Tak Pernah Usai : new life

16 3 0
                                    

Kyra merasa sedikit gugup dengan berdiri di depan gerbang utama kampus baru yang ia impikan.

"astaga astaga astagaaaaa, Ra....mimpi apaan kamu bisa masuk ke kampus ini."
begitulah kira-kira yang terucap dibatin Kyra saat ini. Ia mencoba menetralkan nafasnya sembari berjalan ke dalam area kampus.

Banyak sekali terdengar candaan dan gelak tawa dari para mahasiswa dengan bahasa khas setempat.

"oi! kon lapo?"

Kyra bingung setengah mati melihat dua laki-laki yang kini tengah berdiri di dekatnya sambil bertanya dengan bahasa yang ia tak tahu apa artinya.

"m-maaf?" Kyra memperlihatkan wajah bingungnya.

"dia ga ngerti, cok!" teman yang satunya menjitak kepala lelaki yang tadi bertanya.

"Oh iya, maaf maaf. Tadi aku tanya, kamu lagi ngapain? Soalnya kamu keliatan kebingungan." Mencoba menjelaskan situasi tadi sambil mengulurkan tangan dengan niat berkenalan.
"Dika." timpalnya singkat.

Mengerti akan maksud Dika, Kyra langsung menjabat tangan Dika, "Kyra, panggil Kyra atau Ra juga boleh." senyum canggung mengembang diwajah Kyra.

"Aku kenalan juga boleh, to?"
Tanya temannya membuyarkan aksi saling kenalan kedua orang disebelahnya.

"ncen, ngerusak wae." Dika sedikit berdecak karena kesal diganggu temannya.

Tak lama, lelaki di sebelah Dika langsung mengulurkan tangan ke Kyra , "Panggil aja Dava, sayang juga boleh, hehe." Senyum kuda mengembang begitu saja dari wajah Dava.

"Kyra.. panggil Ra gak apa." Kyra sedikit tertawa melihat tingkah lucu kedua teman barunya.

"Jadi, kamu dari daerah mana? Soalnya kamu kaya ga paham sama bahasa kami tadi." Timpal Dava memecah kecanggungan.

"Ah..aku dari Bandung, maaf ya, tadi ga paham hehe."

"Bukan salah kamu Ra, nih, salahnya demit di sebelahku. Semua orang ditanya pake bahasa daerah sini, huuu gondes!" Dava melayangkan jitakan lagi ke kepala Dika.

Terlihat Dika hanya meringis, "La, biar semuanya nanti terbiasa dengan bahasa kita, Dav." terdengar khas sekali suara Dika dengan aksen medok arek suroboyo yang ia miliki.

"Yo tapi ga semuanya langsung gitu, ndes. Mana mereka ngerti to." Dava menyanggah lagi.

"Iyo iyo, maap yo Kyra. Besok tak ajari bahasa arek suroboyo."

"Eumm- maaf mau tanya. Itu Dava seneng banget manggil Dika gondes, ndes, maksudnya apa ya?"

Dava tertawa lepas dan Dika melayangkan 1 buah toyoran tepat di kepala Dava.

"Jadi Kyra penasaran ya, gondes itu artinya gondrong desa. Maksudnya dia tuh gondrong dan dusun, gitu." Jawab Dava santai dan berhasil membuat Dika merasa marah dan malu.

"Aku wes ra gondrong, cok!" Dika kesal dan memberi Dava 1 toyoran di kepalanya.

"Iya, itu Dika ga gondrong." Kyra penasaran, karena rambut Dika saat ini tertata rapih.

"Iya sekarang, la dulu? Hii, nggilani." jawaban itu sukses membuat Kyra tertawa sambil menonton 2 teman barunya berkelahi layaknya anak kecil.

Terlihat kini mereka bertiga dipenuhi canda tawa seperti teman yang sudah saling mengenal. Kyra hanya bisa tersenyum sambil memikirkan bahwa semoga semua temannya nanti merupakan teman yang baik seperti Dika dan Dava.

"Lah, lali. Kyra jurusan apa? Kita jalan bareng terus gini tau-tau nanti beda jurusan." Dika bertanya lebih dulu.

"Aku Sastra Inggris, kalian ambil apa?"

Tak Pernah UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang