Egois

280 66 23
                                    

"Mau ke mana lagi kak?" tanya Jimin yang tak sengaja melihat Jiyeonーkarena pintu kamar terbukaーyang sudah rapi dalam balutan celana jeans dan kaus oblong putih.

"Mengerjakan tugas."

"Dengan Taehyung?"

Hazelnut Jiyeon langsung menyorot sang adik dengan tajam. Padahal Jimin sama sekali tak mengerti di mana letak salahnya.

"Dia dua tahun lebih tua dari kau." Telunjuk Jiyeon mendorong dahi Jimin mundur. Membuat remaja itu memberengut kesal.

"Kalau kekasihnya diusik saja, marah." Cibiran Jimin agaknya membuat Jiyeon makin tersulut. Gadis itu berdiri menghadap Jimin dengan kedua tangan di pinggang, gestur siap memberikan ocehan yang membikin telinga panas.

"Di-a bu-kan ke-ka-sih-ku."

Setiap penggalan suku kata bernada tekanan dari Jiyeon, membuat Jimin tersenyum kaku. Mentalnya surut juga kalau terlalu lama ditatap seperti itu oleh Jiyeon. Kakak perempuannya yang satu ini memang tidak setengah-setengah kalau mengambil peran sebagai singa betina.

"Ya ya ya, terserah."




ㅤㅤ
ㅤㅤ



•••
ㅤㅤ
ㅤㅤ





ㅤㅤ

Sesuai janji yang telah disepakati, Jiyeon dijemput Taehyung tepat pukul tiga sore. Awalnya Jiyeon sempat tak mau dijemput dan menawarkan untuk berangkat sendiri, akan tetapi Taehyung memaksa. Katanya sudah tanggung jawab dia untuk menjemput Jiyeon karena ia anak lelaki. How sweet! Tapi Jiyeon malah ingin muntah. Tidak menyangka jika Taehyung punya jiwa romantis menggelikan seperti itu.

"Kenapa wajahnya ditekuk terus begitu?"

"Menurutmu?"

Sedari mereka masuk mobil, memang Jiyeon memberikan tatapan sangat tak bersahabat. Dari awal, Jiyeon memang masih keberatan dengan paksaan Taehyung yang berdalih mengerjakan tugas ini. Meskipun sudah tidak lelah karena pesta semalam, tetap saja Jiyeon ingin berbaring malas di atas ranjang. Kalau perlu sampai besok pagi.

Taehyung malah tersenyum kecil. Di balik kemudi, Taehyung melirik Jiyeon beberapa kali. Tangan besar Taehyung mengusak puncak rambut Jiyeon pelan. Sontak Jiyeon mendelik kejam, menatap Taehyung seperti ingin menelan bulat-bulat. Sedangkan Taehyung cuma terkekeh, hampir mendaratkan tangan kembali kalau Jiyeon tidak segera menepis bengis.

Sebenarnya Jiyeon merasa aneh dengan sikap Taehyung. Terakhir mereka di pesta, Taehyung berkata dengan nada dingin pada Jiyeon. Bahkan sorot mata sang pria begitu tajam. Hampir tidak Jiyeon kenali sama sekali. Tapi sekarang Taehyung sudah kembali seperti Taehyung yang Jiyeon kenal. Tidak ada sama sekali sisa-sisa dingin yang semalam tersemat. Sempat benak Jiyeon menafsirkan satu hal, beruntung langsung ia tepis sebelum mempengaruhi pikiran seharian.

Apa Taehyung menyukainya, ya?

Tanpa sadar Jiyeon menggelengkan kepala. Membuat Taehyung yang ada disamping sontak menoleh dengan kernyit heran. "Kau kenapa?"

" Tidak."

Setelah itu mereka kembali terdiam. Tak lama kemudian mobil berhenti di depan sebuah pintu masuk alun-alun kota, Gwanghwamun Square. Bukan museum seperti tujuan awal mereka. Ketika Taehyung membuka pintu mobil, Jiyeon tak kunjung turun. Malah menatap Taehyung bingung.

[ ✓ ]Saling; ーKim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang