Sembilan

4K 209 11
                                    

Memandangi wajahnya yang cantik di cermin, Kaytra tampak gelisah. Betapa tidak, malam ini Raihan akan datang atas undangan ayahnya. Apa yang harus ia lakukan, jika lelaki itu langsung datang membawa serta keluarganya?

[Kalo butuh bantuan buat kabur, aku siap dua puluh empat jam!]

Kayta menghela napas, tersenyum memandangi layar pipih lima inchi di tangannya. Pesan Maira yang ia terima sejak tadi, sedikit memberinya semangat.

[Aku dapat hadiah apa habis ini? Ngelabuin Om Bara susah tau! Dari tadi, dia pengen nelpon kamu terus! *crying emoticon ]

[Aku kaya babby sitter, yang jagain bayi lagi demam! Wew!]

Kaytra tersenyum lebar dengan pesan beruntun itu. Sekelebat bayangan Bara, kekasih yang ia cintai bahkan seketika memenuhi benaknya.

[Terima kasih, Mai. You are my best! *kiss emoticon] balas Kaytra.

[Gak usah gombal! Pokoknya, malem pertama, kamu harus temenin aku, sebagai kompensasi!]

Membaca pesan itu, Kayta tak dapat menahan tawanya. Bagaimanapun, Maira adalah satu-satunya sahabat yang mengerti apa yang ia rasakan.

"Kay ... "

Ketukan di pintu, membuat Kaytra mengangkat wajah.

"Masuk, Kak .... " Kaytra sedikit berseru.

Tak lama, sosok dengan perut membuncit itu mendekat. Melayangkan tatapan lembut, namun menguatkan bagi Kaytra. Kania duduk di tepi pembaringan, menatap sang adik.

"Cantik ... " puji Kania.

"Dari dulu!"

"Ceh! Nyesel!"

"Biarin, wew!"

"Gimana perasaan kamu?"

"Hmmm ... " Kaytra kembali menatap cermin.  Melihat dirinya dari pantulan cermin.

Nyaris tak ada cela. Parasnnya memanglah menawan. Tetapi, mendung yang menyaput kedua mata bening itu, membuat ia terlihat berbeda, seolah kehilangan dirinya sendiri.

"Mungkin, ini akan sakit di awal, Kay. Sakit banget. Tapi, Kakak yakin kalo ... "

"Kak, makasih, ya ... " Kaytra memotong. Matanya masih memandangi cermin. "Terima kasih, karena Kakak, Om Bara datang," sambung Kaytra lagi.

"Kay ... " Kania beranjak, mendekat.

Dengan lembut, Kania mengulur tangan, mengusap pundak Kaytra. Sementara sejenak kemudian, sang adik berbalik. Gadis cantik itu membenamkan wajah di perut kakaknya.

"Anak aku lagi ngapain di dalam sana? Udah makan belom, Nak? Kabur sama Mama Kay, yuk, Nak ... " bisik Kaytra ke perut Kania.

Kania tersenyum, dengan tangan terulur membelai rambut Kaytra. Lebih dari siapa pun, saat ini gadis itu sedang berusaha menghibur dirinya sendiri. Apa pun usaha orang lain, nyatanya sama sekali tak menguatkan hatinya.

'Om ... aku mau kamu sekarang,' bisik hati Kaytra mengiba. Menggiring matanya semakin berkaca-kaca.

"Nggak akan ada apa-apa, Kay. Percaya deh, sama Kakak." Usapan lembut itu  justru membuat air mata Kaytra mengalir.

"Aku takut, Kak. Takut kalo Papa kecewa. Lebih dari siapa pun, aku sayang banget sama Papa, " ratap Kaytra.

Terisak beberapa saat, dengan posisi masih memeluk perut sang kakak. Menenggelamkan tangis, yang hanya ingin ia simpan untuk dirinya sendiri

"Mau kabur?"

***

Aroma lezat aneka masakan menguar hampir ke seluruh ruangan. Kania dan Bu Yasmin tampak sibuk berkutat di meja besar, ketika Kaytra keluar dari kamarnya. Tampak cantik gadis itu, meski hanya dengan pulasan piranti rias tipis dan sederhana.

Om I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang