Perpindahan Kelas

18 0 0
                                    

" Eh.. Tara lo pindah apa stay?" Tanya Tina sambil berbisik setelah mendengarkan Bu Rosa akan mengumumkan sesuatu.

"Gue? Gatau.. nyokap tetep maksa pindah, Nala tuh udah fix pindah ke IPA"

"Ya Tar.. lo pindah ke IPA atau stay di IPS pun gak masalah, orang lo bisa dua-duanya. kalo kayak gue gini, ya IPS aja dah..." Ujar Tina yang mulai menoleh ke belakang agar suaranya terdengar jelas oleh Tara dan Nala

"Udah, mending pindah aja, biar sama gue" Nala mulai membuka suara.

"Mending kalo sekelas, kalo kagak? ya abis di bully kali ya? maksa pindah ke IPA"

Tiba-tiba..

"Harap tenang semuanya, jadi ibu ingin menyampaikan informasi tentang pemindahan jurusan akibat banyaknya siswa yang ingin pindah ke IPA sehingga harus diumumkan bahwa akan dibukanya kelas baru yaitu 10 IPA 5 yang mungkin berisi teman-teman yang pindah dari kelas IPS, selain itu Ibu juga mau mendata siswa yang berminat pindah ke jurusan IPA"

"Bagi yang berminat pindah ke jurusan IPA harap mengangkat tangan lalu bergiliran menyebut nama dan asal  SMP"

Nala langsung bersemangat mengangkat tangan kanannya setinggi mungkin, Tara yang masih bingung dengan keputusannya, ia hanya memperhatikan sekeliling dan pelan-pelan menghitung berapa anak yang berminat pindah ke IPA, terhitung hampir setengahnya. Tina dan kawan-kawan hanya terdiam dan tak tertarik dengan pemindahan jurusan tersebut.

"Tar, beneran gak mau pindah? kelas baru Tar, lo bakal sebangku sama gue lagi" 

"Iyasih... beneran nih gue pindah kelas? menurut lo gimana?"

"Yaudah jangan diambil pusing, kan lo juga bisa-bisa aja masuk kelas IPA, gak akan kesusahan.."

Pelan-pelan Tara mulai mengangkat tangan kanan nya, dilanjutkan dengan menyebutkan nama dan asal sekolahnya.

"Ok, semua telah terdata ya, pemindahan kelas akan dilaksanakan lusa, hari ini seluruh guru akan mengadakan rapat atas pemindahan kelas ini dengan mempertimbangkan nilai kalian juga, sebelumnya ibu permisi dulu karena harus mengurus urusan lain terlebih dahulu"

Bu Rosa melangkah pergi dari ruang kelas 10 IPS 2, Suasana kelas kembali ramai akibat topik pemindahan kelas ini.

"Ih gila, berarti besok hari terakhir kita sekelas? padahal gue baru kenal sama si Tara & Nala" Ujar Cerra yang langsung menarik kursinya diantara meja Tara dan TIna.

"Gapapa, Cer paling kelasnya gak akan jauh, masih ketemu di luar kelas juga.." Ujar Nala.

"Gue denger-denger kebanyakan yang pindah tuh dari SMP lo berdua, Kaya si Dina, Mayaza, Putri juga pada pindah" Ujar Tina kepada Nala dan Tara sambil membalikkan badan ke arah meja mereka berdua.

"iya, gue tau emang mereka mau pindah juga, pada cerita kemarin sama gue" Sambung Tara.

tiba-tiba..

"Nal, kok pindah sih?" Ujar Seno, salah satu anak 10 IPS 2. Cowok super pede sejagat raya, yang ketauan banget naksir sama Nala.

"Hahaha Nal, jawab Nal.."Tara berbisik sambil tertawa kecil, diikuti Tina, Dara dan Cerra yang mulai berdeham untuk menggoda Nala.

Dengan malas, Nala ogah-ogahan menjawab "Iya, sorry ya Sen, gue emang pengen di IPA"

Tara memutar bola matanya karena terheran-heran melihat Nala yang masih bersikap baik kepada Seno meskipun ia terlihat tidak tertarik dengan obrolan yang Seno buat.

"Udah Sen, gak usah centil, balik aja ke tempat duduk lo" Ujar Tara yang justru lebih terlihat malas dengan kehadiran Seno.

"Ih, Tar emang ya, galak lo super banget padahal gue kan ke Nala bukan ke lo"

"Iya tau, tapi lo liat gak sih kita lagi ngobrol? godain Nala nya ntar aja" Ucap Tara dengan nada mulai meninggi dan diikuti dengan kepergian Seno yang bete karena merasa di usir Tara.

Bukan hal aneh jika Tara seringkali bersikap kasar pada orang-orang di sekitarnya, terutama kepada laki-laki yang kerap bersikap genit kepadanya maupun teman-temannya, apalagi kalau laki-laki tersebut mengenalnya dengan baik. Seno, Tara dan Nala sudah satu sekolah sejak SMP, berita tentang Seno yang menyukai Nala sudah tersebar sejak lama, Tara juga sangat hafal dengan sifat yang dimiliki Seno, dan rata-rata semua lelaki di SMP Ilead mengetahui Tara yang galak, cuek dan pemarah. Sehingga mereka tidak terlalu mengambil hati akan sikap kasar Tara.

" Emang udah biasa, yang di godain siapa.. yang galak siapa.." Ujar Tina yang memang sudah sering mendengar desas-desus tentang sikap Tara yang galak.

" Abis, Nala tuh dari dulu begitu, udah tau dia males banget sama si Seno, tapi masih baik aja"

"Hmmm, ya gue kan gak galak macem lo Ra" Sambung Nala.

Berjam-jam telah berlalu, seperti yang diujarkan Bu Rosa, bahwa guru-guru sedang rapat hari ini, sehingga tidak ada guru yang masuk ke kelas. Lagipula, ini merupakan hari pertama sekolah di tahun ajaran baru, sehingga memang sudah tidak aneh apabila kegiatan belajar mengajar belum dapat terlaksana.

_____________________________________________________________________

2 Hari telah berlalu, Hari ini merupakan pemindahan siswa IPS menuju jurusan IPA. Tara berlari menuju papan pengumuman, hatinya cemas, berharap ia ditempatkan di IPA 5, dan dapat sekelas dengan Nala agar ia tidak kebingungan memilih teman sebangku.

Hari masih pagi, hanya beberapa siswa sudah datang, jadi Tara tidak perlu berdesak-desakan dengan siswa yang lain. Setelah melihat daftar siswa yang terpampang di papan pengumuman, hatinya lega dan menghembuskan nafas panjang, karena seperti dugaannya, bahwa ia akan di tempatkan di IPA 5. Bukan hanya dengan Nala tetapi dengan 6 teman perempuannya yang berasal dari SMP Ilead. Sehingga Tara tidak perlu kesulitan untuk beradaptasi di kelas barunya.

Ternyata, bukan hanya pindahan siswa dari IPS yang ditempatkan di IPA 5, tapi beberapa yang dari awal sudah masuk kelas jurusan IPA dipindahkan pula menuju kelas IPA 5. mungkin karena kelas lain sudah penuh dan IPA 5 masih memiliki slot untuk siswa-siswa lain. 

Tanpa berfikir panjang Tara membalikkan badan dan berlari menuju kelas barunya. seperti yang diketahui, bahwa banyaknya siswa jurusan IPS yang pindah, maka ada 1 kelas IPS yang di hapus yaitu kelas IPS 4 dan kelas IPA yang ditambah menjadi 5 kelas.

Tara berdiri di ambang pintu, celingukan, dan mencoba mengintip seisi kelas sebentar, berhati-hati agar tidak salah masuk kelas. Mencari-cari wajah yang familiar agar ia tidak merasa canggung di dalam kelas sendirian. 

Dari sisi yang lain, terdapat anak laki-laki yang berdiri tepat di belakang Tara. Perawakannya tinggi, sekitar 178 cm, badannya proposional, kulitnya berwarna sawo matang, alisnya tebal rahangnya tegas dan dadanya bidang. Ia terlihat kebingungan sambil memperhatikan Tara yang tak kunjung masuk ke dalam kelas dan hanya memperhatikan seisi kelas seperti mencari seseorang.

Tara dengan tinggi badan 163 cm, berkulit putih, memiliki wajah oriental dengan rambut sebahu tiba-tiba membalikkan badan dan justru terlihat seperti tidak jadi memasuki kelas, Terkaget-kaget melihat seseorang dengan postur yang cukup tinggi tepat di belakangnya.

"Astaga! Ya tuhan gue kaget banget!" Tara yang baru saja membalikkan badan berteriak reflek, sambil menutup wajahnya.

" Eh sorry banget, daritadi gue nunggu lo masuk.. sorry banget." Ucapnya seraya berlalu dari hadapan Tara dan mulai memasukki pintu kelas.

Tara langsung mendongakan kepalanya untuk melihat dengan siapa ia berbicara, namun orang yang hampir ia tabrak langsung berlalu dari hadapannya dan masuk ke dalam kelas. Kepala dan matanya langsung mengikuti gerak-gerik dari lelaki tersebut yang perlahan-lahan meninggalkan ambang pintu.

'Siapasih itu?' Tara bertanya-tanya dalam hati. Namun belum menemukan jawabannya. karena ia belum sempat melihat wajah dari laki-laki tersebut.


(BERSAMBUNG)



MemoriaWhere stories live. Discover now