah. Dan sekarang makin parah. Tu cowok ternyata salah satu maba dikampus Citra. Jantung Citra bukan lagi salto, mungkin udah menggelinding. Mampus ! berarti dari awal Citra marah-marah, ngamok-ngamok, teriak-teriak kayak orang kesurupan disaksikan oleh Bintang ??!!! tentu saja jawabannya, ya. Benar. Tepat. Dia melihat dan mendengar semuaaaaanya. 

Wajah Bintang masih tanpa ekspresi melihat Citra sementara Radith heran melihat pemandangan Citra bengong. Bintang juga sebenarnya terkejut waktu tau ternyata cewek yang rela memasakkannya makan malam dan dianterin ke kamarnya ternyata kakak seniornya dikampus. ‘semalam perasaan maniiiiisss banget, kok sekarang galak banget’ batin Bintang. Tak disangka gadis manis dan imut kayak anak sekolahan belum lagi kelakuannya bikin gemes, caper muluk kerjaannya ternyata lebih tua darinya.

“HM ! Kak Citra.. enaknya ni anak kita apakan ?” tanya Radith membuyarkan lamunan keduanya. Citra menatap Radith lalu kembali menatap Bintang. Bintang masih belum memalingkan pandangannya dari Citra. Seulas senyum tipis terukir diwajahnya, sangat tipis. Nyaris tak nampak, tapi mata Citra menangkapnya dan berefek dasyat. Kakak seniornya itu semakin membatu. Melihat Citra lagi lagi bengong membuat Radith berinisiatif berbisik ke Co PM nya itu. Ia berpindah tempat tepat disebelah Citra.

“Eh Cit.. kamu gak papa ? perlu sesuatu ? cepet bilang” tanya Radith dengan berbisik.

‘iya. Perlu. Ambilin cangkul sama buatin peti satu. Mau sembunyi dalem lubang kubur’ batin Citra.

Karena tidak mendapat respon juga dari Citra, akhirnya Radith mengambil inisiatif lain. Dia aja yang mengeksekusi tu maba. Lagian dia juga udah kelewat kesel banget sama tu maba. Mukanya ngeselin. Ganteng banget. Bikin kesel kan ?

“Kamu !” Bintang langsung melihat kearah Radith dengan muka datarnya dan menaikkan sebelah alis. Membuat Radith naik pitan. ‘how dare you are’  batin Radith. “Liatinnya biasa aja dong !” tak hanya Bintang yang menatap Radith, Citra pun ikut-ikutan menatap Radith. “Karena kamu melakukan dua kesalahan, jadi kamu pindah ke hukuman berat ya !” lanjutnya.

“dua kesalahan ? bukannya satu ?” tanya Bintang. Citra pun dalam hati mengiyakan. Mana mau dia pujaan hatinya dihukum berat. BIG NO!!

“kamu ndak sadar ya.. oke, gue kasi tau. Pertama, rambut lu. Kedua, muka lu” jawab Radith.

“muka ?” Bintang mengerutkan keningnya. 

“ngeselin.”

Bintang agak bingung dengan alasan kedua. Tapi mending diturutinya saja lah. Susah juga ngebantah senior. Baru ospek hari pertama lagi. Kalo uda buat keributan diawal, hari sabtu berikut-berikutnya bisa tewas. Bintang pun melangkah meninggalkan kedua kakak dan abang seniornya hendak bergabung keteman-temannya yang mendapat hukuman berat. Sementara Citra sangat tidak ridho lahir batin dunia akherat melihat junior gantengnya harus melangkah pergi dari hadapannya, nuju gerbang neraka lagi.. di tempat para maba mendapat siksaan api negara level teratas dimana setan-setan penjaganya ada Nayla, yuda, Amir, dan Iin.

“Jangan !” sontak suara Citra menghentikan langkah Bintang dan menggerutkan kening Radith yang sudah mengerut dari awal Citra datang. ‘ada yang gak beres nih. Nanti aja lah cari taunya’ batin Radith. Kedua cowok itu tak bicara, hanya tatapan merekalah yang menuntut Citra untuk meluruskan maksudnya. Kenapa maba buat salah malah dilarang ngehukum ? bahkan si maba yang hendak dihukum pun dibuat heran.

“Jangan……. Ragu-ragu kalo dihukum !” Citra segera menyelesaikan kalimat yang baru saja dikarangnya sendiri. Kedua cowok itu tetap heran dengan kalimat absurt Citra. “udah cepet sana, dek !” Citra langsung melolot sok garang kearah Bintang “hus… hus….” Sambungnya lagi sambil memperagakan gerakan mengusir ayam. Bintang hanya menggelengkan kepala dan segera pergi. Sementara Radith garuk-garuk kepala.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang