o0o
Dengan langkah yang santai memasuki kelas Cakra tak segan-segan membawa sekantong kresek yang berisi makanan. Agatha yang melihat kantong kresek di mejanya hanya menatap Cakra."Makan dulu, baru ngerjain tugas" Tak peduli apapun Agatha langsung mengambil dan membuka kantong kresek itu.
Bener benar surga bagi Agatha karena dirinya pencinta kuliner. Tanpa membuang waktu Agatha mengambil roti kesukaannya tentu dengan selai roti cokelat favoritnya.
Semua yang dilakukan Agatha tak luput dari mata Cakra dan teman teman yang ada dikelasnya.
"Thank Cakra, next time gini lagi ya" Tidak ada jawaban dan Cakra langsung duduk di tempat duduknya.
Seperti anak kecil yang melihat temannya mempunyai mainan baru, Dito menghampiri Agatha.
"Bagi dong Tha" Tidak ada respon dari Agatha, Dito pun langsung lebih mendekati Agatha.
"Tha, gue ambil satu ya"
"Gak, lo beli sendiri sana"
"Ayolah Tha, satu aja gue ini temen lo bukan si"
"Engga Detol, sana hus huss"
Diusir secara tidak hormat membuat wajah Dito seperti lembaran-lembaran kertas yang tertumpuk alias kusam.
"Nih ambil nih" Tentu dengan senang hati Dito mengambilnya.
"Ini baru temen gue, btw lo dapet banyak makanan habis ngeburu diskon?"
"Kepo banget lo, dah sana gue mau ngerjain tugas"
"Itu nyalin bukan ngerjain"
"Iya iya terserah"
"Pergi ga lo Detol?!"
"Aduh ini masih pagi jangan teriak-teriak Tha" Ucap Lia.
"Ya ini Detol gangguin gue, pergi ga lo?!"
Tak ada yang berubah, Dito terus mengusili Agatha. Namun ada sebuah panggilan yang membuat Dito berhenti.
"Dit"
Dito yang merasa namanya dipanggil langsung melesat ke sumber suara, siapalagi kalo bukan kepada Cakra.
"Jangan ganggu Thata dulu, nanti aja"
"Siap bos" jawab Dito dengan gerakan seperti hormat bendera.
Pulang sekolah Agatha mampir ke rumah Cakra lebih dahulu, karena ada beberapa novel yang mau Agatha pinjam dari Cakra.
"Orang tua lo kemana? sepi amat, kerumah gue dong rame"
"Belanja Tha, kapan kapan main ke rumah lo"
Agatha meringis. Sebenarnya kata rame yang dimaksud Agatha bukan itu, melainkan keluarga nya yang sering bertengkar sehingga memunculkan kericuhan di dalam rumah.
Memang bukan pertama kali Agatha berada di rumah Cakra, namun ini terasa beda ada beberapa bingkai foto yang memperlihatkan senyum Agatha yang merekah indah.
"Cakra"
"Ternyata gue cakep juga ya" Ucap Agatha dengan pandangan mata yang tak terlepas dari bingkai foto.
"Biasa aja, cakepan gue"
"Biasanya orang cakep itu ga mengakui dirinya cakep"
"Tapi gue emang tampan kan?" Tanya Cakra yang kini menatap Agatha lekat. Yang ditatap merasa salah tingkah.
"Biasa aja" jawab Agatha melengos pergi dari hadapan Cakra.
Tanpa memperdulikan Agatha, Cakra menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Hal ini sudah biasa bagi Agatha maupun Cakra.
"Kapan ya gue punya bingkai foto di ruang tamu yang isinya muka gue sama keluarga gue?"
"Tapi itu bakal kejadian gak ya?"
"Kayaknya enggak deh, mana mau mereka ninggalin kerjaannya demi gue"
Monolog itu cukup sering ketika Agatha melihat kejadian atau sesuatu hal tentang kekeluargaan dan itu membuat Agatha iri.
"Ngapain lo? Nangis?" Pertanyaan itu membuat Agatha menatap sendu Cakra yang berjalan dari satu persatu anak tangga.
"Enggak tuh, mata gue cuma kemasukan debu aja" Cakra hanya mengangguk saja pertanda alasan yang diberikan Agatha masuk akal.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA (Di Revisi Jika Cerita Sudah Selesai)
Teen FictionSeorang gadis dengan segala kesederhanaan, sikap ceria yang tak pernah pudar, rasa simpati yang tinggi kini sedang di masa kesulitan dan rasa takut. Bukan pertama kali Agatha merasakan masa ini, dulu di masa kecil dirinya pernah terjebak disituasi i...