Rival

33 20 0
                                    

Sebulan lagi adalah Milad sekolah. Untuk memeriahkan acara tersebut, pihak sekolah berinisiatif mengadakan expo terbuka secara gratis. Siapapun boleh ikut meramaikan.

Selain itu, para murid juga ditugaskan untuk membuat stan-stan, entah itu stan makanan, kerajinan, atau yang lainya. Setiap kelas diwajibkan memberikan satu pertunjukkan. Hal ini membuat masing-masing kelas sibuk berfikir.

Berdasarkan Musyawarah Perwakilan Kelas, pertunjukkan itu meliputi drama, tari tradisional, dance, balet, sulap, pantonim, dan band. Acara utamanya adalah pesta dansa yang mewajibkan seluruh murid memakai jas formal untuk siswa, dan gaun untuk siswi. Nantinya lapangan sekolah akan disulap menjadi dance floor.

Di kelas, kening Han berkedut.

'Apa-apaan ini?' Pikirnya.

"Han, kelas kita mau mengadakan apa nih?" Tanya Andre.

"Kita lihat dulu, sebagian besar anak dalam kelas kita punya bakat apa." Han selaku ketua kelas berpikir dalam.

"Apapun itu nanti, kelas XI MIPA 2 harus berikan yang terbaik." Anggi berkata berapi-api.

"Bagaimana kalau kita kolaborasi saja?" Usul Han.

"Maksudnya?" Amel bertanya mewakili teman sekelas yang menatap Han penuh tanya.

"Di kelas kita punya bakat yang berbeda, bagaimana kalau kita gunakan semua bakat itu untuk pertunjukkan nanti?" Han meminta persetujuan teman-temannya.

Seisi kelas menganggukkan kepalanya tanda setuju. Mereka beralih membahas stan yang akan diajukan.

☆☆☆


Ariyan kembali pulang ke rumah, Han merengek minta diajari main gitar.

"Kalau kau benar-benar giat, waktu satu bulan itu sudah cukup untuk menguasai ini." Kata Ariyan menepuk-nepuk gitarnya.

"Aku akan belajar dengan giat Ariyan." Han berkata dengan penuh semangat. Sudah 3 jam mereka berlatih, Han awalnya mengeluh karena jari-jarinya tetasa sakit.

"Lama-lama akan terbiasa." Ariyan menghibur.

Han tergolong cepat dalam belajar, hari selanjutnya tinggal memperlincah perpindahan jari-jarinya dari kunci satu ke yang lain.

Keesokan harinya, Bu Yuni selaku guru kimia yang mengajar di kelasnya masuk sangat tepat waktu, membuat sebagian besar penghuni kelas XI MIPA 2 mengeluh lirih. Han tak bereaksi apa-apa, maklum saja kimia adalah pelajaran yang paling ia kuasai.

"Selamat pagi anak-anak. Untuk minggu depan, berhubung ibu ada tugas di luar kota, maka untuk pelajaran kimia digantikan oleh Pak Fadil." Bu Yuni mengawali pembicaraan.

Han terkesiap.

"Kenapa tidak diberi tugas saja bu?" Han bertanya. Seisi kelas menyetujui.

"Pak Fadil menjelaskannya cepat sekali. Kurang paham bu." Maul menambahkan.

"Iya bu, beri kami tugas saja. Saya akan jamin teman-teman mengerjakan deh bu." Han menawar. Seisi kelas kembali mengiyakan.

"Han, kamu itu kenapa? Sebentar lagi kan penilaian tengah semester. Nanti kalian ketinggalan pelajaran. Pokoknya keputusan ibu tidak bisa diganggu gugat." Tegas Bu Yuni kemudian melanjutkan pelajaran.

Han menghembuskan nafas kasar, lantas berbisik kepada Anggi, sahabatnya.

"Ingatkan aku untuk membolos minggu depan."

"Nanti absenmu kosong." Anggi menatap Han prihatin.

"Tak apa, kau ingatkan aku saja." Han bersikeras.

"Kalau aku tidak terlupa." Jujur saja, Anggi merasa keberatan.

Bukannya ia tak tahu masalah Han, mereka bahkan sudah bersahabat ketika masih sekolah dasar. Namun selain perasaan Han, nilai kehadiran menurutnya juga penting buat sahabatnya itu.

☆☆☆


Daria menuju bengkel tempatnya bekerja, disana ia hanya membantu membersihkan kaburasi, mengganti oli, mengisi angin, menambal ban, dan hal-hal mendasar.

"Hai Daria, kita bertemu lagi." Sapa Ariyan.

Seperti biasa, Daria hanya menarik sedikit salah satu sudut bibirnya.

"Omong-omong, kau ngapain disini?" Tanya Ariyan. Mengambil posisi jongkok disebelah Daria.

"Kerja." Jawabnya singkat.

"Ah, kalau aku sih praktek kerja lapangan. Sambil, yeah... kau tahu lah anak STM suka mengotak-atik motornya." Ariyan bercerita sambil melanjutkan me-modifikasi motornya. Daria hanya mengangguk sebagai tanggapan.

"Kalau kau mau lebih serius, aku bisa mengajarimu bongkar pasang motor." Ariyan menawarkan.

"Menarik." Jujur saja, Daria tertarik.

"Kalau kau mau, setiap hari libur kau bisa ke bengkel ini. Tenang saja, ini bengkel punya ayah temanku. Nanti aku kenalkan beberapa teman dekat padamu. Aku percaya kita bisa jadi teman baik." Ariyan tak main-main ingin mengajari Daria sebagian ilmu yang ia punya.

Bagi Daria, Ariyan terlampau baik untuknya. Padahal mereka belum lama kenal. Tak heran jika dengan mudah Ariyan bisa mendapatkan hati Han. Rivalnya itu memang bukan orang sembarangan.

☆☆☆


Seminggu berlalu. Seperti biasa Han berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Jam  6.30 ia sudah berada di jalanan. Han suka menikmati udara pagi yang menyegarkan paru-parunya. Kadang terbesit keinginan untuk mengendarai sepeda ke sekolah, namun hal itu diurungkannya lantaran mengingat parkiran sepeda di sekolahnya sering digunakan nongkrong oleh siswa-siswa yang bisa dibilang nakal. Jalanan masih sepi dan lenggang. Han sama sekali tak menduganya, semuanya menjadi gelap.

Han terjatuh di trotoar secara tiba-tiba, tak sadarkan diri. Nampak seorang siswa dari sekolah yang sama dengan Han mengangkat tubuhnya. Membawa Han agar segera mendapat pertolongan medis.





Bersambung.......

TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang