Bagian 3

3.3K 273 36
                                    

Katanya setelah sedih pasti ada bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya setelah sedih pasti ada bahagia. Katanya setelah duka pasti ada suka. Katanya semua luka pasti ada obatnya. Katanya dan katanya. Semunya seperti tak nyata bagi Natha. Tidak ada bahagia, tidak ada suka, tidak ada obat untuk lukanya.

Natha tak mengerti arti bahagia yang sesungguhnya, tapi Natha tau betul apa arti kesedihan yang sebenarnya.

“Natha pulang”

Natha membuka pintu depan rumahnya dan melangkah masuk. Kedua kakinya belum sepenuhnya masuk, sudah ada suara ribut-ribut dari dalam.

“Kamu itu ya! Orang baru pulang kerja malah diomelin”

“Tadi pagi kamu bilang bakalan pulang siang, kenapa malah sore?”

“Aku ini kerja, buat kalian juga. Emangnya kenapa kalau telat pulang sedikit?”

Lagi-lagi, setiap hari Natha tak pernah absen mendengar kedua orang tuanya bertengkar. Selalu ada saja yang mereka ributkan. Natha melihat kedua orang tuanya itu berada di ruang tengah. Natha berdiam diri tak jauh dari pintu utama menyaksikan keduanya.

“Terserah kamu aja, aku udah lelah” setelah mengucapkan itu bundanya pergi dari sana dan tinggal sang ayah yang masih sedikit emosi duduk disofa ruang tengah.

Ayahnya itu sangat temperamental, salah sedikit saja bisa marah-marah.

Natha berjalan melewati ruang tengah bermaksud untuk langsung ke kamarnya. Tapi suara sang ayah menghentikan langkah kakinya.

“Kenapa baru pulang?!” suara sang ayah terdengar penuh penekanan.

“Tadi agak macet” jawab Natha tanpa menatap sang ayah.

Ayah Natha mengepalkan tangannya dan menarik kasar lengan Natha agar menghadapnya.

“Kalau orangtua ngajak bicara itu dilihat! Kamu itu ngga ada sopan santunnya, ya?!” marah sang ayah sambil menatap Natha tajam. “Lihat ayah!” perintah ayahnya. Natha menurutinya dan menatap mata sang ayah.

“Kamu di sekolahin sampai sekarang itu biar pinter! Bukannya jadi bodoh! Jangan sampai kaya bunda kamu yang sukanya ngomel aja itu. Kamu tau, harusnya pulang sebelum jam lima. Ini udah jam lima lebih dan kamu baru pulang…”

Apa Natha salah? Natha sudah bilang tadi macet dijalan, makanya baru pulang.

“… kamu bilang macet? Memang ngga ada jalan lain buat dilewatin? Memang jalan cuma satu itu aja? Otak kamu itu dipake dong, bukan jadiin pajangan!” ujar ayahnya marah-marah.

“Ayah kenapa sih? Natha pulang telat itu bukannya tiap hari! Ini juga baru jam lima lebih sedikit, kenapa ayah marah-marah?” pekik Natha.

NandemonaiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang