PROLOG

56 5 3
                                    

Hujan deras masih membasahi kota dengan seribu cerita bagi wanita yang kini tengah meringkuk di kamar dan dibalut selimut tebal.

Kyra Maheswari, Kyra, begitu ia biasa dipanggil oleh keluarga dan teman-temannya.

Malam ini Kyra tak begadangan seperti biasa, terlebih saat ini ia sudah menjalankan ujian nasional tingkat menengah atas. Kyra 2 minggu lagi akan resmi lulus dan meneruskan sekolahnya ke universitas yang sudah ia impikan selama ini.

"Kyra...."

tok tok tok
masih tak ada jawaban dari dalam, wanita berusia 43 tahun itu langsung memutar knop pintu putrinya.

"ternyata benar, udah tidur ya.."
batin Davina sambil tersenyum memandang putrinya yang sudah semakin dewasa dan akan berusia 18 tahun tepat 3 hari lagi.

— 5.00 a.m
"Uaaaah..." Kyra masih bergelut dengan selimutnya dan menguap sesekali, dilihatnya jam di dinding kamarnya.

"Astaga, masih jam 5. Tumben amat aku kebangun jam segini ya." Seraya membenarkan posisi selimutnya agar semakin hangat, angin dan udara sisa hujan semalam masih membuat cuaca dingin dan membuat Kyra semakin malas untuk bangun.

"Kyra sayang, bangun yuk.." Ajak mamanya yang sedang menunggu jawaban di luar kamar.

"Ya ma, sebentar."

Tak berselang lama, Kyra membuka pintu kamar dan langsung memeluk mama kesayangannya.

"Good Morning, Mum." Sapa kira sambil memeluk dan memperlihatkan wajahnya yang masih seperti muka bantal.

"Ikut mama ke pasar, yuk. Mama mau masak yang banyak hari ini. Papa juga udah nunggu tuh di luar."

"Lah, tumben banget sih, ke pasar kok pagi-pagi banget, Ma." Sembari mereka berjalan ke arah pintu utama rumah minimalisnya.

"Papa lagi pengen dimasakin mama tuh katanya, lagian kan hari ini juga kakak kamu pulang dari tempat rantaunya."

Kyra melupakan sesuatu, ya, ia lupa bahwa hari ini kakaknya, Evano Maheswara, atau yang akrab dipanggil Evan akan kembali dari kota di salah satu kota di provinsi paling ujung Pulau Jawa, Surayaba.

—————————

Setelah selesai bersibuk ria di dapur dengan segala hasil masakannya, ada sedikit kebanggaan pada Kyra, ia mulai belajar memasak dengan benar. Davina bangga karena putrinya sudah mulai dewasa.

"Papa mau jemput Evan dulu di bandara ya, Kyra sama mama mau ikut?" Ajak lelaki yang tengah sibuk menggulung lengan kemejanya dan bersiap untuk berangkat.

"Mama sama Kyra di rumah aja, masih siapin makanan juga kan. Papa sendiri gak apa ya?" Davina masih sibuk menyiapkan makanan untuk ditata dibantu oleh Kyra.

"Iya, papa berangkat sendiri aja ya? Kyra kan bantu mama." Kyra masih asik menghias makanan yang telah ia buat.

"Ya sudah, papa berangkat ya."
Raka Maheswara langsung bergegas untuk berangkat menjemput putra kesayangannya.

Benar saja, Evan sudah menunggu sekitar setengah jam di bandara.

"Senyum dong, kan hari ini ketemu keluarga." Sahut Raka sambil menepuk pundak Evan yang tengah serius memainkan ponsel pintarnya.

"Papa!" Evan tidak bisa menutupi rasa antusiasnya ketika melihat papa nya sudah datang untuk menjemputnya.

"Haha, kamu kaya orang sibuk aja. Sampe ga lihat keadaan sekitar."

"Lagi sibuk liat akun gosip pa." diiringi tawa Evan yang sangat dirindukan oleh papanya.

"Udah kaya emak emak aja kamu, persis mama kamu, sukaaa banget liatin akun gosip sampe papa dicuekin."

Mereka asik berbincang sambil menuju parkiran untuk segera pulang dan menemui keluarganya.

—————

"Selamat datang Kak Evan! Yeeee akhirnya pulang ke rumah." Sambut Kyra ketika melihat kakaknya sudah ada di rumah, disusul Mama nya yang langsung memeluk Evan.

"Gimana kuliah kamu? Lancar kan?" Davina bertanya sambil mengajak Evan untuk langsung ke meja makan.

"Syukur lancar, Ma. Ini juga berkat doa dan dukungan keluarga kan, especially mama." Evan langsung mengecup pipi mamanya, ternyata di usianya yang menginjak 22 tahun sikap manja pada mamanya tidak hilang.

"Kak! Aku mau kuliah di tempat kakak, kata mama boleh. Kakak bisa kasih saran ga jurusan yang cocok buat aku?"

Potong Kyra saat Evan masih asik memeluk mamanya.

"Lah...kalo soal jurusan kamu harus bisa nentuin sendiri dong. Sesuaiin sama minat kamu, supaya kuliahnya ga jadi beban." Jawab Evan sambil memakan tempe goreng dengan tepung yang ia rindukan.

"Bener kata Kak Evan, Ra. Kamu coba konsultasi sama kakak, tapi jangan tanya jurusan yang cocok. Semuanya kembali ke kamu, Ra." Papa menjawab menambahi Evan.

"Ya udah kalo gitu, Kyra mau ambil sastra atau Pendidikan aja ya."

"Apapun pilihan Kyra, selagi Kyra senang jalaninnya boleh kok." Mama menimpali.

"Iya, Ra. Nanti kita cerita tentang pilihan kamu hari ini." Evan menjawab dengan tawa garingnya.

"Apaan deh kak, udah kaya judul film aja, haha."

Mereka asik dan tenggelam dalam suasana hangat yang selalu ada ketika mereka berkumpul.

Davina dan Raka sudah membesarkan kedua anaknya dengan penuh cinta. Sebisa mungkin tidak membuat keduanya sedih atau menangis, tetapi tetap mengajarkan keduanya agar bisa hidup sederhana.

Kyra dan Evan tumbuh dengan baik dan segudang prestasi, tetapi mereka tetap merasa selalu kurang dan kurang akan ilmu yang sudah mereka dapatkan. Hingga tak terasa waktu untuk menentukan jurusan itu sudah tiba. Kyra mengambil jurusan Sastra Inggris dan memutuskan untuk merantau bersama kakaknya.

Berat hati mama dan papa nya melepas lagi kepergian kedua anaknya, tapi asal mereka bisa bertanggung jawab atas pilihannya. Raka dan Davina tidak akan mengambil pusing dengan pilihan itu.

———————————

"Nah, ini kos kamu. Sebrang itu kos kakak, kalo ada apa-apa kamu harus hubungin kakak. Kakak yang bertanggung jawab atas kamu, Ra. Paham kan?" Evan mengantar Kyra ke kos eksklusif yang tepat berada di sebrang kos Evan. Menurut Evan, dengan begitu ia akan mudah mengawasi adiknya.

"Okay okay, tapi aku bakal usaha lakuin sendiri dulu ya, Kak. Kalo ga bisa baru hubungin kakak." kedip Kyra memberi sinyal meyakinkan kakaknya.

"Iya deh, udah mulai gede gini adik aku, ya ampun ga bisa aku unyelin lagi." Tangan Evan asik mencubiti pipi Kyra dengan penuh rasa sayang.

"Awww..... Sakit kak! Dulu mah iya aku pasrah diunyelin, sekarang ga lagi yeuu." Jawab Kyra yang buru-buru melepaskan cubitan kakaknya di pipi Kyra yang mulai terasa sedikit sakit.

"Dih, iya iya. Dulu kemana-mana minta ditemenin. Sekarang udah gede gini ya." Dengan nada kesal bercanda Evan sambil mengacak rambut Kyra.

Dua kakak beradik itu sangat akrab, dulu saat keduanya masih di bangku sekolah, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Menurut Evan, Kyra harus selalu ia jaga. Ia sangat menyayangi Kyra sebagaimana mestinya seorang kakak terhadap adiknya.

Kyra memulai kisah barunya di kota perantauan, memulai hidup lembaran baru, lingkungan baru.

Tapi status ga baru, jomblo ya jomblo aja, begitu pikir Kyra.

Setalah berbenah di kos barunya, ia langsung merebahkan tubuh di kasur yang empuk dan nyaman ini. Kyra mulai memejamkan mata karena lelah seharian membereskan banyak hal di kota rantaunya.

"Besok hari baru, aku harus punya semangat baru juga kan... yuk semangat yuk." Begitu pikir Kyra yang mulai memasuki alam mimpinya.






—————————————

HENLOOOO GIMANAA? WKWK, ini baru prolog aja. Pengenalan tokoh utama kita, Kyra.

Vote dan comment kalian sangattttttlaaaaaah membuat akuu makin semangat untuk up cerita. yuk tinggalin jejak dengan vote dan comment💛

—ayna.

Tak Pernah UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang