Sepulang dari studio musik, Daren mengantarku pulang. Dahiku berkerut saat motor laki-laki itu menuju arah yang berbeda.
"Ini kemana? Kayak bukan jalan ke rumah gue,"
"Nggak inget?"
Aku berpikir sejenak lalu tersadar.
"Ke rumah lo gak sih?
"Itu inget,"
"Kenapa nggak bilang?
"Emang kalo gue bilang, mau?"
"Ya nggak sih,"
"Tuh makanya gue enggak bilang,"
"Terus lo ngajak gue ke rumah lo mau ngapain bikin flashback aja,"
Aku bisa mendengar kekehan Daren dengan jelas, dasar.
"Mama kangen sama lo,"
"Oh makanya lo nyulik gue?"
"Kalau gue beneran nyulik lo mending gue bawa ke pasar perdagangan manusia, dapet duit,"
"Dih sadis,"
"Tapi karena gue orangnya penyayang gue nggak akan ngelakuin itu,"
"Ya dah serah."
Sesampainya di rumah Daren yang kelewat besar. Daren mengajakku masuk.
"Ma, Daren bawa menantu buat mama nih."
Mulutnya itu lho minta disuapin cabai.
"Eh ada Sonya udah lama ya, makin cantik aja."
Aku segera mencium punggung tangan wanita itu. Mamanya Daren memang baik tidak seperti anaknya.
"Makasi, Tante juga masih tetap cantik kayak biasanya hehe,"
"Makan dulu yuk Tante udah nyiapin rolade ayam kesukaan kamu,"
Wanita itu mengajakku pergi ke ruang makan Aku menoleh ke arah Daren yang hanya mengendikkan bahu. Suasana seperti ini membuatku ingat saat pacaran dulu aku sering datang ke sini dan mengobrol dengan mamanya Daren. Bisa dibilang kami cukup dekat. Dulu.
"Udah gak kangen lagi?"
"Iya, jadi pengen punya anak cewek kayak Sonya deh, tapi kamu malah putusin dia,"
Aku hanya tersenyum canggung melihat wanita itu memarahi Daren.
"Lagi diusahain lagi ini, lagi pula yang dulu emang waktunya putus,"
Emang waktunya putus? Enteng sekali mulutnya bilang begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace, Fight, Repeat [END]
Short Story"Menurut gue mantan adalah pacar yang udah kadaluwarsa. Dan rasa mantanan lebih menantang daripada rasa pacaran." - Daren Copyright2020 by Renata Sayidatul