Tak sempat melihat wajah seseorang yang hampir ia tabrak, Tara berdiri di dekat tangga, bersandar pada dinding. menunggu seseorang yang ia kenal datang untuk diajak masuk bersama ke dalam kelas.
Baginya, untuk berada di tengah-tengah orang yang mungkin ia tahu namanya karena beberapa dari mereka mungkin terkenal saat SMP, namun tidak dapat menyapa karena hanya sekedar saling tahu, bukan saling kenal adalah hal aneh. Tara lebih senang bertemu dengan orang-orang baru yang sama sekali ia tidak ketahui dibanding seperti ini. Maka dari itu, Tara memilih untuk menunggu di luar kelas.
Tak lama kemudian, ada Dea salah satu anak SMP Ilead, Cukup akrab dan dekat dengan Tara datang dan berjalan menuju kelas 10 IPA 5.
"Tar, lo masuk IPA 5 ya?"
"Iyaa, tapi belum berani masuk nih"
"kenapaaaa?"
"Ya gaada temennya, lo berani gak masuk?"
"hehe gue juga malu sih.."
"Ya gue juga sebenernya malu, tapi kalo berdua gak kenapa-napa asal ada temen ngobrol"
"yaudah bener nih ya?"
"iyaaa benerrr ayo masuk"
Dea dan Tara memasuki kelas, setengah siswa dari kelas IPA 5 sudah berdatangan, beberapa wajah diantaranya cukup familiar bagi Tara. Dea dan Tara menaruh tas di meja yang berdekatan, karena Dea sudah memiliki teman sebangku begitupun dengan Tara. Dea duduk tepat di depan meja Tara.
"Yaelah Dey, kalau gue tau lo masuk IPA 5 juga pasti sebangku"
"Iyanih!, abis kan waktu itu kita kepisah kelasnya, gue di IPS 1. Pasti lo duduk sama si Nala?"
"Iya, gue duduk sama Nala, kita sekelas dari awal soalnya"
"Tumben banget si Nala belum dateng, dari dulu kan dia selalu dateng awal terus" Ujar Dea, sambil menatap ke sekeliling dan ke arah pintu untuk memastikan kedatangan Nala.
"Nala kalo gak dateng pagi banget, datengnya siang banget begitu dia, berarti sekarang dia telat"
Percakapan Tara dan Dea membuat Tara lupa akan sosok yang hampir ia tabrak, tak lama kemudian Dina, Mazaya dan Putri datang secara bergantian. Mereka menaruh tas di tempat masing-masing lalu mendatangi Tara dan Dea yang sedang berbincang.
"Udah nyampe duluan aja bu" Ujar Putri sambil membenarkan rambutnya.
"Yaelah, si Tara kan emang tukang dateng pagi"
" Hehe, ya lo taulah Bokap gue gimana kalo nganterin sekolah jam 06.15 aja udah bawel banget, padahal yang sekolah siapa"
Percakapan mereka berlima cukup membuat kelas bising karena suara yang dikeluarkan cukup besar, sehingga membuat beberapa orang menoleh dan memperhatikan sebentar.
Tara, Mazaya dan Putri cukup di kenal banyak orang dari sekolah-sekolah lain. Karena seringkali aktif di sosial media, mereka bertiga cukup terkenal karena beberapa kali pernah berpacaran dengan seseorang dari luar SMP Ilead, seperti Mazaya yang kini sedang menjalin hubungan dengan Rafael, dari SMP Brillan. Sehingga saat obrolan mereka cukup membuat bising, beberapa siswa di kelas mulai berbisik kecil dan melontarkan pertanyaan yang mirip-mirip seperti,
"Itu Tara anak SMP Ilead kan?"
"Itu Putri pacarnya Baskara?"
"Mazaya yang pacar Rafael bukan sih?"
Bisikan-bisikan yang cukup mengganggu ini terdengar samar-samar bagi mereka berlima, Tara hanya bersikap seolah tidak ada apa-apa, begitu pula yang lainnya, karena apabila mereka membalas atau melakukan sesuatu tentang yang orang-orang lain bicarakan hanya akan membuat suasana semakin canggung, lagipula nantinya mereka lambat laun akan berteman.
YOU ARE READING
Memoria
RomansaBagaimana aku bisa lupa? Bahkan, Apa yang telah terlewati selalu diulang dalam mimpi. Alam bawah sadar telah merekamnya dengan baik. Rasanya, aku seperti di hantui. Merasa bahwa kamu selalu kembali. Untuk sekedar mengenang apa yang telah terlewati.