Baru

266 82 14
                                    

Kim Taehyung

Permintaan pertama. Setiap mengerjakan tugas sejarah bersamaku, kita tidak boleh mengerjakan di rumah maupun di sekolah.

Hari ini, jam 9 pagi.

Datang sendiri atau perlu ku jemput paksa?
6.05오전

Masih pagi tapi mata Jiyeon sudah membola. Erangan sebal terdengar dari belah bibir ranumnya. Harusnya Jiyeon langsung menghapus pesan Taehyung tanpa dibaca, jadi bisa berpura-pura tidak tahu ancaman yang ada di sana.

Sialan.

Kim Taehyung itu manusia ternekat yang pernah ada. Jika sudah mengancam begitu, pasti akan dilakukan. Tentu saja Jiyeon tidak mau membuat seisi rumah rusuh, terutama sang ayah yang protektif luar biasa sejak kematian sang ibunda.

Mendadak pandangan Jiyeon berubah sendu. Teringat sosok ibu yang sudah pergi sejak sebelas tahun lalu, meninggalkan tiga anggota keluarga yang harus hidup tanpa sosok anggun tersebut. Mata Jiyeon bergerak ke arah sebuah boneka merah muda yang terduduk di atas nakas. Kendati tangannya sudah patah, Jiyeon masih setia menyimpannya.

Hadiah ulang tahun terakhir dari ibu.

Sekarang tahu 'kan, kenapa Jiyeon marah besar waktu Taehyung dulu mematahkan lengan bonekanya dengan sengaja?

Memori Jiyeon dipaksa kembali pada sebelas tahun lalu. Ketika ibunda pergi karena sakit yang diderita. Meninggalkan keluarga kecil di dunia. Sang ayah sempat kacau, hampir lupa ada sisa keluarga yang perlu dijaga, beruntung Jisoo sanggup bangkit demi kedua anaknya. Waktu itu Jiyeon masih berusia enam tahun dan Jimin, sang adik, berusia empat tahun. Terlalu kecil menerima kenyataan sudah tidak ada tangan halus sang ibu yang bisa me-ninabobo-kan.

Dulu biasa ada sang ibunda yang membuatkan susu sebelum tidur, maka Jiyeon kecil harus menggantikan peran ibu untuk dirinya sendiri juga Jimin. Lambat laun Jiyeon tumbuh jadi gadis yang tangguh dan mandiri. Berada di garda depan untuk membela Jimin yang mudah di-bully serta anak berbakti bagi Jisoo yang sibuk setengah mati.

Tanpa terasa sesak melingkupi perasaan Jiyeon seiring air mata mulai merebak, siap tumpah. Kenangan serta kepergian ibu entah mengapa selalu bisa membuat Jiyeon si singa betina sanggup menjadi selemah kucing rumah. Dengan kasar Jiyeon segera mengusap air mata sebelum jatuh membasahi pipi mulus. Tersenyum kemudian menatap foto keluarga lengkap yg terpajang apik di atas nakas.

"Aku baik-baik aja kok." Jiyeon berkata sembari menatap wajah ibunya. Meyakinkan jika tidak perlu ada lagi yang dikhawatirkan di dunia.

Lama Jiyeon memandang pigura berisi keluarga lengkap mereka dalam posisi berbaring di atas kasur. Pelan tapi pasti mata indahnya mulai terpejam diserang kantuk. Mungkin masih ada beberapa menit yang bisa dicuri sebelum si manja Taehyung mengusik.

Hampir saja Jiyeon dibuai mimpi jika saja suara berisik Jimin tidak mengacaukan segala.

"Noona! Bangun!"

Tanpa mengetuk Jimin mengguncang tubuh Jiyeon tidak santai. Membuat si pemilik raga mengerang kesal, siap menumpahkan serapah kasar.

"Apa!"

"Ada temanmu di bawah!"

"Usir saja. Aku sudah ada janji mengerjakan tugas."

Tanpa mau peduli, Jiyeon kembali menyamankan posisi. Memeluk bantal dan semakin tenggelam dalam selimut bulu yang nyaman.

"Dia bilang kalian punya janji jam 9." Suara Jimin terdengar datar. Sudah bosan dengan sifat barbar sang kakak yang seperti tak berkesudahan.

"What!" Jiyeon melompat dari atas kasur kemudian melihat jam yang bertengger di dinding.

[ ✓ ]Saling; ーKim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang