×26× Klarifikasi (b)

1.6K 131 1
                                    

"Kenapa lo tanya?"

"Karena gue rasa waktu itu kita gak lagi ada masalah apapun, tengkar juga enggak, tapi tiba-tiba lo putusin gue, awalnya gue marah sama lo, tapi lama-lama gue capek marah, mencoba positive thinking mungkin lo lagi ada masalah."

Itu meluncur begitu saja. Seperti emosi telah mengambil alih mulutku untuk berbicara.

"Jadi?"

"Gue mau tau alasan lo putusin gue."

"Kalau gue bilang gue suka sama cewek lain dan selama itu gue cuma manfaatin lo, lo percaya?"

"Itu alasan klise, bisa terjadi sama siapa aja termasuk lo."

"Jadi lo percaya?"

"Sure, kenapa enggak? Meski gue akui gue sayang banget sama lo waktu itu," jawabku sesantai mungkin, padahal rasanya aku ingin menjadikannya perkedel daging. Mana ada perempuan yang mau diselingkuhin dan dimanfaatkan pula.

"Ya udah."

"Maksudnya?"

"Itu alasan gue."

Aku mengerutkan dahi bingung, "kok bisa?"

"Katanya lo percaya."

"Iya tapi mak--" tiba-tiba saja dia menangkup wajahku, itu membuatku sontak berhenti berbicara. Manik mata hitam legam miliknya begitu menghanyutkan seperti biasanya.

"Lo gak percaya sama alasan itu 'kan? Jangan coba bohong kalau kebiasaan jujur."

Daren menurunkan tangannya yang pada akhirnya bisa membuatku bernapas lega, tidak seperti tadi.

"Itu taruhan."

"Ha?"

"Ya Allah, mantan gue bolot," kekehnya yang menyebalkan.

"Yang bener ih," kesalku.

"Kita putus udah berapa lama sih?"

"Dua bulanan mungkin."

"Lo inget waktu gue putusin lo?"

"Di depan kelas gue, hari Rabu pulang sekolah."

"Lo masih inget?"

"Ya mana gue bisa lupa, lo cowok tergila yang putusin ceweknya tiba-tiba, tanpa ada alasan lagi, dasar!"

"Udah ah, balik ke sekolah yuk!"

"Lo belum jawab pertanyaan gue."

"Gak perlu dijawab."

"Seenak jidat lo."

"Iya, gue tahu jidat gue eksotis."

Sekarang siapa yang menyebalkan? Selama aku jadi pacarnya dulu, Daren memang pandai menyembunyikan sesuatu terutama yang akan melukai perasaanku. Aku tahu itu dan dia pun mengakuinya. Tapi yang satu ini aku perlu tahu karena keputusanku berikutnya tergantung dari jawaban Daren sekarang.

"Daren."

"Hmm."

"Apa karena Shilla? Gue gak suka kalau lo terus nyembunyiin masalah yang ada kaitannya sama gue, ngerti 'kan?"

Daren terdiam. Buatku itu adalah sebuah jawaban yang pasti.

Peace, Fight, Repeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang