Bagian 5

2.4K 234 12
                                    

“Orang bilang, syukuri hidup apapun yang terjadi maka hidupmu akan bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Orang bilang, syukuri hidup apapun yang terjadi maka hidupmu akan bahagia. Apa kalo gue syukuri hidup gue yang kaya gini ini, gue bisa bahagia?”

Terkadang Natha berpikir, apa mungkin ia kurang bersyukur maka dari itu hidupnya semakin rumit seperti ini. Natha percaya Tuhan. Dan Natha selalu berdoa kepada Tuhan agar hidupnya bisa lebih baik dari sekarang.

Tapi Natha terlalu banyak berharap. Bahkan sampai sekarang Tuhan belum mengabulkan doa-doanya. Semua tetap sama.

Rasanya hampir putus asa. Natha ingin sekali menyerah, lelah dengan semua hal yang ada dipikirannya.

🍀🍀🍀

Malam itu Natha berjalan sendirian menuju apotek dekat rumahnya. Tanpa membawa motor, sengaja ia tidak membawa motor kesayangannya karena tidak ingin ketahuan ayah dan bundanya kalau dirinya keluar. Yah, Natha pergi secara diam-diam.

Tujuan Natha ke apotek untuk membeli obat penenang. Jangan tanya kenapa, kalian pasti tau kegunaan obat tersebut. Yang jelas selama seminggu ini Natha tak bisa tidur dengan tenang, tidurnya selalu diatas jam duabelas malam. Mungkin sudah biasa seorang Natha itu selalu begadang malam. Tapi kali ini benar-benar mengganggu Natha.

Sejenak Natha berhenti didepan apotek, antara mau masuk dan tidak. Natha mengeratkan tangan kanannya yang memegang ponselnya, kenapa saat sampai Natha jadi sedikit ragu? Natha mengembuskan nafasnya kasar dan dengan yakin melangkah masuk ke dalam apotek.

“Eh?!” gumam Natha pelan saat melihat ada Tania juga di apotek tersebut. Kenapa juga harus bertemu anak itu disini?

Tanpa menyapa ataupun apa, keduanya seperti dua orang yang tak saling mengenal. Sama-sama sadar akan keberadaan satu sama lain, tapi mereka lebih memilih tak acuh.

Natha menghampiri salah satu apoteker dan mengatakan obat apa yang ia perlukan, “Mbak, saya mau beli obat penenang” ucap Natha cukup pelan.

Apoteker tersebut terlihat mengernyitkan dahinya sebentar kemudian bertanya, “Apa ada resep dari dokter?” tanya apoteker tersebut.

Natha terdiam sejenak, resep dokter? Tentu tidak ada. Ia menggeleng dengan ragu. Ini pertama kali Natha pergi ke apotek membeli obat tersebut, dan Natha tidak tau kalau itu memerlukan resep dokter. Natha menggaruk kepalanya bingung.

Bagaimana kalau ia tidak dapat obat tersebut? Apa harus setiap harinya Natha tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Apoteker tersebut terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Natha kemudian pergi dari sana dengan sebelumnya menyuruh Natha untuk menunggu. Beberapa saat kemudian apoteker tersebut kembali dengan membawa satu strip obat yang sudah dibungkus rapih.

“Kalo ga bener-bener butuh jangan dipaksain minumnya. Jadinya seratus tujupuluh ribu” ujar apoteker tersebut sambil memberikan obatnya pada Natha.

NandemonaiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang