o0o
"Hati- hati, makasii Cakra!" Teriak Agatha sembari melambaikan tangannya.
Setelah pulang dari rumah Cakra dan berboncengan dengan Cakra membuat badan Agatha terasa lengket dan bau sehingga dengan langkah cepat Agatha menuju ke kamarnya dan menaruh semua benda-benda yang ada di badannya lalu mengguyur air sejuk ke tubuhnya tanpa memperdulikan kedua orang tuanya yang sedang berbicara empat mata di ruang tamu.
Tak menunggu waktu lama Agatha sudah merasa bersih dan sekarang terkapar di pulau kapuk alias kasur. Agatha hari ini hanya makan cemilan di sekolah pemberian Cakra dan makan nasi goreng yang dibuatkan Cakra sewaktu dirumahnya.
Di depan pintu kelas, dengan pakaian yang belum bisa di bilang rapi karena dasi Cakra masih berantakan dan satu bahunya digunakan sebagai gantungan tas membuat sebagian teman-temannya kebingungan dan tentunya terpanah karena tampangnya yang agak berandal.
Tatapan Cakra penuh pengertian kepada orang yang didepannya kini.
"Kenapa ngos-ngosan?"
"Gue pikir telat, sumpah dah capek bener serasa gue buronan." Jelas Agatha
"Oh" Balas Cakra sembari merapikan anak rambut Agatha.
"Kantin yuk, Lo yang bayarin gue tapi."
"Mau bel masuk Tha." Tolak Cakra lalu dirinya masuk ke dalam kelas.
Agatha menghela nafas lalu mengucapkan pelan "padahal gue belum makan dari kemarin, laper"
Dengan langkah loyo dan terpaksa Agatha masuk kedalam kelas, namun belum menjumpai pintu kelas badan Agatha mundur karena tangannya ditarik oleh Cakra, lebih tepatnya diseret ya.
"Udah beberapa kali gue bilang jangan telat makan, lo punya penyakit maag gimana kalo kambuh pas ga ada orang? Lo mau mati konyol?"
Hanya ucapan kalimat-kalimat itu yang di dengar Agatha selama perjalanan ke kantin hingga ke kelas. Agatha tidak keberatan jika Cakra memarahinya Agatha tidak sakit hati walau perut Agatha sakit tapi Agatha senang ada seseorang yang memperhatikannya.
Rasa senang karena perutnya terisi seketika lenyap ketika Agatha sudah di depan pintu kelas badannya seakan membeku tak bisa bergerak. Berbeda dengan Agatha, kini Cakra justru berputar arah. Melihat Agatha yang diam membeku mau tak mau Cakra menarik Agatha lagi.
"Loh? Mau kemana? Lo ajak gue bolos ya?" Curiga Agatha, mau sebandel apapun Agatha di sekolah dirinya tidak pernah membolos, bukan karena Agatha takut tapi Agatha tidak memiliki patner untuk diajak membolos bersama. Jangan tanya Lia tentu saja Lia tidak mau.
"Lo ga mau?"
"TENTU MAU LAH DODOL" Pekik Agatha senang.
Ternyata tidak semudah yang Agatha bayangkan perjalanan untuk membolos ternyata menguras tenaga, dari melompat pagar yang tingginya setengah badan Cakra lalu melewati aliran peceren yang kering dan jangan lupakan mata yang jelalatan melihat sekitar, takut ketahuan guru.
"Makan dulu sini, gue tau lo capek" Ajak Cakra yang sudah duduk dikursi panjang.
"First bolos nih bos" Bangga Agatha.
Sembari Agatha dan Cakra menyantap gorengan mereka berdua bercerita bukan mereka berdua lebih tepatnya Agatha yang bercerita dan Cakra yang mendengarkannya.
Agatha tampak bahagia begitu pula Cakra, itu pandangan salah satu orang yang memakai seragam khas sekolahnya yang tak sengaja mengurungkan niatnya membolos ketempat yang dikunjungi Agatha dan Cakra.
"Lo ceria banget ya Tha, gue sampe lupa liat senyum lo ini" Monolog Rizky.
Mau seplayboy apapun Rizky dirinya tetap menyukai Agatha. Dari segi manapun menurut Rizky cewek yang ditaksirnya ini hampir sempurna.
Rizky memang cemburu melihat Agatha bersama cowok lain tapi Rizky tidak mau merusak kesenangan Agatha jadi mau tak mau Rizky mencari tempat lain untuk membolos sekolah.
"Berikan gue alasan yang masuk akal kenapa lo dari kemarin ga makan, satu alasan aja tha" Kesal Cakra karena sedari tadi Agatha hanya menjawab ngawur.
Mau berbohong sekuat dan sekeras apapun Agatha tau pasti Cakra tidak percaya, perlahan Agatha menatap dalam mata Cakra.
"Gue capek, gue capek semuanya"
"Gue tau gue salah, mau gue berusaha kayak gimanapun itu enggak ngembaliin keluarga gue kan?" Sambung Agatha.
"Iya bener, tapi setidaknya lo berusaha ngembaliin diri lo sendiri kayak dulu."
"Gue udah ga ada tenaga buat diri gue sendiri" Perlahan tapi pasti usapan tangan Cakra yang berada di bahu Agatha membuat si pemilik bahu tenang.
"Jujur gue bingung mau ngomong apa sama lo Tha, gue ga tau masalah yang lo hadapi itu apa yang gue tau cuma tentang keluarga lo itupun lo cerita nya sepenggal-sepenggal."
"Lo mau tau?"
"Gue ga maksa lo cerita ke gu-"
"Kedua orang tua gue selalu berantem hebat bahkan diwaktu gue mau ulangan kenaikan semester, ulangan harian, ulang tahun gue atau adik gue mereka berdua juga berantem hebat. Gue tau mereka berdua ngeributin masalah yang itu itu aja dan disuatu hari gue denger bokap gue bilang kalo dia mau cerai sama nyokap, gue kaget banget waktu itu dan lebih kagetnya lagi ternyata nyokap gue bertahan karena ada gue sama adik gue."
"Gue ngerasa bersalah setiap ngeliat nyokap tapi gue juga sakit hati waktu gue sama nyokap berantem dan dia bilang kalo bukan karena gue dia juga ga mau tinggal di neraka ini, lo harus tau Cakra neraka yang dimaksud nyokap gue adalah rumah gue"
"Kalo pun nyokap bokap pisah gue gatau harus milih siapa dan gue juga belum siap buat pisah sama adik gue"
Usapan lembut terus menjalar di tubuh Agatha, kini Cakra tau kenapa teman perempuannya ini selalu senang diajak kerumahnya dan selalu telat makan. Namun di sisi lain Cakra sadar bahwa sosok yang duduk di sebelahnya ini kuat bahkan Cakra mengakui dirinya kalau kuat dengan Agatha.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA (Di Revisi Jika Cerita Sudah Selesai)
Teen FictionSeorang gadis dengan segala kesederhanaan, sikap ceria yang tak pernah pudar, rasa simpati yang tinggi kini sedang di masa kesulitan dan rasa takut. Bukan pertama kali Agatha merasakan masa ini, dulu di masa kecil dirinya pernah terjebak disituasi i...