Sepuluh

4.1K 212 6
                                    

"Kita mau ke mana?" Kaytra duduk di sisi kemudi.

Pagi itu, Raihan datang lalu meminta izin untuk membawa Kaytra keluar. Tak ingin berdebat di depan ayah dan ibunya, ia menyerah, meski tak ingin. Tentu saja, setelah sekali mengutus tatapan tak suka atas apa yang dilakukan Raihan, dan seperti biasa hanya senyum yang ia dapat dari lelaki itu sebagai jawaban.

"Ponakanku ulang tahun. Nggak tau mau cari kado apa. Temenin, ya."

"Raihan, kamu tau, kan kalo aku nggak--"

"Cuma minta ditemenin aja, kok. Bukan ngajak pacaran." Lagi, ketenangan lelaki itu mampu membuat gemas Kaytra.

"Kamu kan bisa ajak orang lain. Mama kamu, misalnya, atau adik kamu. Kenapa harus aku?"

"Kalo aku ajak mereka nggak ada alasan buat ketemu kamu, dong?"

"Ceh!" Kaytra membuang tatapan ke luar jendela.

"Banyak keluargaku yang penasaran sama kamu, Kay. Jadi .... "

"Jadi, kamu mau ngenalin aku ke mereka? Sebagai apa?" Kaytra menekan suaranya, agar tak meninggi.

"Sebagai calon anggota keluarga baru. Apa lagi?"

"Raihan!"

"Biarkan ini berjalan seperti ini, Kay. Untuk memutuskan cocok atau tidak, bukankah kita harus lebih dulu saling kenal?"

"Tapi aku nggak mau ini terjadi, Raihan. Kamu sudah janji akan jalani ini untuk kedua orang tua kita, kan? Tapi kenapa sekarang .... "

"Ini salah satu caraku, Kay."

Kaytra mendengkus, tak bisa menyembunyikan kekesalannya.

"Ada tempat kado yang recomended?" Raihan melempar senyum, sebelum kemudian kembali fokus pada kemudinya. Seolah tak ada yang terjadi.

"Terus aja. Ke arah Jalan Sungai Saddang," jawab Kaytra enggan.

"Siap, Tuan Putri!"

"Ish!"

Hening di antara mereka berdua, hingga keduanya sampai ke tempat yang dituju. Mobil menepi, Raihan dan Kaytra pun turun.

Beriringan, mereka tampak bagai seorang pasangan. Raihan mendorong pintu kaca, membuka jalan untuk Kaytra masuk. Gadis itu hanya mengangguk, membalas senyuman Raihan untuknya.

"Umur berapa?" tanya Kaytra, setelah mereka berada di dalam.

"Lima. Kembar laki-laki perempuan."

"Hah? Kembar?" Kaytra menoleh, tepat menghadap Raihan di sisinya.

"Iya. Keturunanku memang ada yang kembar. Ada beberapa. Aku juga pengen, nanti bisa punya anak kembar. Gimana, kamu mau?"

Kaytra memalingkan wajah, beralih pada deretan mainan di hadapannya. Sementara Raihan hanya mengulum senyum. Tertangkap oleh pria itu, bagaimana wajah Kaytra bersemu merah.

"Bagaimana kalo yang in--"

Kaytra mengulur tangan, bersamaan dengan Raihan. Sehingga mau tak mau, lelaki itu menggenggam tangannya yang melayang di udara. Seketika Kaytra berbalik, dan membuat tatapan mereka beradu sekali lagi. Dari jarak sedekat itu, mereka bisa merasakan aroma wangi tubuh masing-masing. Gadis itu menelan ludah, lalu membuang pandangannya.

Mengerjapkan mata, Kaytra menarik tangan dari genggaman Raihan. Gugup, ia membetulkan rambut yang meriap,  menyelipkan ke belakang telinga. Sementara Raihan memasukkan kedua tangan dalam saku. Ada debar dalam hatin yang entah sejak kapan, selalu hadir jika ia berada di sekitar Kaytra.

Om I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang