Chapter 12

104 10 0
                                    

Hyuna

Srek ...

Suara tirai jendela yang digeser membuatku terbangun, ditambah dengan cahaya matahari yang menelisik setiap sudut kamarku. Aku mengerjap beberapa kali untuk bisa melihat siapa orang yang berani-beraninya membangunkan tidurku yang nyenyak ini.

"Kau masih lari pagi?"

Aku langsung terduduk begitu mendengar suaranya. Mataku kini terbuka lebar.

Kim Seokjin.

            Setelah kejadian dramatis kemarin, aku langsung meninggalkan mereka bertiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian dramatis kemarin, aku langsung meninggalkan mereka bertiga. Aku memutuskan untuk di kamar saja sampai hari itu berlalu. Terlalu campur aduk perasaanku setelah bertemu dengannya lagi.

"Uhm, masih," jawabku sembari merapikan rambut yang berantakan ini.

Ia mengangguk. "Kalau begitu, segera cuci mukamu. Aku tunggu di bawah, ya."

Seokjin berlalu begitu saja, meninggalkan aku yang masih berusaha mensinkronkan otakku. Aku meneguk segelas air putih yang ada di nakas samping tempat tidurku. Setelah merasa nyawaku terkumpul, aku bergegas ke kamar mandi. Aku tidak mau membuatnya menunggu terlalu lama.

***

"Taehyung-ah, jangan ganggu adikku dan Seokjin. Biarkan mereka berdua dulu, kau kan bisa kapan saja," omel Hoseok sambil menarik kerah baju Taehyung dari belakang.

"Argh, lepaskan, hyung!" Taehyung melepas tangan Hoseok dari kerahnya, menatapnya dengan kesal.

Aku hanya menunduk dan tersenyum. Kakakku memang paling mengerti. Ia mengajak Taehyung untuk berlari terlebih dahulu, memberikan kesempatan untuk kami berdua bicara.

"Sekarang kau sibuk apa?" tanya Seokjin.

Aku memelankan langkahku dan memutuskan berjalan saja. Ah, rasanya seperti kembali ke masa lalu. Seokjin yang menemaniku berlari di setiap akhir pekan, membawakan botol minumku, dan berakhir dengan jalan santai sambil mengobrol.

"Minggu depan aku akan ikut seleksi magang," jawabku, "doakan, ya."

Seokjin mengangguk pasti.

Hening. Tidak ada percakapan lagi yang terjadi. Sejujurnya banyak sekali yang ingin kutanyakan padanya. Bagaimana kuliahnya? Apakah dia hidup dengan baik di sana? Apakah dia mengalami kesulitan dalam adaptasi? Mengapa dia tidak pernah menghubungiku sama sekali? Apakah ... dia sudah mempunyai kekasih yang baru? Masih banyak lagi, tetapi aku terlalu malu untuk menanyakan semua itu. Suasana canggung masih terus menemani. Bahkan kebersamaan kami selama 4 tahun tidak cukup kuat untuk mematahkan kecanggungan yang terjadi akibat setahun berpisah.

Langkah Seokjin terhenti, membuatku yang sudah beberapa langkah di depannya berjalan mundur. Aku menaikkan kedua alisku, memberi isyarat 'ada apa?'.

SceneryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang