Episode 5

11 3 0
                                    

Syuting benar-benar selesai pada pukul delapan malam. Sutradara mengucapkan terimakasih kepada seluruh pemain dan staf yang bekerja. Pun dengan Hana yang 'bertamu', sutradara mengucapkan terimakasih.

"Justru saya yang harus bilang terimakasih, sutradara Choi. Anda dan kru sudah bekerja keras. Terimakasih banyak." Senyuman tulus Hana menyertai.

Setelah berpamitan dengan Semua orang disana, Hana beranjak pulang. Ia menggandeng Eunsang yang pasrah karena lelah. Beberapa jam lalu, Yeji meminta izin untuk membawa Eunsang ke rumah Hana, atas permintaan Hana tentu saja. Perempuan bermata sipit itu sejak tadi menunggu penjelasan, tetapi karena waktunya tidak tepat, ia memilih bungkam.

Di perjalanan pulang, Hana menyempatkan diri untuk membeli cheesecake di bakery tempat ia biasa menghabiskan sore. Sebenarnya ia tidak menyukai jenis kue itu, Eunsang yang menyukainya. Jadi, Hana hanya membeli beberapa untuk persediaan di Lemari pendingin. Berjaga-jaga jika Eunsang datang untuk berkunjung.

"Mbak Yeji ga beli kue?" Tanya Eunsang setelah kedua wanita itu masuk kedalam mobil.

"Nggak dek. Mbak lagi diet." Jawab Yeji sekenanya. Padahal karena kue coklat kesukaannya habis.

"Esa mau nyetir ga? Eh tapi capek kan? Ga usah deh biar mbak aja." Hana berdialog.

"Mbak aja. Esa pegel pegel nih. Entar nyampe rumah mbak, esa mau langsung bobo aja." Hana tersenyum lebar mendengar nada manja yang terlontar.

Setelah menyalakan mesin mobil, Hana langsung menjalankan benda tersebut. Ia pun memulai ceritanya kepada Yeji. "Sebenarnya, Esa itu adek angkat gue Ji. Dulu waktu masih di China, dia tinggal sama gue beberapa tahun. Tapi dua tahun ini, dia sibuk kerja. Setelah masuk agensi, dia harus di trainee kan.. jadi mau gamau kita ldr an karena esa juga gabisa pegang hp terus-terusan. " Jeda sejenak, Yeji terlihat ingin melontarkan pertanyaan. "Terus kok dia disini?"

"Iya, dia emang di trainee disini. Gue yang saranin dia kalo mau berkarir di dunia hiburan, mending dia ke korea aja. Dulu dia di YU entertainment, nah sekarang pindah ke Brandnew." Terang Hana.

"Emangnya dek Eunsang ga punya keluarga?" Akhirnya, pertanyaan yang di hindari Hana dimuntahkan oleh Yeji. Eunsang yang diam di bangku belakang sambil menutup mata pun akhirnya bersuara kembali. "Ada kok mbak. Itu, mbak Hana. Ada minhee, ada dongpyo juga. Terus ada mas byungchan. Tapi kalo maksud mbak itu keluarga kandung, Esa nggak ada. Kalo mbak pernah baca biodata nya esa, disana bakalan ditulis Esa itu anak panti asuhan." Suara halus Eunsang mengalun santai. Seperti itu bukan sebuah perkara besar.

"Hmm maaf dek, mbak penasaran soalnya. Mbak nggak tau." Nada penyesalan terukir jelas ketika Yeji membuka mulut.

"Nggak apa-apa mbak. Itu udah lama, yang penting sekarang esa senang." Duh manis kali senyumnya Esa wak. Gakuat aku ni wak.

Perkataan Eunsang disambut deringan handphone Hana, yang langsung di angkat oleh perempuan itu tanpa melihat nama pemanggil, kemudian menyalakan speaker agar lebih mudah.

"HANA BANGSAT LO KOK PULANG KAGA NGASI TAU ANJIR?" Teriakan seorang lelaki terdengar dari seberang sana. Hana tersenyum jahil.

"Apa sih buyung? Udah malem gausa ganggu." Balas Hana jenaka.

"Idih milim giisi ginggi. Kintil." Lelaki yang dipanggil buyung oleh Hana itu terdengar kesal.

"Hahaha anjir byungchan!" Terbahak. Hana memukul stir mobil main-main. Dibelakang Eunsang ikut terkekeh kecil. Hanya Yeji yang diam memasang wajah bingung.

"Kaga usah ketawa lo. Kena azab baru tau." Gerutunya diseberang sana.

"Lo sih alay banget. Udah tua juga kintil." Balas Hana masih tertawa.

"Gue mah masih muda, perjaka. Emang lu, emak-emak?" Nada kesal masih menyertai suara byungchan.

Tawa Hana terhenti, digantikan senyuman tipis. "Bangsat lo buyung."
Yeji dan Eunsang yang mendengarnya sontak mengernyitkan dahi heran. Tumben ngomong kasar nyai?
Kaga tau aja mereka, Hana kalo bereaksi sama byungchan bakalan jadi senyawa apa:)

"Dimana lo? Kok kayak ada suara cowok tadi?"

"Lagi jalan pulang. Itu suaranya mas Esa." Balas Hana. Ia tidak kesal dengan sahabat popoknya itu. Sudah terbiasa dengan tabiat ceplas-ceplos nya.

"IH SUMPAH LO?! MANA SINI MAS ESA?" Grasak-grusuk di seberang sana mengundang senyuman childish Eunsang. Remaja beranjak dewasa itu pun akhirnya bersuara. "Kenapa mas manggilin Esa?"

"Mas Esa!! Mas byungchan rindu ih gimana?! Udah lama banget kita ga ketemu." Ia merengek seperti anak kecil.

"Esa juga kangen mas. Ayok ke rumahnya mbak Hana, Esa mau nginep disana. Deket nggak rumahnya mbak?" Menjawab dialog Byungchan sekaligus bertanya pada Hana yang dijawab dengan anggukan.

"Kata mbak Hana deket kok rumahnya. Ntar tanya mbak Hana aja alamatnya mas."

"Deket kok buyung. Lo mampir aja, sekalian nginep. Di daerah uptown hill Nomer 64. Gue bentar lagi sampe rumah kok." Hana kembali bersuara.

"Oke. Mas sepuluh menit lagi otw ya. Mau dibeliin apa mas Esa?" tanya nya kembali.

"Mm.. Ayam boleh deh mas. Sekalian cola ya." Request dari Eunsang. Kemudian Hana menyambar, "Beliin Soju kek beberapa chan! Gue mau taro di kulkas."

"Siap nyai!!" Setelah berucap seperti itu, Byungchan langsung mematikan teleponnya. Suasana Hening langsung menyapa.

Setelah sampai di rumah Hana, Yeji segera turun untuk membuka gerbang. Gerbangnya menggunakan sistem password, jadi tidak repot menggunakan kunci lagi. Hana kemudian memarkir mobil Yeji di garasi.

"Ayok mas Esa, masuk. Ntar tunggu mas byungchan dulu atau gimana?" Sembari keluar, Hana melontarkan pertanyaan. "Nunggu mas byungchan aja mbak, udah lama nggak ketemu juga soalnya."

Mereka pun masuk kedalam rumah setelah Hana membukakan pintu. Pemandangan pertama yang tertangkap netra Eunsang adalah gelap. Tentu saja. Karena lampu belum di nyalakan oleh sang pemilik.

Tak!
Suara stop kontak di tekan berbunyi rendah. Ruangan yang berisi sofa panjang dan nyaman itu diterangi cahaya lampu temaram yang tergantung mewah di langit-langit rumah. Ini ruang tamu rupanya. Ada beberapa foto Hana disana. Selebihnya hanya ada lukisan lukisan indah yang digantung di dinding berwarna krem.

Eunsang melongo melihat nya. Kesan mewah tetap melekat pada ruangan nyaman dan aesthetic ini. Melangkahkan kaki lebih dalam, Esa bisa melihat ruangan ini tersambung dengan Ruang keluarga yang berada di sisi dalam. Untuk ukuran wanita yang tinggal sendiri, Rumah ini sangat besar.

"Mas ntar tidurnya sama mas Byungchan ya di lantai atas. Itu kamarnya mas Esa, ada tulisannya kok depan pintu. Mandi, abis itu ganti baju. Kamar mandinya di dalem kamar kok." Jelas Hana sambil sibuk Menempatkan kue di atas piring cantiknya.

"Sebelah mana mbak?" Tanya Esa. Tidak menyangka bahwa ia juga memiliki kamar di rumah mewah Hana. "Naik tangga, belok kanan mas." Singkat Hana.

Setelah itu, Eunsang langsung menuju kamar yang dimaksud Hana. setelah naik tangga, belok kanan. Di depan pintu putih, nama Eunsang terukir sempurna. Kertas manila warna warni biasa, hanya saja Hana berhasil menyulapnya terlihat sangat bagus.

Di dalam Kamar itu, ada foto keluarga yang terdiri dari Eunsang, Minhee, Byungchan, Hana dan seorang balita laki-laki yang sedang berada di gendongan Hana.

Itu adalah Foto yang di ambil beberapa tahun lalu. Sebelum ia pindah ke Korea menjadi trainee.

***

Halo~
Udah lama banget gak update ini cerita😫
Idenya gatau mampet, makanya aku
mandet mandet update nya maafkan❤️
Tapi Terimakasih banget buat yang udah mau nungguin dan baca ceritaku..
Apalagi sampai mau komentar dan vote uwu terimakasih gomawo
saranghaeyooo🖤🖤

Untold | HSWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang