4. Tamu Tak Diundang

14 3 2
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Story and Picture Editing by : tinarnarra

Picture from : Pinteres

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Baiklah, do'a mu akan kukabulkan."

Arden terpaku menatap horor sesosok pemuda di sampingnya. Ia terdiam tak bersuara, tak berkedip sekali pun.

Pemuda itu menatap heran dari pantulan cermin di depannya. Ia pun menatap langsung muka Arden, "Hey, kenapa menatapku begitu?" Ucapnya lagi membuat Arden tersentak untuk kedua kalinya. Ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari cermin.

"Berkediplah, nanti mata mu sakit." Ucapnya lagi membuat kedua kaki Arden tiba-tiba lemas tak mampu menopang berat tubuhnya hingga akhirnya jatuh terduduk. Kini ia menengadah, menatap pemuda itu yang sedang melihat ke bawah. Menatapnya dengan mata oranye yang terlihat menyala.

Aku... tak bisa bergerak. Tak bisa bernapas, sesak.

Pemuda itu mengkernyit kesal, "Oi, aku tanya kenapa melihatku begitu? Kenapa diam saja- oh, kau.... takut padaku? Ayolah, jangan sampai seperti itu. Cepat bangun!" Tukasnya mengulurkan tangan.

Tanganku, tak bisa bergerak. Tolong aku.

Pemuda itu berkali-kali menggerakkan jari-jari tangannya, "Ayolah bangun, aku tak bisa kasar padamu. Tunggu, dimana kacamata mu?" Ia menatap sekitar dan menemukan kacamata itu lalu memakaikannya pada Arden.

"Sudah. Bisa lihat aku sekarang?"

Pemuda itu menatap sebal Arden yang hanya diam saja seperti patung. Kesal, akhirnya ia menarik tangan kanan Arden.

"Apa-"

Suara ku keluar!

Pemuda itu menatap cincin di sana, "Ternyata benar kau, ya?"

Arden menatapnya kikuk. Pandangannya perlahan semakin turun kebawah dan akhirnya menatap sepatu yang dipakai pemuda itu yang juga memiliki warna yang serupa dengan rambutnya, yaitu putih, "Apa maksudnya itu? Siapa kau, kenapa bisa ada di rumahku....?"

Pemuda itu menatap datar. Ia duduk berjongkok di depan Arden, "Lupa padaku? Padahal aku sempat memaki mu. Maaf soal itu."

Arden semakin bingung. Seingatnya ia tak pernah dimaki oleh orang di depannya ini, "...Apa?"

Sekelebat ingatan tiba-tiba muncul di kepalanya yaitu kejadian di kereta tadi pagi. Arden ingat ia memang sempat dimaki seseorang, tapi ia tak melihat wajah orang tersebut karena takut. Apa pemuda ini yang ada di kereta, yang jatuh tersandung kaki ku?

"Sudah ingat? Oh iya, siapa nama mu? Aku tidak bisa terus memanggil mu seperti ini."

Arden menatap hidung pemuda itu, dan benar saja ada bercak merah di sana. Seperti bekas terbentur. Sekarang ia menatapnya kalut. Dia, orang itu? Kenapa dia kemari? Bagaimana dia bisa tahu rumahku? Bagaimana dia bisa masuk?

Pemuda itu hanya menatap tak bersuara.

Arden terdiam lalu menyebut namanya ragu. Pemuda tersebut terlihat terkejut kemudian tersenyum simpul, "Baiklah, Arden Vozan."

Ia melirik pintu lalu memanggil seseorang yang ada di baliknya. Seseorang itu mengetuk pintu lalu masuk dengan anggun, menatap lurus dengan pandangan serius.

Dia... perempuan tadi. Kenapa dia ada di sini juga? batin Arden kaget melihat perempuan yang satu gerbong dengannya itu ada di rumahnya- maksudnya di kamar mandinya. Kemudian ia teringat perempuan itu sempat mengajak pemuda putih keluar mencari cincin yang ada di dalam tasnya yang dicuri.

The God of The Rings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang