[ No Time To Die - Billie Eilish ]
"Sayang, ini rumah kita. Rumah Bunda, Ayah, Bang Fadlan, Bang Fadli, dan Eca" Ucap Anita sambil merangkul anak gadisnya itu dengan lembut sambil berjalan masuk dari pintu depan menuju ruang utama rumah ini.
"Iya dek, ini rumah kita. Abang antar ke kamar kamu yuk." Sahut Fadlan yang berjalan dari belakang dua orang itu sambil menenteng tas yang berisi peralatan Putri sewaktu di Rumah Sakit.
"Iya put yuk main PS sama gue, eh maksudnya gue ajarin main PS lagi" Sahut Fadli yang juga berjalan dibelakang Fadlan sambil menenteng tas yang lebih kecil daripada yang dibawa Fadlan.
"Bunda biar istirahat aja ya put" "Biar Fadlan sama Fadli yang rawat Putri sewaktu di Rumah" Sahut Fadlan lagi.
Tak ada jawaban dari seorang Putri, ia hanya mengangguk seraya mengerti maksud sang kakak. Ya, dia melihat raut muka kecapekan sang bunda.
"Iya, bun. Biar Putri sama Bang Fadlan dan Bang Fadli aja, Bunda istirahat ya. Bunda jangan terlalu banyak fikiran karena khawatir sama Putri." Ucapnya lembut kepada sang Bunda.
"Yaudah, Bunda istirahat dulu ya sayang. Abang jagain Eca loh." Perintah Anita kepada putra kembarnya
"Siap Bun." Kompak mereka menjawab titah sang Bunda.
"Yuk put." Dirangkulah Putri oleh Fadli, kemudian mereka berjalan menuju lantai 2, disusul oleh Fadlan dibelakang mereka.
.
Mereka berhenti di depan pintu kamar berwarna Cokelat itu. Kemudian seseorang membuka suara. "Ini kamar lu put, kasian ni kamar berminggu-minggu kaga ada yang nempatin. Tapi tenang aja, Mbak Darsih tiap hari bersihin kok" Cengiran seorang Fadlan mencairkan keheningan. Ya, Mbak Darsih adalah salah satu Asisten Rumah Tangga di rumah ini.
Rumah ini memiliki 3 Asisten Rumah Tangga, 2 Satpam, dan 1 Tukang kebun. Meski hanya dihuni oleh 5 orang tapi rumah ini tidak pernah sepi. Kecuali ketika Putri dirawat di Rumah Sakit selama 5 minggu lamanya.
Fadlan membuka kenop pintu, dan masuklah mereka bertiga kedalam kamar itu. Kamar bernuansa Pink-Biru ini masih terjaga kebersihannya, meskipun sang pemilik kamar ini tidak menempati nya selama itu.
"Barang-barang adek abang taruh sini dulu ya" Fadlan yang sebelumnya membawa barang-barang keperluan Putri dirumah sakit menaruh barang itu dekat dengan almari pakaian di kamar adiknya. "Nanti biar dibantu beresin sama Mbak Darsih. Kamu mau langsung istirahat put?" Tanya Fadlan dengan nada sabarnya.
"Iya bang Fad" Putri tidak meneruskan kalimatnya itu, pasalnya dia masih belum bisa membedakan kedua abangnya itu.
"Bang Fadlan put" ucapnya tersenyum dengan masih menggunakan bahasa sopan dan nada yang sabar.
"Nih put, kalo gue itu yang lebih ganteng." Ucapnya sambil membusungkan dada membanggakan rupa tampannya itu "inget ya Bang Fadli" sambil menekankan pengucapan nama nya.
Fadlan hanya menampilkan senyum tipisnya kemudian menyahut Fadli yang masih sok membanggakan ketampanannya "Udah-udah biar Putri istirahat dulu."
Putri hanya menganggukan perintah abangnya itu. Fadlan dan Fadli hendak keluar dari kamarnya, sebelum sampai di pintu Putri angkat bicara dan sontak membuat dua abangnya itu berhenti. "Bang, maafin Putri ya enggak inget abang Putri sendiri." Ucapnya sambil menunduk dengan kesedihan yang tampak memilukan itu.
Fadli sempat menoleh kea rah Fadlan, lalu Fadlan mendekati adiknya itu dan memeluknya dengan lembut "Udah Putri enggak perlu mikirin itu, abang bersyukur Putri bisa kembali ke sini lagi. Udah sekarang kamu istirahat aja dulu ya dek." Ucapnya lembut seraya melepas pelukannya dari sang adik. Kemudian mereka berdua meninggalkan kamar sang adik.
TBC
YOU ARE READING
Metafora
Short StoryPutri itu ibarat Kupu-kupu, indah tapi dengan sayap sayap yang mudah rapuh. Tapi disetiap kerapuhan sayapnya, itu akan menghasilkan sayap baru yang lebih indah daripada sebelumnya. Start : 24 Maret 2020