8# Dreams

129 15 7
                                    

AKASHI SEIJUUROU

By: Atlanti

Kuroko no Basuke belongs to Fujimaki Tadatoshi-sensei

Pair : Akashi Seijuuro, complete

'Happy Reading, doakan aku menyelesaikan fict ini'

Mohon maaf jika ada kesamaan ide cerita, alur, konflik dan sebagainya. Mohon maaf juga jika ada typo dan kesalahan lain yang mengganggu. Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari cerita ini. Hehe

8# Dreams

.

"AAAHHH...." Teriakannya menggema di kamarnya sendiri. Tubuhnya refleks dia tegakan, dia paksakan untuk duduk walau pelipisnya masih berdenyut. Napasnya memburu mencari oksigen sebanyak mungkin. Dia bahkan dapat mendengar detak jantungnya yang tak beraturan. Perlahan tangannya mulai memijit pelipisnya pelan, mencoba menghilangkan rasa sakit yang sejak tadi menghinggapi.

Sudah lebih dari 3 kali dia memimpikan hal yang sama. Mimpi buruk tepatnya. Dia mencoba menerawang, kembali mengingat-ingat apa yang telah di putar alam bawah sadarnya itu.

Di sana dia melihat seorang anak bersurai merah sedang berdiri menghadap sesuatu. Sebuah peti mati yang dihias berbagai karangan bunga. Matanya mengerjap beberapa kali memfokuskan pandangannya yang sedikit kabur. Sekarang dia dapat melihat dengan jelas siapa anak bersurai merah itu. Ya, anak itu adalah dia, Akashi Seijuurou, saat berusia 10 tahun. Wajahnya tidak banyak berubah, dan tatapannya itu. Ah, Seijuurou ingat betul tatapan itu. Tatapan saat ibundanya pergi menghadap sang pencipta.

Kala itu Seijuurou kecil hanya bisa terpaku menatap peti mati di depan wajahnya. Tidak menangis, tidak marah, hanya tatapan yang sulit diartikan. Semua emosi tercampur di sana. Tidak percaya, terkejut, bingung, sedih dan kecewa. Tapi seperti yang telah ditanamkan sang ayah bahwa Akashi tidak akan menampakan kelemahan di manapun dan di saat apapun, dengan sempurna Akashi kecil melakukannya. Dia tidak menangis. Seijuurou yang melihat kembali cuplikan ini di depan matanya hanya tersenyum kagum sekaligus miris. Sakit kembali menyerang hatinya.

Matanya melirik sekilas peti mati itu, di sana ada foto seseorang bersurai merah sama seperti miliknya. Foto itu semakin jelas menampakan seseorang yang amat dia kenal. Tapi itu bukan ibunya, bukan juga ayahnya.

Itu adalah foto dirinya yang sekarang.

Deg.

Matanya sukses membulat. Apa yang terjadi. Kenapa foto yang terpampang di sana adalah fotonya. Tubuhnya bergetar hebat, detak jantungnya mulai tak beraturan. Di menoleh ke arah si kecil Akashi, dan mendapati si anak yang juga menatapnya. Tiba-tiba, baik mulut dan mata si anak terbuka lebar mengeluarkan darah segar yang mengalir deras. Setelah itu yang Seijuurou ingat hanya ruangan yang gelap, dan suara nafasnya yang memburu. Ya, dia terbangun dari mimpi buruknya.

Kini getar di tubuhnya sudah mulai hilang. Detak jantungnya juga sudah kembali normal. Tangannya mencoba meraik saklar lampu di atas nakasnya. Cahaya lampu nakas cukup memberikan penerangan. Setidaknya bisa menerangi jam weker yang menunjukan pukul 2 dini hari. Di samping jam weker ada beberapa bungkus obat yang tergeletak tak beraturan. Seijuurou bahkan lupa sejak kapan dia mulai mengkonsumsi obat-obat tidur itu.

Sudah hampir 3 bulan dia menjalani perintah sang kepala rumah tangga untuk bekerja di perusahaan keluarganya. Kini hari-hari Seijuurou semakin padat, nyaris tak ada waktu untuk bersantai. Pagi-pagi sekali dia harus segera berangkat ke sekolah hingga pukul 4 sore. Setelah itu Seijuurou langsung berangkat ke kantor tempatnya bekerja. Meeting, bertemu klien, sampai mengurus beberapa masalah kantor seperti masalah keuangan yang belakangan ini mulai menurun. Semuanya itu dia kerjakan hingga jam 8 malam. 

AKASHI SEIJUUROUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang