Chapter 14

95 9 0
                                    

Hyuna

"Coba cek sekali lagi, pastikan tidak ada yang tertinggal."

Taehyung mengantarku ke kampus untuk mengikuti seleksi magang. Justru dia yang lebih bersemangat dibandingkan aku. Membantu menyiapkan alat tulis, mengurus berkas administrasi yang dibutuhkan, bahkan membuatkanku sarapan. Kali ini bukan sandwich (syukurlah), tetapi nasi goreng dengan telur dadar, makanan kesukaanku. Walaupun tidak seenak buatan Seokjin, tetapi aku tetap mengapresiasinya karena mau bersusah payah memasak untukku.

Setelah kupastikan semua alat tulis dan berkas yang dibutuhkan ada di dalam tas, Taehyung melajukan mobilnya meninggalkan rumah.

***

"Jangan gugup, kau itu pandai, pasti bisa," Taehyung menenangkan, mengelus pundakku lembut.

Aku menatapnya sejenak dan mengangguk mantap.

"Segera masuk sana. Kalau sudah selesai, jangan lupa kabari aku. Hwaiting!" Taehyung melambaikan tangannya dan menghilang di belokan.

Ya, aku pandai dan aku pasti bisa.

Uh, narsis sekali.

***

Tes tulis telah berlalu, kurang tes lisan yang akan dilaksakanan setelah istirahat makan siang. Aku memutuskan untuk makan bersama Kim Namjoon, si Ketua BEM. Ternyata dia juga ikut seleksi magang. Sejak awal menjadi mahasiswa baru, Namjoon memang terkenal aktif mengikuti kegiatan yang ada di kampus.

"Kau itu sebenarnya sudah berpacaran dengan Yeri sejak kapan, sih?" tanyaku penasaran.

"Yeri tidak pernah cerita?" Namjoon malah bertanya balik, aku memutar kedua bola mataku. "Uhm, sejak gosip kami berpacaran, sekitar 2 bulan lalu."

Aku melongo. Astaga, Yeri ini keterlaluan. Dia yang paling marah kalau aku tidak pernah cerita tentang hal semacam ini. Tapi lihat sekarang, dia melakukannya padaku. Menyebalkan.

"Katakan pada kekasihmu, dia yang justru berhutang banyak cerita padaku," omelku sambil mengaduk minuman yang kupesan.

Namjoon tergelak. Tak lama kemudian ia bertanya, "Nah, sekarang kubalik pertanyaannya. Sejak kapan kau berpacaran dengan Kim Taehyung?"

Aku hampir tersedak minumanku. Namjoon yang terkejut membantu menepuk-nepuk punggungku dan mengucapkan kata maaf beberapa kali.

"Biar kuberi tahu," aku menghela napas, "Aku dan Taehyung tidak berpacaran atau apa pun itu. Titik."

Namjoon tersenyum menggoda. "Oh, benarkah? Kalau memang tidak seperti itu, kenapa Taehyung boleh menginap di rumahmu?"

Hampir saja aku menggebrak meja kalau tidak ingat banyak orang di sekitarku.

Astaga, Ryu Yeri!

Awas saja, begitu bertemu denganku, habis kau.

Aku tidak menjawab pertanyaan Namjoon. Kulanjutkan makanku, seolah-olah percakapan barusan tidak pernah terjadi.

 Kulanjutkan makanku, seolah-olah percakapan barusan tidak pernah terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aku mengembuskan napas lega begitu keluar dari ruang tes lisan. Aku merasa berhasil melewatinya dengan baik, semoga hasilnya pun begitu.

Kulihat Taehyung telah menunggu di bangku depan ruang tes tulis. Teringat dengan Namjoon, aku segera mendekat ke Taehyung dan menarik pergelangan tangannya mengajak pergi ke tempat yang aman.

"Hei, ada apa?" tanya Taehyung begitu aku melepas tangannya. "Lihat, sampai merah begini."

"Aduh, maaf. Aku hanya ingin cepat-cepat pergi dari tempat tes tadi," ucapku seadanya.

Taehyung hanya mendengus. "Bagaimana tesnya?"

"Lumayan. Aku sedikit grogi saat tes lisan," jawabku jujur. Aku tidak terbiasa berbicara di depan banyak orang.

"Tidak apa-apa, setidaknya kau sudah berani mencoba." Taehyung tersenyum tulus. "Oleh karena itu, aku mau memberi kau hadiah."

Taehyung berhenti berjalan secara tiba-tiba, membuatku yang ada di belakang menubruk punggungnya.

"Hei, kalau jalan yang benar, dong," protesku sambil mengelus jidatku yang terantuk punggunggnya.

"Sore ini juga, kita ke Daegu."

"HAH?"

"Iya, ke rumahku."

Kejutan apalagi ini, Ya Tuhan?

"Kenapa? Ada apa?"

"Beberapa hari lalu aku diberi kabar oleh teman klub fotografiku di Daegu akan ada reuni. Nah, karena kuliah sudah berakhir, aku ingin mengajakmu juga," Taehyung memberi penjelasan.

"Sore ini? Memang kau sudah beli tiket? Bahkan aku belum menyiapkan apa pun," tuturku.

"Tenang saja, tiket kereta dan barang-barangmu sudah beres. Koper kita sudah kutitipkan di stasiun sejak tadi pagi. Sekarang kita tinggal pergi ke stasiun," ucapnya santai.

Berbeda denganku yang masih berusaha menolak. "Mana boleh ajak pergi perempuan sembarangan tanpa izin keluarganya. Tidak, tidak bisa. Pergi saja sendiri."

Taehyung terkekeh. "Siapa bilang aku tidak izin? Hoseok Hyung saja membantuku mengepak barangmu tadi pagi."

Baiklah, aku kalah telak.

***

Taehyung

Gadis di sampingku yang sedari tadi protes karena ajakanku yang tiba-tiba, akhirnya terlelap juga. Dia pasti kelelahan mengikuti tes seharian. Meskipun dia terus mengomeliku, aku tahu jauh di lubuk hatinya pasti senang diajak berlibur. Hoseok Hyung bilang, terakhir kali keluarga mereka liburan sewaktu Hyuna masuk perguruan tinggi. Beruntungnya, aku dan Hoseok Hyung menjadi akrab satu sama lain sejak pertama kali bertemu, sehingga dengan mudah ia memberi izin padaku mengajak Hyuna pergi.

 Beruntungnya, aku dan Hoseok Hyung menjadi akrab satu sama lain sejak pertama kali bertemu, sehingga dengan mudah ia memberi izin padaku mengajak Hyuna pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepala Hyuna kini bersandar dipundakku. Kuperhatikan wajahnya lamat-lamat. Tanpa sadar aku tersenyum. Ada rasa menggelitik yang datang. Wajah teduhnya saat tidur sungguh indah. Rasanya aku ingin terbangun setiap pagi dengan pemandangan seperti ini.

Kuambil kedua tangannya dan kugenggam agar tidak kedinginan.

Aku mengecup puncak kepala Hyuna, kemudian ikut terlelap.

SceneryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang