Edisi Tsundere #Taeyong

1.9K 278 28
                                    

Taeyong, pria ini sering dikatakan manusia kulkas. Dingin dan tanpa ekspresi. Memang tampan bahkan sangat tampan, banyak perempuan yang tergila-gila akan ketampanannya. Namun, jangan harap pria itu akan tersenyum atau membalas menyapa para perempuan tersebut. Dia akan memilih diam, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan kemudian pergi.

Ada satu adik kelasnya bernama Rosé yang sangat penasaran pada sosok Taeyong. Entah kenapa, satu kakak kelasnya itu sangat menyita perhatiannya. Rosé yang terbiasa mendapatkan semua hal yang dia inginkan pun memiliki keinginan untuk bisa dekat dan lebih mengenal pria tersebut.

Jennie, Jisoo dan Lisaㅡketiga sahabat Roséㅡsudah mengingatkan Rosé agar melupakan dan membuang jauh-jauh Taeyong dari daftar keinginannya. Bukan karena iri atau apapun itu, mereka hanya yakin bahwa pria itu tak akan mudah Rosé dekati. Mereka tak ingin Rosé mengalami kesulitan.

Bukan Rosé namanya jika dia menyerah begitu saja. Rosé malah merasa dirinya lebih penasaran pada sosok Taeyong. Berbagai cara dia gunakan untuk mendekati Taeyong dan tentu saja semuanya gagal.

Taeyong tak peduli dengan keberadaan Rosé. Apapun yang gadis itu lakukan untuk menarik perhatiannya, Taeyong tak pernah memperhatikannya walau sebentarpun.

Sampai dimana suatu hari, ketika jam pulang sekolah dan hujan turun begitu derasnya.
Rosé harus pulang terlambat dikarenakan dia terlalu asik membaca beberapa novel di perustakaan sekolah hingga pada akhirnya dia tak pulang bersamaan dengan ketiga sahabatnya.

"Duh, hujannya deras banget. Ponselku pakai mati lagi! Gimana pulangnya coba?"

Rosé melihat ke segala arah penjuru sekolah dan keadaan sekolah memang cukup sepi. Ada beberapa siswa siswi yang belum pulang juga, mereka memilih menunggu hujan reda untuk bisa pulang. Sementara Rosé ingin cepat pulang karena perutnya benar-benar merasa lapar. Siang tadi, saat jam istirahat, Rosé tak pergi ke kantin karena sibuk bermain game bersama Lisa.

Rosé memaksakan berlari ditengah hujan menuju halte depan sekolahnya. Dia berharap ada taksi kosong yang nanti bisa dia naiki. Seragamnya sudah basah, bahkan branya seklias bisa terlihat dari balik seragam putih yang dia kenakan.
Tak ada pilihan lain, Rosé hanya ingin cepat pulang.

Hampir 10 menit Rosé berada di halte, tapi taksi tak kunjung juga datang. Dia sudah merasa kedinginan. Tak lama, sebuah motor sport berwarna merah berhenti tepat didepan halte.
Pria yang menaiki motor tersebut pun turun dan menghampiri Rosé.

Dia menggunakan seragam yang sama seperti Rosé, tapi Rosé tak bisa mengenalinya karena dia menggunakan helm full face.

Pria itu membuka jaket kulitnya dan memberikannya pada Rosé.

"Ini untukku? Kamu meminta aku memakainya?" tanya Rosé.

Pria itu nampak berdecak kesal, kemudian meraih tangan kanan Rosé dan memberikan jaketnya secara paksa. Setelah itu dia membuka helmnya dan melihat ke arah Rosé dengan tatapan kesal.

"Lihatlah seragammu sudah basah seperti itu! Kamu ingin orang lain menatapmu, melihat bramu itu yang sudah cukup terlihat jelas karena seragammu basah?"

Rosé buru-buru memakai jaket yang dia terima. "Maㅡmakasih, Kak Taeyong."

Ya, pria yang memberikannya jaket adalah Taeyong.

"Kenapa belum pulang? Apa kamu hari ini tak dijemput seperti biasanya?" tanya Taeyong lagi.

"Ponselku mati, biasanya aku mengirim pesan terlebih dahulu untuk minta dijemput. Aku sedang menunggu taksi tapi sejak tadi tak ada satu pun yang lewat."

"Ya, sudah. Ayo, pulang bersamaku! Aku akan mengantarmu. Cuma kita harus hujan-hujanan, apa tak masalah?"

Rosé menggeleng dengan cepat. "Tentu saja tak apa, aku juga sudah basah kuyup, kok."

Taeyong menarik tangan kanan Rosé, dia membawanya menuju motornya. Rosé menaiki motor tersebut setelah sebelumnya Taeyong yang menaikinya terlebih dahulu.

"Pegangan, aku akan sedikit mengebut!" Teriak Taeyong agar Rosé bisa mendengarnya ditengah derasnya hujan.

Rosé awalnya sedikit ragu, tapi dia pun akhirnya memegang seragam Taeyong dari sisi kanan dan kiri.

"Peluk saja, jangan seperti itu! Aku akan merasa geli jika kamu berpegangan dibagian itu," teriak Taeyong lagi seraya melajukan motornya.

Hah? Apa dia bilang tadi? Aku gak salah dengar, kan?Rosé.

"Peluk! Kalau gak mau, jangan salahin aku kalau kamu jatuh!"

"Iya-iya, ini juga mau peluk, kok!" seru Rosé.

5 menit kemudian, perlahan hujan mulai mereda. Taeyong pun memperlambat laju kendaraannya.

"Ngomong-ngomong bisa gak kalau di sekolah jangan pecicilan?" tanya Taeyong.

"Kakak gak suka, ya? Ya, sudah. Aku minta maaf, ya, Kak!"

"Kalau sama teman perempuanmu gak masalah. Aku perhatikan kamu juga terkadang terlalu dekat dengan teman pria sekelasmu."

"Eh, Kakak cemburu apa gimana ini?" tanya Rosé.

"Kalau mau jadi pacar aku jangan pecicilan gitu, jaga sikapmu. Jangan dekat-dekat dengan pria lain. Kamu ingin aku perhatikan, tapi saat aku perhatikan kamu malah sedang dekat dengan pria lain. Coba, bagaimana perasaanku saat itu? Kamu pasti paham," jawab Taeyong.

"Kakak sejak kapan perhatikan aku?" tanya Rosé lagi.

"Sudah lama, jauh sebelum kamu selalu bertingkah aneh untuk mendekatiku."

Pipi Rosé mulai merona, dia merasa senang hari ini. Walau harus kedinginan karena terkena hujan, tapi dengan adanya hujan tersebut akhirnya Rosé bisa memiliki waktu bersama dengan Taeyong.

"Satu lagi, aku bukan barang! Jangan kamu anggap jika kamu bosan, kamu bia mencampakan aku. Jika kamu memlakukannya, aku tak akan memaafkanmu!" lanjut Taeyong.

"Siap, Kak! Tenang aja, aku beneran suka sama Kakak, kok. Jadi, hari ini kita jadian, nih?" Rosé menempelkan dagunya dipundak kiri Taeyong.

"Ya, jadilah pacar yang baik!"

"Yes, tentu saja. Aku akan menjadi pacar Kakak yang terbaik!" seru Rosé dengan antusias.






End


Voment jusseyo! ❤
Next Wonwoo - Rosé.

P.A.C.A.RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang