Chapter 16

89 8 3
                                    

Semalam tidurku nyenyak sekali. Mungkin aku terlalu lelah dengan kegiatan kemarin. Meskipun melelahkan, aku senang dapat mengunjungi klub fotografi kebanggaan Taehyung, tempat di mana pertama kali ia berjumpa dengan Bae Micha.

Hari ini Taehyung berencana untuk mengajakku berjalan-jalan menelusuri beberapa tempat yang katanya ia rindukan. Baiklah, karena dia yang membawaku ke sini, aku akan menuruti apa pun kemauannya.

***

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah sebuah sekolahan. Tidak terlalu besar, namun rimbun dengan pepohonan. Membuat hawa di sekitarnya menjadi lebih segar.

"Ini adalah SMP-ku," terang Taehyung, ia berjalan beberapa langkah mendahuluiku. Aku mengikutinya. "Dulu Micha pernah ke sini."

"Wae?"

"Dulu sewaktu penerimaan rapor ujian, ayah dan ibuku berhalangan untuk mengambilnya. Karena harus orang tua yang mengambil rapor, lalu aku memohon-mohon pada Micha untuk berpura-pura menjadi ibuku. Awalnya ia tidak mau karena katanya itu sama saja dengan berbohong. Tapi, mungkin dia kasihan melihatku terus merajuk, akhirnya ia menyetujuinya," Taehyung bercerita sambil tersenyum. Pandangannya menerawang ke masa lalu.

"Aku menunggunya di gerbang sekolah. Tiba-tiba ada seorang perempuan dengan lipstik merah tebal dan kacamata hitam menyapaku. Aku kira siapa, ternyata Micha. Dia sangat totalitas, berdandan semirip mungkin seperti ibu-ibu," tutur Taehyung. "Bahkan aktingnya luar biasa keren. Di hadapan guruku, dia menasehatiku selayaknya ibu kepada anak agar selalu rajin belajar. Kalau saja tidak ingat ini sedang berakting, aku pasti sudah kabur."

Aku tergelak mendengarnya. Kocak juga hubungan Taehyung dengan Micha.

Masih dengan senyumnya, Taehyung menoleh kepadaku. Ia meraih tanganku dan berkata, "Ayo, aku tunjukkan tempat favoritku!"

Taehyung sedikit berlari, membuatku agak terseret mengikuti langkahnya. "Hei, pelan-pelan!"

Namun sepertinya ia tidak mendengarkanku, karena ia masih terus melakukan hal yang sama.

Tibalah kami di belakang sekolah. Terdapat lapangan yang tidak terlalu luas dan sebuah taman kecil dengan berbagai macam jenis dan warna bunga. Aku mendekat ke taman tersebut dan mengeluarkan ponselku untuk memotretnya. Cantik sekali.

"Dulu aku suka membawa kamera ke sekolah diam-diam, untuk melakukan hal yang sama sepertimu saat ini sepulang sekolah," ujar Taehyung.

"Apa kau masih menyimpan foto-fotonya? Apakah bunga-bunga di sini masih sama dengan dahulu?" tanyaku penuh keingintahuan.

Taehyung tersenyum. "Sama. Hanya saja aku lebih suka yang sekarang."

"Wae?"

Taehyung membelai rambutku lembut, membuatku sedikit berdebar. "Karena di tempat favoritku sekarang ada manusia favoritku juga."

Rasanya geli sekali mendengar Taehyung berujar hal manis seperti ini. Meskipun sudah beberapa kali terjadi, tapi tetap saja masih terasa aneh bagiku. Walaupun tidak dipungkiri, tebersit perasaan senang yang menghampiri.

"Taehyung-ah, kumohon jangan menggodaku," pintaku.

""Hei, aku tidak menggodamu. Aku hanya menyampaikan apa yang ada di benakku," jujur Taehyung.

Baiklah, aku percaya.

"Oke, habis ini kita akan ke mana?"

***

SceneryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang