//Chapter 8: Prestige//
Vote dulu dong hehe
🍂
PINDAH secara tiba-tiba, lalu kabar kembalinya Alvi membuat gempar satu sekolah. Kemudian disusul oleh berita berpacaran Alvi yang menyebar luas bagaikan virus Corona. Hubungan Alvi dan Lula menjadi tranding topik nomor satu di sekolah. Mulai saat itu, nama Lula meroket naik dan menjadi pusat perhatian satu sekolah. Yang semula tak ada yang mengenal Lula, lalu orang-orang mengenalnya sebagai kekasih Alvino Ghayda.
Lula mulai dilirik. Mereka seolah baru saja melihat bidadari keluar dari goa.
Tidak sedikit kaum Adam mencoba menarik perhatian Lula setiap kali ada kesempatan. Alvi tahu, tapi ia diam saja. Selain karena ia yakin Lula tidak akan menggubris mereka, mereka juga tidak bisa maju selagi Alvi masih bersama Lula.Jika rasa khawatir itu tidak berlaku waktu di SMA, maka kini Alvi merasa sebaliknya.
Alvi mencoba menepis segala buruk sangka di dalam kepalanya. Mencoba bersikap santai seolah bukan apa-apa. Pertahanannya runtuh seketika saat Lula berpikir ada lelaki lain yang baik menurutnya selain Deon dan kedua kakaknya. Perasaan marah, kesal, juga tidak terima menggumpal menjadi bola besar yang menyesaki dadanya.
Alvi merasa terganggu. Entah pada apa, tapi ia merasa tidak suka. Padahal hanya mendengar nama, belum pernah melihat rupa. Sudah lama sekali Alvi tidak merasa se-kepanasan seperti ini.
Dari yang Lula ceritakan tadi, Alvi menduga Girral adalah kakak kelas Lula di Rajawali dulu. Jika benar, ada dugaan kedua, yaitu Girral dari dulu memang sudah tertarik pada Lula tapi tidak memiliki kesempatan.
"Cih, apa-apaan!" Memikirkan itu membuatnya meradang. Padahal itu hanya praduga yang belum diketahui kebenarannya.
"Gila lo ngomong sendiri?"
Alvi menoleh, kemudian melengos melihat teman-temannya menatapnya seakan dirinya orang gila. Usai pulang dari rumah Lula, ia kembali ke kosan Glen. Meski waktu sudah menunjukan lewat tengah malam, namun ia belum berniat kembali ke apartemen.
"Galau tuh pasti," celetukan itu menyulut tawa yang lain, "balik-balik muka kusut. Napa sih napaaaaa? Ha ha ha." olok mereka. Alvi semakin kesal saja.
"Pasti galau karena betina," celetuk yang lainnya.
"Betina betina. Lo kira ayam betina!" Glen menoyor reflek kepala temannya.
Melihat itu Alvi ingin tertawa, tapi tidak selera. Jadi ia hanya mencebikan bibir lalu menghisap rokoknya.
Glen mematikan putung rokoknya yang masih panjang diasbak, "Lo temenin gue keluar." tunjuknya pada Alvi.
Mata Alvi mengikuti gerak Glen yang beranjak berdiri kemudian menunjuk dirinya sendiri, "Gue?" yang diangguki oleh Glen. Ia melirik jam di ponselnya, pukul dua pagi. "Kemana? Lo ngajak gue nyari banci?" selorohnya sarkastik.
"Ke warung." sahut Glen malas.
"Beli apaan?"
"Minum."
Alvi melirik tumpukan minuman kaleng di atas meja bundar disudut ruangan, "Itu masih kurang?" ujarnya seraya menunjuk minuman itu dengan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello A: Goodbye Memories
Fiksi Remaja[SEQUEL HELLO A] Hubungan mereka masih baik-baik saja hingga kelulusan SMA. Saat tahun pertama masuk kuliah di universitas berbeda, ada sesuatu yang salah. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau badai kali ini luar biasa. Bukan hanya Alula...