Chapter 10

126 13 0
                                    

Kejutan! Aku mempercepat publish chapter 10 karena aku nggak sabar nunggu tanggal 15 :D Semoga rindu kalian terobati! Terima kasih :)

***

Minggu pertama ujian akhir semester tiba. Aku memasang alarm pukul 04.30 dan terbangun untuk sekali lagi membaca beberapa materi pelajaran. Rasanya kepalaku ingin meledak saja, apalagi kalau teringat tetanggaku itu yang terus merengek menagih janji les privat. Pusing.

Setelah melakukan rutinitas pagi seperti biasa, aku bergegas ke halte di depan perumahan untuk mengejar bus pertama. Namun, tiba-tiba suara mesin mobil yang sangat familiar di telingaku – aku tidak tahu kenapa bisa begitu – membuatku menoleh. Sudah sangat bisa ditebak.

"Hei, ayo berangkat bersama," ajak Taehyung dari balik kemudi.

Aku masih bergeming.

"Hyuna-ya," ia mulai merengek.

Sungguh, akhir-akhir ini ia kerap melakukan itu padaku. Herannya, aku tidak bisa menolak. Ya ampun, apa yang terjadi denganmu, Hyuna?

Akhirnya aku menyetujuinya dengan membuka pintu mobil dan duduk di sampingnya. Taehyung melihatku dan tersenyum samar. Ia kemudian mendekat padaku, aku bisa membaca gelagatnya dia hendak melakukan apa.

"Aku bisa pasang seatbelt sendiri," kataku memotong aksi terselubungnya.

Ia terkekeh. "Ya sudah kalau begitu."

Taehyung kembali fokus mengemudi. Ia menyetel radio dan beberapa lagu mengalun di antara kami. Entah kenapa, aku sedang tidak mood untuk mengobrol. Otakku masih sibuk untuk mengingat dan memahami materi ujian. Akhirnya, sepanjang perjalanan aku dan Taehyung hanya terdiam. Menikmati pikiran masing-masing.

***

"Bagaimana ujianmu hari ini? Lancar?" kakak meneleponku usai ujian. Sepertinya dia terakhir meneleponku sebulan yang lalu. Sekolah di Fakultas Kedokteran Hewan sungguh menyita waktunya.

"Setidaknya aku masih bisa menjawab soal-soal itu," sahutku. "Tumben Oppa meneleponku?"

Kakakku hanya tergelak. "Memangnya aku tidak boleh meneleponmu? Aku kan merindukan adikku satu-satunya."

"Ya ya ya, tentu saja boleh Oppa-ku sayang," aku tersenyum membayangkan wajah kakakku yang cemberut. Ternyata aku merindukannya juga. "Oppa kapan main ke rumah? Tidak ada rencana berakhir pekan denganku?"

"Tentu saja ada," jawabnya. "Tapi aku bawa teman, boleh?"

Aku berpikir sejenak, teman yang mana? Hoseok Oppa sangat berkebalikan denganku, temannya sangat banyak, sehingga aku tidak tahu teman yang ia maksud siapa.

"Siapa?"

"Kim Seokjin."

Aku terdiam. Nama itu lagi.

"Oppa, ada kegiatan yang harus kukerjakan sekarang. Bagaimana kalau teleponnya dilanjut nanti saja? Annyeong!" aku menutup sambungan telepon sepihak, segera mematikan ponselku, dan memasukkannya ke tas.

Aku bersandar ke dinding, mengatur ritme detak jantungku baik-baik.

Kapan dia pulang dari Amerika?

            Kapan dia pulang dari Amerika?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SceneryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang