02 - Sally murka

11.2K 955 68
                                    


🌹🌹🌹🌹🌹

Sally menghamburkan semua barang-barang yang ada di dalam kamarnya. Ia membanting boneka-boneka mahalnya ke lantai untuk melampiaskan kekesalannya.

Peter begitu tega memberikan misi gila itu padanya hanya karena sebuah pulau. Sally bahkan yakin, uang Peter tidak akan habis hanya karena membeli sebuah pulau.

"Aaarrgh! Menyebalkan, sialan!" umpat Sally.

"Maid? Aku harus menjadi maid selama satu bulan? Oh, yang benar saja. Orang akan memerintahku semaunya?" Sally mengacak rambutnya frustasi.

"Aku benci diperintah orang lain dan Daddy malah memberiku misi untuk menjadi maid. Ya Tuhan, kenapa orang tuaku kejam sekali," gerutu Sally.

"Tidak ada shopping apalagi pesta. Tidak ada mobil mewahku, tidak ada barang-barang branded-ku. Cih! Menyedihkan sekali,"

"Semua gara-gara Zena sialan. Coba saja kalau wanita ular itu tidak mendahuluiku, tentu saja aku tidak akan mau menerima tantangan gila ini." Sally terus menggerutu sendiri.

"Menggunakan seragam terkutuk itu. Ck! Menjijikan sekali."

Sally benar-benar frustasi. Ia kehilangan nafsu makannya malam itu. Mood-nya seketika down. Besok ia harus berkeluh kesah pada sahabatnya, Feli. Iya, Feli harus tahu penderitaannya ini. Feli pasti akan membantunya, Sally yakin tentang itu.

Suara ketukan pintu kamar membuatnya geram.

"Siapa di sana?" teriak Sally.

"Bisakah berhenti mengetuk pintu itu terus menerus. Fuck you!" bentak Sally sambil berjalan tergesa untuk menghardik lebih keras orang yang sudah mengetuk pintu kamarnya berkali-kali tanpa henti.

Seketika mulutnya tertutup rapat. Pria tinggi menjulang menatapnya tajam seakan ingin menelannya hidup-hidup.

'Sial! Kenapa aku harus berteriak memaki memakai bahasa kasar itu. Mati aku!' batin Sally.

Pelaku yang mengetuk pintu kamar Sally adalah Peter, Daddynya sendiri. Pria paruh baya itu akan murka jika mengetahui anak gadisnya mengumpat kasar.

"Aku menyekolahkanmu di tempat yang ratusan ribu bahkan jutaan orang ingin berada di sana agar kau menjadi orang yang berpendidikan. Tidak mengumpat kasar seseorang dengan makian murahan seperti itu. Kau tahu, Daddy tidak pernah mengajarkanmu untuk bersikap kasar demikian," nasihat Peter pada Sally di depan pintu kamar anak gadisnya itu.

Sally hanya bisa tertunduk lesu mendengar ceramah dari Daddynya itu.

"Aku minta maaf, Daddy," kata Sally penuh penyesalan.

Peter melihat keadaan kacau di dalam kamar Sally seketika menghela napas.

"Mulai sekarang, persiapkan dirimu untuk menjadi seorang maid yang baik. Jangan panggil maid rumah ini untuk membersihkan kamarmu yang sungguh mengerikan ini. Kau harus mulai membiasakan diri dari sekarang. Bereskan dan bersihkan sendiri semuanya," ucap Peter dan Sally melotot tidak percaya atas apa yang dikatakan oleh Daddy nya.

"Hah? Aku membersihkan semua ini sendirian?" tanya Sally pada Peter.

Peter mengangguk tegas.

"Ya. Jika kau mau pulau di Maladewa beserta fasilitas lengkapnya, kau harus patuh pada ucapan Daddy," kata Peter.

"Ah- satu lagi. Mulai besok, kartu kredit unlimited-mu resmi Daddy tutup untuk sementara. Kau hanya bisa memakai kartu debit yang sudah Daddy persiapkan. $50.000 cukup untuk hidupmu selama dua minggu ke depan sebelum semua fasilitasmu Daddy cabut," jelas Peter tanpa ragu.

PLAY MATE (Selesai! Pindah rumah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang