Ada perubahan dikit di Alone In Tokyo : 9
––———
Selesai memakan ramen instannya. seperti biasa, yoongi akan melangkah ke luar balkon. Mendudukan diri di satu kursi yang ada di sana dan melakukan kegiatan kesukaanya selama tinggal di jepang.
Udara malam saat ini sungguh menyejukan. Langit pun begitu bersih, tak tertutup awan menampilkan taburan bintang di atas atas sana.
Setelah menghabiskan sebatang rokoknya. Yoongi hendak masuk ke dalam. Tapi atensinya pun teralih pada ponsel hitam yang lusa lalu membuatnya kembali mengulik luka lama. Di saat dia, wanita itu kembali menghubunginya. Entah dari mana dia mengetahui nomernya, setelah yoongi menggantinya sebelum pindah ke jepang. Seingatnya hanya keluarga dan bangtan saja yang ia beri tau nomor barunya ini. Akun Media sosial pun sudah yoongi hapus.
Panggilan itu terlalu tiba tiba. Hingga yoongi tak siap dan justru melamun. meninggalkan panggilan itu memberinya sebuah voice note.
Wanita itu sungguh berpengaruh besar pada dirinya. Yang mana hanya karena panggilannya saja membuatnya tak berselera makan seharian. Dua hari ini pun ia juga sering melamun, menjadi pendiam. Sampai jennie keheranan sendiri karena kehilangan teman berdebat.
Yoongi menimbang ,haruskah ia buka voice note itu. Walaupun ada rasa penasaran akan tujuan wanita itu menghubunginya tapi yoongi terlalu pengecut. Sehingga membiarkan voice note itu tanpa di buka selama dua hari. Ia masih belum bisa menerima kenyataan.
Tapi rasanya makin lama semakin menyiksa. Dan hari ini yoongi memberanikan dirinya. Menyentuh notifikasi voice note dan mendengarkan kembali suara lembut yang ia rindukan.
"Annyeong? Apakah ini benar nomor Min yoongi?—“
Kalimatnya terhenti beberapa saat. Selanjutnya Tawa pelan terdengar di ujung sana. Sangat halus, yang mampu membuat yoongi meremang.
“Ah—ani, paboya kenapa aku bertanya seperti ini, jimin-shi tak mungkin berbohongkan yoon-ah”
Yoon-ah, panggilan yang wanita itu berikan padanya. Membuat dirinya tersenyum samar saat panggilan itu terdengar lagi. Sudah lama sekali ia tak mendengar panggilan itu. Hanya dia yang memanggilnya seperti itu di perusahaan. Terdengar helaan nafas pelan sebelum si wanita kembali membuka suara.
“Anyeong yoongi-yah, bagaimana kabarmu?" Beberapa bulan ini, mungkin yoongi sudah hampir melupakanya. Bahkan ia tak inhat dengan suara lembut itu. Tapi saat suaranya kembali menyapa. Semua memori dan rasa rindu kembali begitu cepat. Luka lama yang sedikit demi sedikit sembuh itu kembali Dengan rasa sakit yang sama.
"Aku harap kau baik baik saja, karena semua orang di perusahaan tau bagaimana buruknya kau mengurus dirimu sendiri”
Ya aku baik baik saja dora-yah. Mungkin hanya hatiku saja yang tidak. Ucap yoongi dalam hati sembari tanganya mengusap wajah kasar.
“Ah— sepertinya sudah hampir satu tahun ya kau meninggalkan seoul, Yoon-ah apakah kau disana tidak merindukan seoul? semua di sini merindukanmu, bangtan, pd-nim, para junior, staf, semua merindukanmu, aku... juga merindukanmu yoon-ah”
Tanpa sadar yoongi mengepalkan tanganya. Merasakan perasaan getir saat kalimat terakhir itu terucap.
“Perusahaan berjalan dengan baik yoon-ah, mungkin tahun depan beberapa group baru akan debut, keluarga kita bertambah yoon-ah”
Terdengar suara tawa kecil di ujung sana yang tanpa sadar membuat yoongi ikut tersenyum. Kenangan masa lalu itu kembali hadir. Dimana saat hanya mereka satu satunya group dalam agensi. Berjuang bersama dengan para staf. Membangun perusahaan hingga sebesar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone in Tokyo
Fanfiction°○Yoonie○° ~Baku ~Fiksi ~Idol live _________________________________ Yoongi lebih memilih untuk meninggalkan kampung halamannya setelah group yang membesarkanya menyatakan pensiun. Pergi untuk melupakan seseorang yang telah menyakitinya begitu dala...