Chapter 3 : Tara, Wira dan Kebencian

3 0 0
                                    

Tara memasuki pintu utama tempat bimbelnya sambil menggenggam dua buah kaleng soda. Matanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok yang ia cari, Wira. Namun, tampaknya usaha nya nihil. Ia tidak menemukan Wira di lantai satu dan memutuskan untuk bertanya kepada seorang admin yang duduk di meja resepsionis dengan komputernya.

"Kak, liat Wira nggak?"

Perempuan dibalik meja resepsionis itu menoleh dan mengernyit berpikir. Kemudian ia akhirnya menjentikan jarinya. "Oh, lagi di kelas, Ra. Sepuluh menit lagi keluar." jawabnya mengingat jadwal kelas Wira. "Emang nya kenapa?" tanyanya lagi.

"Oh nggak papa."

Perempuan itu menatap Tara lagi. "Kamu nggak ada kelas?" tanyanya.

Tara menggeleng, "Nggak. Aku mau konsul kak. Yaudah makasih ya kak." kata Tara disambut anggukan perempuan itu.

Tara melangkah menuju salah satu meja tempat ia meletakan tas dan meninggalkan guru matematika nya. Tara duduk di samping gurunya sambil meletakan dua kaleng soda di sebelahnya. Kemudian ia kembali membuka buku tulisnya.

"Kak, ayo lanjutin." kata Tara sambil membuka satu kaleng sodanya.

Kak Cimol, begitu Tara memanggilnya, menoleh kepada anak gadis itu. "Satu lagi buat siapa tuh, Ra? Buat aku ya?" tanya Kak Cimol bersiap menyambar minuman Tara.

Tara memukul lengan nya pelan saat tangan nya sudah berhasil menyentuh kaleng tersebut. Tara melotot. "Jangan pegang! Buat Wira!"

Kak Cimol lalu menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. "Bukannya Wira punya pacar ya? Ih, udah-udah mundur aja-" kata Kak Cimol.

"Emang nya siapa yang mau maju?!" kata Tara semakin melotot. "Sotoy banget ih! Udah nih bantuin gimana nomor lima?"

Kak Cimol tertawa. Kemudian laki-laki yang bekerja paruh waktu di tengah kuliahnya itu, mengambil kertas coret-coretan untuk membantu Tara menyelesaikan pe-er matematika nya. Baru saja selesai menuliskan jawabannya, tiba-tiba bel keluar kelas berbunyi. Tara terperanjat lalu menghentikan tulisannya. Pandangannya terpaku menatap tangga, menunggu sosok yang ia tunggu turun. Tidak lama kemudian, akhirnya sosok itu muncul. Wira dengan airpods di telinganya dan mata yang terus menatap ponsel.

"Eh, Wira! Tumben dateng!" sapa Kak Cimol saat Wira baru selesai menampakan kaki di lantai satu. Tara tentu terkejut melihat Kak Cimol langsung menyapa Wira.

Wira menoleh dan melambaikan tangan nya sambil tertawa kecil. Lalu Wira terus melangkah menuju pintu keluar tanpa menoleh atau sekedar singgah untuk konsul. Melihat Wira melangkah dengan cepat, Tara pun langsung berdiri dan mempercepat langkahnya sambil membawa satu kaleng soda yang mulai mengeluarkan buih air di kalengnya.

"Wira!"

Yang dipanggil tentu menoleh. Tara akhirnya memberanikan diri mendekati gerombolan Wira dan teman-temannya di pintu keluar. Tara tersenyum kaku sebelum akhirnya memberikan satu kaleng itu.

"Ini, ucapan terima kasih buat yang tadi."

Wira hanya menatapnya dengan datar. Pandangan Wira bergantian menatap satu kaleng soda berwarna hijau itu sebelum akhirnya kembali menatap wajah Tara dengan datar. Sementara Tara, dalam hatinya ia menjerit gemetar karena mendapat tatapan curiga dari tiga teman Wira lainnya.

Lalu, Wira mengambil soda itu. Kemudian langsung melemparkan kepada salah satu teman nya dan langsung berbalik badan. Teman Wira yang menangkap soda itu, Bimo namanya, terkejut dan menatap Tara yang menatap Wira dengan tatapan tidak percaya. Bimo dan dua temannya yang lain, si kembar Vino dan Vian, juga merasa canggung kepada Tara, pada akhirnya mereka masih diam kaku menunggu kalimat selanjutnya dari Tara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang