Alone in Tokyo : 02

409 68 14
                                    

----

Yoongi berjalan menelusuri jalanan yang basah. Setaunya club cukup jauh dari sini. Tapi yoongi lebih memilih berjalan kaki dari pada harus menggunakan taksi. Lagi pula taksi di jam segini sudah tak ada.

Yoongi merogoh kantungnya. Mengambil sekotak rokok yang ia simpan di sana. Mengambil satu batang, Meletakkan di antara kedua belah bibirnya dan membakarnya.

Ini kebiasaan baru. Kira kira Setelah ia pindah dari seoul yoongi memulainya. Entah yoongi tak berpikir mengapa ia mencobanya. Hanya tertarik dengan aktivitas yang bahkan membuat banyak orang kecanduan. Dan sepertinya sekarang yoongi salah satu di antara mereka.

Perjalanan sekitar 30 menit itu cukup untuk yoongi menghabiskan dua batang rokok sembari berjalan. Yoongi telah sampai di sebuah club malam yang cukup ramai. Memang tak sebesar yang sering ia kunjungi di seoul. Tak ada penjaga ketat seperti club yang biasa ia datangi. Tapi terserah, yoongi hanya ingin bersenang senang.

Pria Min itu memasukinya. Dan suasana ramai club langsung menyerang. Sedikit tak menyangka bahwa suasana club malam kecil ini tak berbeda seperti yang biasa ia kunjungi.

Hey kau gila min di semua club pasti memiliki suasana yang sama.

Yoongi mengetuk kepala sendiri. Sepertinya sebulan mengurung diri di kamar apartemant menjadikan kerja otaknya sedikit terhambat. Yoongi melangkah mendekati bar minuman. Memesan satu botol wishky. Sembari dudukan dirinya di kursi.

Yoongi menikmatinya, dimana ia hanya melihat dari meja bar. keramain orang orang yang semakin malam semakin menggila di tengah sana membuatnya lebih merasa hidup. Sesekali tersenyum jika ada beberapa orang yang bertengkar akibat tak sengaja bertabrakan. Itu hal seru, melihat orang orang mabuk yang tengah bertengkar dengan badan limbung dan berakhir sama sama jatuh karena pengaruh alkohol.

"Kau Min Yoongi !?" Yoongi menoleh saat sebuah teriakan yang cukup keras itu terdengar dari telinganya walaupun cukup teredam oleh suara berisik di depan. Ia hanya mengangkat alis saat melihat seorang pria dengan rambut biru menyala ada di hadapannya, tampak terkejut.

"Ya?" Pria berambut biru itu seakan tak percaya dengan keberadaan yoongi disana. Membuat yoongi bingung sendiri dengan reaksi orang asing ini. "Kau siapa?" Tanya yoongi.

"Owh god aku tak percaya ini... bagaimana jika ke belakang panggung, disini terlalu berisik" dan yoongi hanya mengangguk kaku. Mengikuti langkah pria itu sembari membawa sebotol wishky.

"Owh god aku tak percaya aku bisa bertemu idolaku disini" ucap pria itu berlebihan saat mereka sudah berada di belang panggung,membuat yoongi tertawa.

"Tak usah berlebihan aku sudah pensiun sejak lama"

"Tapi tetap label leganda kpop masih melekat di baju kalian, dan sekarang aku tak percaya dengan yang ada di hadapanku"

"Hey sekarang aku ini hanya orang biasa, sama sepertimu pelanggan club malam ini"

"What ever, yang pasti kau masih idolaku, dan sekarang aku sangat excited, Owh kau tau selama hidupku aku hanya dapat melihat kalian sekali, saat konser kalian di osaka sebelum memutuskan pesiun secara tiba tiba, aku selalu berharap kalian aktif lagi tapi yah itu keputusan kalian untuk pensiun dan sekarang aku tak percaya kau disini dan dapat bertemu langsung denganmu"

dan akhirnya pria itu berhenti bicara setelah melakukannya panjang lebar dalam sekali tarikan nafas. Yoongi terkekeh karena antusiasnya

"owh iya kebetulan kau disini, bagaimana jika kau menampilkan sesuatu di depan sana?" Pria itu menunjuk panggung yang ada di samping mereka.

"Kumohon"

Yoongi seperti kurang yakin dengan permintaan pria didepannya. Tapi melihat raut wajah seperti memohon membuat ia tak tega apalagi pria itu dulu fansnya. Yoongi terkadang lemah dengan kata itu. Dan dengan kaku yoongi mengangguk memberi jawaban.

Orang didepan pun terlihat girang sampai hampir meloncat kesenangan. Ia segera memanggil -sepertinya- teman yang merupakan pemilik club itu dengan aksen jepang kental. Yoongi bahkan tak sadar bahwa selama mereka tadi berbicara pria itu menggunakan bahasa korea yang fasih dan sepertinya pria itu masih siswa sekolah. Teman pria itu pun naik ke atas panggung. Membisikan sesuatu kepada Dj yang sedang bermain di atas sana dan hanya diangguki oleh Dj itu.

Musik pun berhenti setelah menyelesaikan beat terakhir. Membuat beberapa orang menghentikan tarian dan menunggu lanjutan musik lagi. Tapi Sang Dj justru mengambil mic.

"Cek cek... hey gyus aku baru saja dapat kabar bahwa kita kedatangan tamu istimewa, dan aku tak tau seberapa istimewanya tamu itu sampai mereka membuatku berhenti memainkan musikku untuk kalian" beberapa sorakan terdengar dan si Dj hanya mengangkat bahunya seakan tak peduli.

"Ya sudah dari pada banyak omong kita persilahkan tamu istimewa itu untuk naik"

Pria yang tadi ia temui pun menyodorkan mic hitam kepada yoongi. Yoongi sedikit melirik ke arah mic itu. Menyinggungkan senyum sebelum meraih mic itu dan menaiki panggung. Suara musik mulai terdengar setelah Dj menyetel dengan suruhan yoongi.

Genggaman pada mic itu pun mulai mengerat dan yoongi mulai maju seraya membuka topi yang ada di kepala. Saat itu lah, bersamaan teriakan orang orang yang terdengar, perasanya kembali membuncah. Bisa yoongi lihat beberapa diantara penonton yang mungkin fansnya dulu bahkan sempat terbara emosi.

Dan yoongi merasakannya lagi. Euforia yang selama lima tahun ini hilang. Jantung berdetak cepat. Perasaan membuncah seiring dengan dimulainya beat beat dengan semangat. Teriakan keras para penonton terdengar nyaring larut di dalamnya. Tangan dan tubuh yang bergerak mengikuti alunan musik.

Jika diingat sudah lama sekali suasana seperti ini tak ia rasakan. Sebuah mic di tangan, panggung yang bergetar, suara kencang musik yang mengiring dan yang pasti teriakan dari para penonton yang menambah semangat. Yoongi sedikit tak percaya dengan apa yang ia lakukan sekarang. Walau umurnya yang sudah semakin tua, Nyatanya ia masih mampu memainkan beat beatnya yang dulu. Beat Yang cukup keras saat didengar.

Saat yoongi turun pria berambut biru itu langsung memeluknya. Dan Entah mengapa membuat yoongi sedikit emosional, hampir menjatuhkan air mata.

"Terimakasih" ucapan setelah pelukan itu lepas dapat membuat yoongi tersenyum lebar. Membuat yoongi menepuk bahu pemuda itu pelan beberapa kali sebelum berlalu pergi.

Ini moment yang yoongi tak mungkin lupakan dan mungkin akan ia masukan ke dalam moment bahagianya setelah masa remaja yang indah.

Yoongi berjalan dengan senyum tersungging di bibir. Wajah muram tadi entah hilang kemana. Digantikan oleh sebuah senyum yang mungkin tak akan pernah luntur dari bibir. Pikirannya di penuhi sebuah euphoria besar dan melupakan apa yang tadi mengganggu pikirannya.

Memang benar sepertinya, ia tak akan pernah bisa lepas dari sana. Dari dunia musik yang membesarkannya. Ia terlalu jatuh cinta dengan musik. Bahkan sampai saat ia pensiun pun yoongi akan tetap pulang pada musiknya, pada panggungnya.

Mulai hari itu yoongi menetapkan tekat. Dia akan kembali. Kembali ke jalanya, jati dirinya sebagai rapper underground di jalanan kota tokyo. Menikmati kesendirian yang ditemani kekasih setia, Yaitu musik.

----

Alone in TokyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang