95 6 0
                                    

"Ra! Kamu kenapa? Habis dari toilet kok bengong?" Ucap Tiwi.

"Eh, enggak." Ucapku sambil cengengesan.

"Kebiasaan deh." Ucapnya sambil mengerucutkan bibir mungilnya.

Sampai saat ini kita kalo ke mana-mana selalu berdua. Bahkan ada yang menyangka kalau kita itu pacaran. Padahal kan engga, dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Yah, lumayan lah buat di ajak foto bareng daripada aku keliatan jomblo banget. Emang aslinya jomblo sih, wkwk.

Tiwi itu orang nya mudah banget buat gaul sama orang. Dia adalah salah satu siswa aktif, yang banyak aktivitas di sekolah. Seperti ekskul lah yang kayak gitu. Tubuh mungil, bibir mungil, mata sipit, padahal dia bukan keturunan orang cina loh ya. Aneh kan? Dia itu si cewek mungil nan imut.

"Ra, ke kantin yu?" Aku beralih menatap nya.

"Tumben banget ngajak ke kantin, gak bawa makan?" Tanyaku balik.

"Gak, tadi kesiangan. Ayo ih laper tau!" Dia setengah berteriak, mungkin kesal dengan ku yang terus bertanya.

"Iya, bawel bentar dulu." Kami keluar dari kelas, kebetulan hari ini jam kosong dikarenakan para guru sedang mengadakan rapat.

"Woi! Libra!" Aku dan Tiwi menoleh ketika melewati koridor dan ada yang meneriakkan namaku.

"Woi! Lu berdua pacaran Mulu! Ini sekolah boy, mojok ketauan guru BK mampus lu!" Cerososnya.

"Apaan sih lu Ton, siapa juga yang pacaran?" Jawabku, dia Anton Ramadhan. Teman sekelas ku dan Tiwi. Dia ketua basket.

"Daripada lu berdua dikira mojok, mending gua ikut ya?" Tanyanya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya udah bilang dari tadi kalo mau ikut mah, gak usah pake acara basa basi, basi!" Kini Tiwi menyahut dan mencubit tangan Anton pedas. Uh, pasti sakit itu.

"Dih, anjir gak usah nyubit juga kali. Dasar lu ya cewek kasar."

"Apa kamu bilang!..."

"Udah ini jadi gak ke kantin?" Sebelum terjadinya perang dunia ke tiga, aku sudah melerai mereka berdua.

Kami berjalan beriringan menuju kantin.

Sesampainya di kantin.

Kantin lumayan ramai, walaupun belum waktunya jam istirahat. Kami duduk di meja dekat jendela. Aku memilih membeli bakso yang tidak memakai mie kuning, Tiwi membeli batagor, dan Anton dia membeli Mie rebus.

Sebelum memakan bakso aku melihat sosok gadis itu, gadis yang aku temui di toilet. Aku terus saja memperhatikan gerak geriknya, sepertinya dia tidak melihatku. Kalo tidak salah namanya Gemini, dia membawa nampan berisi bakso.

Sepertinya Anton dan Tiwi mengetahui aku sedang memperhatikan seseorang, Anton menoleh ke arah yang aku tuju. Kantin memang sudah penuh dari tadi, sepertinya gadis itu belum menemukan kursi.

"Gemini! Woi!" Aku menoleh ke arah Anton, dia kenal gadis itu?

Gadis itu menoleh dan melihat ke arah Anton lalu tersenyum. Eh, kok dia cantik sih.

"Sini, ayo gabung!" Ucap Anton lagi, kali ini dia mendekat ke arah meja kami. Dia menoleh ke arahku dan memicingkan matanya.

"Boleh gabung?" Tanyanya basa basi.

"Boleh kok." Jawab Tiwi sambil menikmati batagornya.

"Eh, iya boleh." Kok aku gugup ya.

"Kenalin dia Gemini Rain Alizeh, anak kelas XII IPA 4." Anton memperkenalkan Gemini kepada aku dan Tiwi.

"Nama aku Pratiwi Sagita, bisa di panggil Tiwi, anak kelas XII IPA 1." kini Tiwi dan gemini bersalaman sambil tersenyum.

Dia menoleh ke arahku,
"Emmm, kamu Libra kan?" Tanyanya ragu.

"Iya," jawabku simple, padahal aku sedang menutupi kegugupan ku. Shit, kok aku aneh ya.

Kami kembali melanjutkan makan yang sempat tertunda karena acara perkenalan tadi.
Ya ampun dia rakus banget kalo makan, pipinya sampe ngembung gitu sih, lucu. Dia memakan bakso, sama seperti yang aku makan. Tapi kuahnya hitam, apa itu kecap ya?

"Eh, Ton kok kamu bisa kenal sih sama Gemini?" Tiwi memecahkan keheningan diantara kami. Gemini langsung melirik ke arah Tiwi dengan mulut yang masih penuh.

"Jadi, Gemi ini tetangga gua. Dia pindah waktu SMP dan mamahnya selalu nitipin dia ke mamah gua. Karena mamahnya kerja. Dari situlah kita mulai akrab." Jawab Anton panjang lebar.

"Oh..." Jawab Tiwi sambil menyuapkan batagornya.

Selesai, makanan yang ada di meja sudah tandas. Tiwi tadi ijin ingin ke toilet. Dan Anton pergi membayar makanan. Otomatis disini tinggal aku dan Gemini.

"Eh, Libra pasti zodiak kamu Libra ya?" Sepertinya dia tidak bisa dalam keadaan canggung seperti ini.

"Iya," jawabku dengan sangat singkat.

Anton dan Tiwi sudah kembali duduk di bangkunya yang tadi.

Kami menghabiskan waktu luang untuk mengobrol panjang lebar. Dari cerita Anton tentang Gemini, dia itu cewek yang sedikit tomboi. Fanatik coklat, dan yang paling aku benci dia suka hujan.

"Gemini, aku minta nomer Wa kamu dong. Biar kita bisa curhat-curhat bareng." Tiwi memberikan ponselnya pada Gemini.

"Boleh, lagian aku juga sering bosen." Gemini mengambil ponsel Tiwi dan mengetikkan nomernya disitu.

"Libra kamu gak mau nomer Wa Gemi?" Anton bertanya padaku sambil menaik-turunkan alisnya.

"Apaan sih lu Ton." Jawabku lalu merogoh kantok bajuku untuk mengambil handphone.
"Nih." Aku menyodorkan hpku ke arahnya. Sepertinya dia tidak mengerti.

"Nomer hp kamu,"
"Eh, iya," dia mengetik nomer hpnya di hpku.

Dan terjadilah, tukar-menukar nomer hp. Gadis tomboi yang mudah bergaul.

♎♎♎♎♎♎♎♎♎♎♎♎♎♎

Assalamualaikum!
Ketemu lagi sama author yang cantik ini :v

Jika ada Typo mohon tandai🙏

Selalu jaga kesehatan ya sayang 😗

#Dirumahaja
#Stayathome
#mendingbacaWattpad

Jangan lupa Vote and Comen. Sekalian Follow akun ku ya😗

Salam manis Author 🍁

Libra Gemini♎♊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang