Chapter 1

317 28 0
                                    

"Jang Hyuna, jawab aku!" teriak Yeri dari seberang sana.

Hyuna terkikik mendengarnya, senang berhasil membuat sahabatnya penasaran. Ia usai menceritakan pada Yeri bahwa barusan ia pulang diantar oleh seseorang, tapi ia belum juga memberitahu siapa yang mengantarkannya pulang pada Yeri.

"Ayolah," Yeri merengek.

"Kau sungguh-sungguh ingin tahu?" Hyuna bertanya sekali lagi pada sahabatnya itu.

"Hyuna! Kau bodoh atau bagaimana, aku sangat mengenal dirimu. Temanmu hanya sedikit dan sahabatmu itu hanya aku. Maka dari itu ...," Yeri berhenti sejenak. "Ayolah, tinggal beritahu aku siapa namanya dan selesai perdebatan tidak penting ini."

            Hyuna bisa mendengar dari sana Yeri mendengus kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyuna bisa mendengar dari sana Yeri mendengus kesal. Tidak tahan juga menggoda sahabatnya seperti ini.

"Taehyung," akhirnya Hyuna memberitahu Yeri.

"Taehyung yang mana?" Yeri berpikir. "Jangan bilang ... Kim Taehyung?"

Hyuna mengangguk. "Siapa lagi teman kita yang bernama Taehyung selain Taehyung yang itu."

"Woah, baru juga aku tinggal sehari, kau sudah punya pacar. Curang!" Hyuna bisa membayangkan ekpresi wajah Yeri, muka ditekuk dengan bibir yang mengerucut. Pasti lucu sekali.

"Hei, aku tidak bilang dia pacarku ya, jangan buat gosip," omel Hyuna. "Dia hanya mengantarku pulang, tidak ada yang istimewa."

"Kau bicara apa saja dengannya di mobil?" tanya Yeri penasaran.

Hyuna termenung. Ia teringat selama di mobil ia dan Taehyung tidak berbicara tentang apapun.

"Terserah kau mau percaya padaku atau tidak Yeri-ya, tapi kami tidak ngobrol sama sekali, haha," Hyuna mengubah posisi teleponnya menjadi mode loudspeaker agar tangannya bebas memeluk guling.

"Hah, sulit untuk dipercaya, tapi aku tahu kau tidak mungkin berbohong," sahut Yeri. "Memangnya dia tahu rumahmu di mana?"

"Begitu aku masuk ke mobilnya aku langsung membuka aplikasi maps yang mengarahkan ke rumahku. Dia melihatnya sekilas dan ya ... Aku tiba di rumah dengan selamat, mengucapkan terima kasih padanya, dan sekarang sedang meneleponmu," cerita Hyuna singkat.

Yeri menghembuskan napas kasar. "Kau harus lebih ramah, sudah baik Taehyung mau memberimu tumpangan. Sudahlah, aku ngantuk. Jalja, Hyuna-ya."

"Jalja."

Hyuna menekan tombol merah yang menandakan sambungan teleponnya dengan Yeri telah berakhir. Ia letakkan ponselnya di nakas samping ranjangnya dan merebahkan diri untuk bersiap tidur.

***

Hyuna

Berkali-kali aku berusaha memejamkan mata tapi tidak berhasil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berkali-kali aku berusaha memejamkan mata tapi tidak berhasil. Badanku sungguh lelah, aku sangat ingin tidur. Akhirnya setelah lelah berusaha untuk tidur, aku berusaha menikmati waktu terjagaku ini dengan memikirkan hal-hal random. Tiba-tiba aku teringat peristiwa beberapa jam yang lalu.

Kim Taehyung. Dia adalah teman satu angkatanku di perkuliahan. Setelah diingat-ingat, ternyata sewaktu semester 1 kami cukup sering berada di kelas yang sama, tapi aku tidak terlalu memerhatikannya. Taehyung memiliki perawakan yang proporsional. Tinggi hampir 180 sentimeter, bahu lebar, dan dada bidang. Ditunjang dengan wajahnya yang tampan, membuat dia menjadi incaran para gadis di fakultasku. Aku mengakui, dia memang tampan, apalagi kalau sedang tersenyum, level ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.

Sial, mengapa aku jadi memikirkan Kim Taehyung?

***

Taehyung

            Jang Hyuna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jang Hyuna. Aku tidak akan pernah lupa akan kebaikan gadis bermarga Jang itu. Mungkin dia sudah lupa, tapi aku akan selalu ingat. Dulu semasa orientasi mahasiswa baru, kami diharuskan sudah tiba di kampus pukul 06.00. Berhubung aku tinggal sendiri di rumah, aku tidak sempat membuat sarapan. Mau beli pun, belum ada restoran yang buka di sepanjang jalur dari rumahku menuju kampus. Ditambah lagi, sebelumnya aku melewatkan makan malam karena sibuk mengerjakan tugas orientasi. Alhasil paginya perutku sangat melilit, keringat bercucuran di pelipisku. Berulang kali aku menyeka keringat dengan punggung tangan.

Sepertinya saat itu Hyuna melihat keadaanku yang mengenaskan, kemudian ia menghampiriku.

"Kau sakit?" tanyanya singkat namun penuh perhatian sembari memerhatikan wajahku dengan teliti. Tersirat raut khawatir di sana.

"Tidak," aku pun mengelak, berusaha terlihat baik-baik saja. Gengsi.

"Aku tebak kau belum sarapan," Hyuna mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah kotak makan. "Makanlah, kau bisa mengembalikan kotak makanku kapan-kapan. Masa orientasi masih panjang, jangan sampai sakit."

Hyuna memberikan kotak makannya dan pergi, kembali ke kerumunan gadis-gadis yang sedang sibuk membicarakan tugas orientasi. Padahal aku belum sempat mengucapkan terima kasih padanya. Untung aku sempat melihat name tag yang dipakainya, sehingga aku tidak perlu pusing untuk mencari tahu siapa gadis yang telah berbaik hati memberikan bekalnya padaku, menyelamatkanku dari kelaparan.

Setelah tidak sengaja mengantarkannya pulang tadi, kemudian aku teringat sesuatu. Kotak makan milik Hyuna masih tersimpan rapi selama 1,5 tahun di lemari dapurku. Hah, bodoh.

SceneryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang