Empat Belas

3.1K 181 15
                                    


"Kangen kamu." Bara mempererat dekapannya.

Kaytra berusaha melepaskan diri dari Bara yang semakin erat mendekap.

"Sudah kubilang, nggak usah berontak. Semakin berusaha lepas, kamu semakin menggemaskan. Tau?"

"T--tapi, Om--"

"Kenapa? Emang kamu nggak kangen sama aku, Sayang?" Pria itu membawa Kaytra dalam pangkuan, dan mengunci tubuh ramping itu di sana.

"Ya kangen, sih ... tapi kan--" Tampak Kaytra gugup.

"Masa kangen ada 'tapi'nya?"

"Om, dengerin aku. Yang pertama, ini di kantor, yang kedu--"

"Yang kedua, aku nggak peduli." Menaikkan satu alisnya, lelaki itu memberikan sebuah kecupan singkat di bibir wanitanya.

"Aish!" Kaytra menarik mundur wajahnya, menahan debar dada yang semakin cepat dari biasanya.

Baru saja Bara mendaratkan sebuah kecupan di pipi sang kekasih, terdengar pintu diketuk. Hal yang membuat Kaytra serta merta melonjak dari pangkuan Bara.

Setelah merapikan kemeja dan rambut yang sedikit berantakan, Kaytra melangkah menuju pintu.

"A--da apa, Pak Mir?" tanya Kaytra terbata.

"Ini, surat yang Mbak Kay tunggu sudah sampai." Pak Mir menyerahkan amplop berwarna coklat.

"Oh, terima kasih, Pak."

"Baik, Mbak. Saya permisi."

"Pak Mir, sampe siang nanti, kalo ada yang nyari, bilang saya nggak ada, ya. Lagi banyak banget kerjaan, dan saya nggak mau diganggu."

"Baik, Mbak." Pak Mir mengangguk sebelum pergi, dengan mengulas senyum simpul di bibir.

Menutup pintu, Kaytra berbalik. Ia terkejut saat menyadari Bara telah berdiri tepat di belakangnya. Hingga mau tak mau, wajah wanita itu menabrak dada bidang dan meninggalkan jejak lipstik di kemeja sang kekasih.

"Om! Ngagetin aja, deh!"

"Serius, kaget? Kaget apa kaget?"

"Jangan mulai, deh! Kan aku deg-degan!"

"Coba kudengar!"

"Aish! Aku banyak kerjaan hari ini, Om."

"Siapa juga yang nyuruh kamu masuk kerja?" Lagi, Bara menarik Kaytra dalam dekapan, setelah merebut amplop dari tangan Kaytra, lalu menhempaskannya ke lantai.

"Kalo banyak kerjaan, kenapa nggak boleh diganggu?" lanjut pria itu lagi, menirukan kata Kaytra pada Pak Mir tadi.

"Itu karena--"

"Karena kangen sama aku, kan?"

"Om ... jangan .... " Kaytra menahan jemari Bara yang berada di kancing kemeja yang ia kenakan.

"Kenapa?"

"Ini masih siang, Om. Mak author sudah janji, yang beginian harus di sensor! Kamu lupa, Om?"

"Oh, iya kah? Kok aku nggak tau?"

"Iya. Ntar bisa kena tabok emak pembaca loh, Om!"

"Lah terus, kenapa Mak Author manggil kita ke sini sekarang, kalo ujung-ujungnya harus di sensor?"

"Ngg ... katanya, buat ngerjain reader yang tiap hari nanyain kamu, Om. 'Om Bara kapan lanjut, Thor?', 'lanjut dong, Thor!', 'kangen Om Bara', dan masih banyak lagi."

"Oh, jadi, ini kita cuman mau ngerjain reader nih, Sayang?"

"Iya, makanya kamu jangan macem-macem dulu!"

"Kalo macem-macem, emang kenapa?"

"Banyak komen bilang, katanya kita belum halal, Om!"

"Oh, ada komen begitu juga kah?"

"Ada!"

"Menurut kamu, sekarang kita udah halal belum, Sayang?!"

"Ngggg ... nggak mau jawab, ah! Biar reader penasaran! Hihihi."

"Aih, kamu gemesin deh!"

"Om-- mau ng--ngapain?"

"Mau gemesin kamu!"

***

*tiiiiiiiiiiiiit*
*sensor*

Part seriusnya besok, yaaaawww. Sampai 24 insya Allah. Selanjutnya hanya part gaje, karena part lengkap ada di novel.

Om I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang