Bagian 11

1.9K 210 10
                                    

Kadang Natha berpikir jadi orang gila lebih enak ketimbang jadi orang waras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadang Natha berpikir jadi orang gila lebih enak ketimbang jadi orang waras.

🍀🍀🍀

'Tha, udah pulang sekolah kan? Langsung pulang, ya. Jangan kelayapan kemana-mana! Nanti malam ada acara kumpul keluarga di rumah nenek sama yang lainnya juga'

"..."

'Kamu dengerin ayah 'kan, Tha?' sedikit ada nada penekanan dari seberang. Natha hanya berdehem sebagai jawaban, terdengar tidak sopan. Dan benar saja hal itu membuat ayahnya marah. 'Jawabnya yang bener Natha!'

"Iya Natha denger, yah" sahut Natha.

'Oke, udah mau pulang kan?'

Natha menaiki motornya yang masih terparkir. "Iya, ini udah diatas motor" balas Natha lagi.

'Ya udah, langsung pulang ke rumah sekalian siap-siap. Ayah masih ada kerjaan. Ah iya...' ayahnya memberi jeda sejenak. '...hati-hati pulangnya'

Setelah itu sambungan telepon tersebut terputus. Natha hanya tersenyum singkat mendengar perhatian dari sang ayah. Rasanya sangat aneh, tapi tetap saja membuat sedikit rasa senang dihati Natha. Tetapi sekejap kemudian ekspresi Natha berubah. Natha menghela nafas lesuh mendengar ucapan ayahnya tadi.

Acara keluarga? Natha benci itu. Karena otomatis seluruh anggota keluarga akan hadir tanpa terkecuali, apalagi kalau ini keluarga dari ayahnya. Sudah dipastikan nanti akan menjadi ajang membanding-bandingkan anak yang pastinya tidak pernah Natha menangkan. Natha pastikan hari ini acara keluarga itu tidak akan lengkap.

"Maaf yah, kali ini aja Natha bener-bener jadi pembangkang" Natha memakai helmnya dan mulai meninggalkan area sekolah menuju tempat lain. Dan tentu tempat itu bukanlah rumah.

Natha sedang tidak ingin pulang ke rumah dan sangat malas ikut acara keluarga.

🍀🍀🍀

Berjam-jam Natha mengukur jalanan kota dengan motornya seolah tak ada tempat yang tepat untuk Natha berhenti. Pada kenyataannya memang seperti itu. Natha tak punya tujuan pasti mau kemana. Yang bisa Natha lakukan hanya mengendarai motornya sampai tak sadar sudah jauh dari daerah kotanya. Semoga saja Natha tak tersesat, secara Natha itu suka lupa arah.

Pada akhirnya, taman kota menjadi pilihan Natha untuk berhenti. Bukan kota tempat tinggal Natha, bahkan ini sangat jauh dari rumahnya. Natha melirik jam tangannya sejenak, sudah pukul tujuh malam. Sudah dipastikan ayahnya mencak-mencak di rumah. Kali ini saja Natha tak ingin peduli. Natha ingin bebas sejenak dan melakukan apa yang ia inginkan. Meski hanya duduk diam ditaman kota.

Natha mengambil ponselnya dari dalam tas. Sekadar bermain game untuk mengusir kebosanan yang tiba-tiba melanda. Tapi langsung menepuk jidatnya saat hanya layar hitam yang terpampang. Lupa kalau tadi ia mematikan ponselnya karena tak ingin menerima telepon dari siapapun, terutama sang ayah.

NandemonaiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang