~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Story and Picture Editing by tinarnarra
Picture from Pinteres
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Arden menatap sendu rumahnya dari halaman. Terlihat sedih menatap tempat di sekitar sana. Ia tersenyum lebar tapi terlihat raut sedih bersamaan. Mengingat rumah itu satu-satunya kenangan bersama keluarganya yang sekarang harus ia tinggalkan.
"Aku pergi." Ucapnya lirih.
Melangkah menjauh dari tempat penuh kenangan itu membuat disetiap langkahnya terasa berat. Di lubuk hatinya ia juga merasa sedikit bebas mengingat ia tak akan lagi teringat kenangan buruk itu yang selalu terngiang di kepalanya. Perlahan-lahan langkahnya menjadi terasa lebih ringan karena ia bersama orang-orang yang sangat dipercaya.
"Cassandra, Apa masih jauh? Lihat Arden, sepertinya sebentar lagi dia akan pingsan."
Mengingat mereka berlima sudah berjalan cukup lama tanpa henti. Lalu karena melihat Arden, Ervan menggunakannya sebagai alasan supaya bisa beristirahat sejenak dan mengisi perut yang kosong sedari pagi.
"Sebenarnya sebentar lagi sudah hampir sampai. Tapi sepertinya Arden sudah tidak sanggup berdiri lagi. Bagaimana kalau beristirahat di bawah pohon di sana?"
"Ide bagus~"
Myra bersiul senang. Memapah Arden ternyata cukup melelahkan. Tidak seperti kelihatannya yang kurus kecil ternyata Arden cukup berat.
Di bawah pohon hijau yang rindang kelima pemuda-pemuda itu duduk bersama dengan nyaman. Obrolan hangat dan canda tawa sesekali terdengar tanpa ada rasa canggung diantaranya. Hanya Arden yang diam saja bersandar pada pohon.
"Anu, maaf. Karena aku... "
Arden tersenyum kikuk pada semuanya. Ia merasa tak enak hati karena membuat laju perjalanan terhambat.
"Tidak apa, kita semua memang butuh istirahat. Sebenarnya saya juga hendak menyarankan hal serupa namun Ervan mendahului saya."
"Ah, begitu ya..."
Cassandra menjawabnya dengan tersenyum. Maaf, saya membohongi Anda, Arden.
"Putih~ kau benar-benar sangat suka manis, ya? Tidak takut gigi berlubang? Ah- Mau makanan ku tidak, sedikit pedas sih tapi enak. Ayo ambil saja, jangan malu-malu. Aku sedang berbaik hati."
Carsius menatap ngeri camilan ditangan Ervan. Sangat merah. Seperti cabai dengan rasa camilan bukan camilan dengan rasa cabai. Melihatnya saja sudah membuat sakit perut saking merahnya. Tersadar akan satu hal membuatnya tertawa kecil, Sangat cocok dengan nama panggilannya, Merah.
"Oh- aku lupa. Orang yang mabuk kendaraan harusnya jangan makan yang pedas. Ide bagus dengan makan permen."
Ervan memberi jempol sambil tersenyum lebar. Tapi senyumnya luntur setelah melihat Carsius yang melotot padanya. Ia terlihat tersinggung. Dengan cepat Ervan pun meminta maaf setelah ia dibentak.
Ternyata pemberhentian ini cukup memakan waktu. Hampir 30 menit berlalu dengan sangat tidak terasa. Cassandra lalu menyarankan untuk bergegas pergi sebelum hari mulai gelap.
"Bukannya itu masih lama? Sekarang baru pukul 9 pagi."
"Ah, apa saya tidak memberitahu kalau waktu di Astan dan di bumi berbeda? Sepertinya antara 4 sampai 6 jam."
"Apa? Kalau begitu ayo cepat!"
Semangat Ervan membara tiba-tiba. Bukan karena ingin segera sampai tempat tujuan melainkan ia tak mau berlama-lama berada di dalam hutan di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The God of The Rings ✔
FantasyKisah tentang seorang pemuda bernama Arden yang memungut sebuah cincin di kereta, kemudian terikat dengan dua 'orang' mencurigakan hingga diajak ke dunia ajaib dan tiba-tiba menjadi Raja! Lalu coba tebak apa yang terjadi jika tinggal berdampingan de...