Prahara Hati

12 2 0
                                    

Citra menghembuskan nafas. Bintang sudah sedari tadi masuk kedalam mini market sementara dirinya masih diam di samping motor cowok itu. Enggan rasanya mendekati gerobak kaki lima yang menjual berbagai martabak manis dan martabak asin. Masalahnya, empat bulan yang lalu ia pernah memesan 2 rasa martabak manis dan memberikan uang seratus ribu. Berhubung abang penjualnya tidak ada uang kembalian dan mengatakan 'besok-besok aja bayarnya ya.. Kalo mbak nya kesini lagi' dan itu membuat Citra harus berhutang. Malu rasanya harus membayar hutang empat bulan yang lalu.

Citra pun memutuskan untuk mulai melangkahkan kaki menuju gerobak itu.

"Bang, martabak rasa kejunya dua ya" ia mulai memesan. Tampangnya biasa aja kayak orang gak punya utang

"Iya mbak. Tunggu sebentar ya" sahut si penjual dengan ramahnya

Usai mengambil pesanannya, Citra membayar dengan uang pas. sengaja kasi uang pas biar gak ada hutang diantara kita, bang. Batin Citra.

Citra segera kembali ke tempat motor Bintang terparkir. Ternyata Bintang sudah selesai dari minimarket dan kini tengah menunggunya.

"Sudah?" tanyanya.

'Masyaallah gantengnya.... ' batin Citra
"Iya, udah. Yuk!! " ajaknya dan dijawab anggukan oleh Bintang. Perihal hutang martabak empat bulan yang lalu ia tidak membayarnya. Alasannya malu. Hutang empat bulan baru dibayar sekarang. Jadi, ia memutuskan akan membayar dengan cara lain. Ia ingin membantu abang penjual martabak untuk menabung pahala dengan memberinya martabak cuma-cuma empat bulan yang lalu. Sungguh mulia hatimu, Citra Amanda.

***

Ini hari minggu. Hari kebahagiaan bagi Citra. Tanpa kuliah dan tanpa rapat organisasi. Hp sengaja ia matikan data selulernya dan wifinya. Biar gak ada panggilan dadakan kayak 'Cit, bidang ini butuh dana sekian untuk keperluan anu.. Kamu anterin ke kampus uangnya sekarang ya'

Males banget. Aturannya yang butuh dateng ke rumah. Lagian tu sekte pengabdi sekre males banget. Cowok semua padahal. Masak nyuruh cewek yang datang.

Srek. Suara tirai dibuka. Mami pelakunya. Citra hanya mengintip dibalik selimut lalu menarik lagi selimutnya sampai menutupi semua tubuhnya sampai kepala.

"Gak ke kampus, Cit?" tanya mami

"hoaammm... Nga.. pain?" jawab Citra sambil menguap bahkan matanya masih terpejam.

"Mana mami tau. Kan biasanya kamu ngampus terus walau minggu.. Atau gak biasa Nayla yang kesini" balas sang mami

"Oo.. Oh ya mi, kalo Nayla datang bilangin ya aku tidur selama 2 hari kedepan" pintanya asal. Dia cuma gak mau minggu langkanya yang berharga raib.

Mami menggeleng dan langsung menyibak selimut Citra. Tak lupa bonus jitakan kepala.

"Gak ada anak gadis males banget. Gak ada!" omel mami "itu sana, sarapan. Terus cuci piring"

Citra meringis lalu kembali mengambil selimutnya dan kembali rebahan. Demi apa minggu pagi yang indah bersama kasur, bantal, guling, selimut, dan boneka kesayangannya harus diisi dengan ngebabu.

"Ma-les!!" bantah citra.

"Abis sarapan sama cuci piring antar masakan mami buat Bintang"

"Siap, laksanakan!!! " Citra langsung melompat bangun dan siap melaksanakan tugas.

***

Tok.. Tok.. Tok...
Kini, seorang gadis dengan gaun putih santai selutut mengetuk pintu kamar kos Bintang. Siapa lagi kalo bukan fans nya Bintang. Citra!
Namun, tak ada tanda-tanda kehidupan dari dalam.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang