KEBOHONGAN.

46 19 3
                                    

Ruang makan besar dan luas itu nampak semakin luang dan besar ketika terdapat dua orang saja yang duduk di kursi makan.Aneka manu makanan lengkap sempurna.

Nampak dua wanita cantik,Shinta makan pagi dengan Linda,sang ibu yang terburu-buru makannya karena di kejar waktu.

"Bobby udah bangun belum?coba kamu liat sana.Bisa telat sekolah lagi entar.Mama buru-buru nih."

"Ntar ma."

Shinta berdiri dan berjalan ke arah kamar Bobby.Linda hanya menatapnya sebentar lalu kembali menyelesaikan makan dan minum segelas susu hangat sebelum berdiri merapikan bajunya.

Shinta membuka pintu,mendapati kamar Bobby yang kosong,dia kaget dan segera masuk ke dalam kamar yang berantakan seperti kapal pecah itu.

"Kosong?kemana tuh anak?tumben berangkat pagi."gerutu Shinta

Shinta menutup pintu,berjalan ke arah dapur,menemui Mbok sri yang selama ini menjadi orang nomor satu yang selalu tahu tentang keberadaan Bobby.

"Mbok Sri lihat Bobby?apa sudah berangkat sekolah?"

Mbok Sri nampak kaget,lalu menghentikan pekerjaan menyapunya.

"Bukannya masih di kamar ya non?"

"Nggak ada."

"Perasaan dari pagi Mbok Sri belum liat dia.bentar motornya ada gak?semalam memang pergi.masak belum pulang."

"Coba liat motornya,ada nggak."

Shinta sedikit bete mulai curiga dengan kelakuan miring Bobby kembali kumat.

"Iya non."

Mbok Sri pergi ke garasi,sementara Shinta kembali ke meja makan.Linda mengambil tas kerjanya,menatap heran ke wajah bete Shinta yang duduk di kursi tanpa bicara.

"Udah berangkat dia?"

"Itu mah...Motornya lagi di liat Mbok Sri.Semalam memang Shinta marahin karena ada surat panggilan lagi dari BP.Besok Shinta kesekolahannya."

Linda hanya menggelengkan kepala,nampak biasa dengan hal begitu.

"Kenapa lagi dia?Bolos aau berantem?"

"Udah mah itu urusan Shinta,Mama tenang aja."

"Ya udah,urus adikmu.Pak Gandi sudah siap kan?"

"Ya mah.."

Tiba-tiba Bobby datang dengan tergesa-gesa dan langsung masuk ke dalam kamarnya.Shinta menoleh marah,sedangkan Linda hanya menggelengkan kepala,melihatnya sejenak,lalu buru-buru berangkat.

"Shinta,mama harus buru-buru,soalnya ada kunjungan kerja ke Aceh.Pesawat yang mama naiki berangkat pukul sepuluh."

"Berangkat aja ma."

Linda langsung keluar dari ruang makan sambil menjinjing tas kulit mahalnya.

"Urus Bobby."

"Ya ma."

Shinta bergegas menyusul Bobby ke dalam kamarnya.

"Dari mana aja kamun"

Bobby terlihat cuek,dia langsung masuk ke dalam kamar mandi memcuci mukanya dan ganti baju,mengambil tas yang berisi satu buka saja.Shinta menggenggam tangan Bobby dengan kasar,mereka saling menatap tajam.

"Apa lagi?"

Shinta semakin kesal dengan kalimat Bobby yang tak pernah mendengar kalimatnya.

"Apa lagi?Ya kamu itu!kemana aja kamu semalam?"

"Ahhhh!basi!"

Bobby segera keluar dari kamarnya,kemudian Shinta mengejarnya dengan geram.Pagi yang sungguh menjengkelkan bagi mereka berdua.

Sementara Linda keluar rumah melihat Tama yang tersenyum ke arahnya.

"Pagi Tante."

"Pagi...Hhmm Bobby semalam sama kamu?"

Tama nampak takut menjawab,"Oh iya Tante."

"Kemana kalian semalam?"

"Ngerjain tugas kelompok di rumah Tante."

"Ohh..ya udah belajar yang bener."

"Siap tante."

Linda lalu pergi setelah puas dengan jawaban Tama yang tentu saja ngawur dan bohong besar.

"Oh ya,jangan bolos lagi ya!"

Linda melongokan kepalanya dari jendela mobil sambil tersenyum,mencoba menerima semua kenakalan Bobby dan Tama sebagai seauatu yang masih wajar tanpa memvonis.Dia tahu bagaimana anak-anak seusia Bobby sedang mencari jati diri,tanpa menyadari sejauh mana pencarian jati diri sang anak tersebut.

Ibu anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu kemudian segera meminta sang sopir,pak Gandi untuk melaju kencang.Tama menatap mama Bobby sambil mengangkat kedua bahunya.Sesekali menatap ke dalam rumah,was-was telat lagi dan hukuman sudah di depan mata jika hal itu terjadi.

Pagi yang penuh dengan semangat juang bagi mereka yang merasa dirinya pejuang,namun menjadi pagi penuh kelelahan manyambut hari bagi mereka yang merasa kehilangan semangat,semangat menyambut energy hangat yang di tebar matahari sekian lama menerangi bumi.

Matahari tak pernah bosan menguatkan laju kehidupan manusia untuk bisa terus berkecukupan dengan segala macam bentuk perjuangan menghadapi hidup berdasarkan sekian banyak obsesi dan keinginan.

Bobby meminta Tama segera mengikutinya,lalu ia menghidupi motornya,memutar balik dan mengencangkan deru suara gasnya.Tama berjalan ke arah Bobby,dan mencoba pamit kepada Shinta yang menatap mereka kesal.

"Pamit dulu Mbak."

"Eh!semalam kalian kemana saja?"

Belum sempat Tama menjawab,Bobby segera melajukan motornya.

"Jangan bolos lagi!"

Tama hanya tersenyum kecut menatap Shinta yang terlihat jengkel dengan ulah Bobby di pagi yang seharusnya penuh semangat kerja,namuan menjadi pagi penuh semangat amarah.

"Mau jadi apa kamu Bobby!aanak zaman sekarang susah di atur!"gerutu Shinta.

Usianya yang beda jauh,8 tahun di atas Bobby,membuat pemikirannya sulit diterima adiknya.Dia sebenarnya begitu ingin mendidik Bobby untuk bisa disiplin dan berfikir cerdas,namun dia masih sulit,tak bisa juga menembus hati adiknya,selalu tak sepaham pemikiran mereka.

Jangan lupa vote and komen ya temen-temen😘

TAMALIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang