3. Dua Batu Ruby

10 3 0
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Story and Picture Editing by tinarnarra

Picture from Pinteres

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Suara lonceng berbunyi saat Arden keluar dari tempat rental komik. Ia terlihat sangat senang.

Paman sangat baik sampai menyisakan satu untukku, terimakasih banyak paman.

Ia tersenyum lebar pada sebuah tas kertas ukuran kecil. Yang tentu isinya sesuatu yang sangat ia nantikan. Komik edisi terbatas Hero Bitsa. Tokoh fantasi favoritnya. Arden bahkan punya satu lemari penuh dengan segala macam benda tentangnya. Walau dua dimensi Hero Bitsa bisa dikatakan penyelamatnya yang membantunya kembali semangat. Ia sangat kagum dengan jalan hidup Hero Bitsa bahkan sampai berpikir ingin menjadi seperti pahlawannya itu.

Sudah senangnya, fokus. Sekarang harus belanja dulu.

***

Ia terdiam menatap pintu kayu berwarna putih di depannya. Raut senangnya kini sedikit pudar berganti murung. Ia tersenyum tipis saat membuka pintu, "Aku pulang," ucapnya lirih.

Arden kemudian masuk ke dapur dan menata barang belanjaannya dengan rapi. Setelah mencuci tangannya ia beranjak pergi ke kamarnya.

Raut murung itu hilang berganti ceria. Ia tersenyum kembali. Menaruh komik barunya diantara komik lain. Ia menatapnya satu persatu. Melihatnya saja sudah senang, pikirnya. Ditengah kesibukannya tiba-tiba suara bel berbunyi. Arden melirik arah suara.

Sudah sampai, ya? Ah, aku harus siap-siap dulu. Batinnya mengingat kejadian dua minggu lalu saat Ervan mengguyurkan air berisi rumput laut padanya.

Arden melakukan kuda-kuda yang aneh. Ia membuka kakinya lebar-lebar kebelakang lebih dari sejajar dengan pundak dan pinggul yang sedikit ia turunkan. Terlebih lagi ia mengenakan jas hujan dan kacamata renang di dalam rumah.

Ia membuka pintu perlahan. Saat pintu hampir terbuka lebar ia bersiap untuk lari ke dalam. Tapi sebelum itu terjadi seseorang berteriak lantang. Suara mereka berdua sangat keras, hampir membuat telinganya pengang tapi Arden sudah terbiasa, jadi telinganya tidak apa-apa. Walau terkadang ia kaget mendengarnya.

"KEJUTAN!"

"My- Myra?!" Wajahnya memerah sekarang.

"Hey, di sini ada aku juga. Tidak kelihatan ya?" Tukas pemuda berkulit cokelat. Ia sedikit kecewa padahal ia yang menghubungi Arden tapi malah Myra yang menjadi perhatiannya.

Arden melirik pemuda bersuara berat itu, "Oh, Ervan."

"Apa- kenapa datar begitu? Lebih ekspresif sedikit, aku kan juga temanmu. Hah, ya sudah lebih baik aku pulang," ucap pemuda bernama Ervan itu demikian namun, ia malah masuk ke dalam rumah Arden dengan santainya.

"Em Ervan, tapi itu rumahku,"

Ervan meliriknya sambil tersenyum, "Rumahmu'kan rumahku juga. Ayo masuk, di luar panas."

Arden terdiam sesaat lalu tersenyum tipis, "Benar juga,"

"Hey Arden, kenapa penampilan mu begitu? Tenang saja kami tidak akan jahil lagi. Mungkin?" ucap perempuan berambut merah itu lembut sambil memegang pundak Arden. Ia tersenyum kemudian masuk ke dalam rumah dengan anggun. Begitu yang dilihat Arden. Padahal jelas sekali Myra masuk dengan gagah. Ia pun melakukan hal serupa.

The God of The Rings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang