kau cantik

185 50 12
                                    

Untuk kali kedua Jiyeon mendatangi pesta kelulusan dengan orang berbeda. Jika dulu pasangannya adalah kakak kelas paling populer di sekolah, maka kini pasangannya adalah pemuda cengengesan, jahil, dan pembuat onar. Teman sekelasnya yang paling menyebalkan, Kim Taehyung.

Masih setengah jam lagi Taehyung menjemput, tapi Jiyeon sudah siap dengan dandanan paling cantik. Jimin sampai kerepotan meyakinkan Jiyeon jika penampilannya sangat luar biasa.

"Bisa saja kau bohong!" tuduh Jiyeon saat merasa pujian dari Jimin tidak tulus.

"Astaga. Ya sudah aku tidak jadi memuji, kau itu jelek. Puas?"

"Park Jimin!" Jiyeon mau melompat, lalu memukuli Jimin dengan brutal. Beruntungnya Jimin sigap melempari Jiyeon dengan bantal sofa. Membuat kakaknya berteriak marah karena bisa saja Jimin merusak tatanan rambut yang sudah ia persiapkan selama dua jam.

"Makanya jangan mulai, Jelek!"

"Kau yang mulai!"

"Sudahlah Park Jiyeon. Tenagamu itu seperti Godzilla. Aku capek sekali padahal kita cuma adu mulut." Jimin merebahkan tubuhnya di atas sofa. Melirik sengit ke arah Jiyeon yang masih memasang wajah membunuh. Sedikit ngeri kalau nanti Jiyeon tiba-tiba menyerangnya.

"Awas kau Park Jimin. Selesai pesta aku akan benar-benar mencincangmu."

"Kenapa bilang sekarang? Kalau begitu aku 'kan jadi punya waktu untuk kabur."

"Park Jimin!" Jiyeon memekik keras. Buru-buru Jimin membekap mulut kakaknya.

"Yak!" Amarah Jiyeon semakin meledak. Tangan Jimin yang menempel di kulit wajahnya membuat Jiyeon jengkel. Bagaimana kalau make up dua jamnya berantakan?

"Diamlah. Kau berisik sekali astaga. Ayah sedang tidur." Jimin mendesis kesal. Membuat Jiyeon langsung sadar ia keterlaluan. Diliriknya kamar Jisoo. Beruntung pria paruh baya tersebut tidak terbangun dari tidur.

Sekarang Jiyeon jadi merasa bersalah. Ayahnya seharian ini merasa sesak napas. Membuat Jiyeon dan Jimin kelimpungan. Beruntung setelah meminum obat, Jisoo tertidur pulas dengan napas teratur. Tidak tersengal seperti sebelumnya.

Suara klaskon menghentikan perang dingin dua bersaudara Park. Masih dengan lirikan mata maut, Jiyeon menyambar tas tangannya. Berjalan mundur dengan dua jari diarahkan tepat ke mata Jimin, memberi ancaman. Sedangkan yang diancam hanya bisa menghela napas. Susah punya saudara gila.

"Jimin menyebalkan sekali hari ini."

Ketika berada di dalam mobil Taehyung, Jiyeon mengeluh. Mengoceh sepanjang jalan dan Taehyung cuma mendengarkan. Sesekali turut menyoraki Jiyeon, ikut menyulut amarah Jiyeon.

"Namanya juga anak baru masuk sekolah menengah." Taehyung terkekeh mendapat delikan dari Jiyeon. "Ayo turun," lanjutnya.

Sebelum masuk ke dalam gedung, Jiyeon membenahi penampilan Taehyung. Anak rambut Taehyung yang mencuat, dasi Taehyung yang miring, lengan kemeja Taehyung yang tidak rapi. Jiyeon tampak berpikir sebelum tangannya melepaskan dasi Taehyung dan membuka dua kancing teratas kemejanya.

"Kau datang bukan buat main," gerutu Jiyeon. Menyembunyikan dasi Taehyung ke dalam tas.

"Kenapa memangnya? Mau berantakan pun aku tetap tampan."

Mau tak mau Jiyeon mendengus. "Iya, tapi kau jadi menggelikan."

Jiyeon tersenyum sembari menepuk pipi tirus Taehyung. Puas sekali dengan karya ciptanya di rambut Taehyung yang sekarang tampak lebih menawan setelah disugar. Sedikit acak-acakan, tapi jauh lebih tertata.

Kemudian netra Jiyeon turun ke bawah. Alisnya terangkat naik dengan wajah tak suka. Diliriknya Taehyung yang tenang dan tidak terusik.

"Jasmu terlalu besar! Itu karena tubuhmu kekurusan!" Jiyeon berdecak. Menarik bagian bawah jas Taehyung lalu memegang pundaknya. "Astaga, Kim. Apa kau tidak punya ukuran yang lebih kecil?"

[ ✓ ]Saling; ーKim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang