Senja selalu indah, kamu saja yang terlalu munafik.
~Libra Anandika prasetio~♎♎♎
Ada saatnya semuanya memang harus berakhir dengan penuh penyesalan. Cinta sepertinya masih absurd untuk ku pahami sampai detik ini.
"Libra?!" Panggil seseorang dari belakang ku.
Aku menolehkan kepala ke belakang dan ternyata itu Tiwi, baru saja aku mau membuka pagar rumah."Apa?" Tanyaku
"Kafe kuy!"
"Gak, males." Jawabku dengan nada malas.
"Ih, kok gitu sih! Biasanya mau aja kalo aku ajak ke kafe," dia memasang wajah cemberut. Sangat serasi dengan muka baby face nya.
"Lagi males aja, udah ah aku mau masuk dulu. Bye" ucapku sambil melambaikan tangan dan masuk.
Tiwi melakukan hal yang sama. Dia pergi ke rumahnya.Rumah sepi, tapi di rak sepatu tadi aku melihat sepatunya bang Leo. Sepertinya dia pulang.
Perlahan aku menuju ke kamar yang tak jauh dari ruang tamu. Memang kamar bang Leo itu berada di lantai bawah.'NO ENTRY' tulisan yang terpajang di depan pintu.
Tapi tetap saja aku masuk. Kamar pengap yang dipenuhi oleh baju, celana, bahkan ada pakaian dalam. Entah itu masih baru atau bekas pakai.Bang Leo malah sedang asik ngorok di kasurnya.
Aku memunguti pakaian yang berceceran itu, membawanya ke kamar mandi dan memasukkan ke mesin cuci.Kembali lagi ke kamar bang Leo untuk memastikan sesuatu. Ku dekatkan hidungku pada mulutnya, ternyata benar saja bau alkohol. Pasti bang Leo mabuk lagi.
"Bang?" Ucapku sambil menggoyangkan lengannya. Tapi malah tidak ada sahutan.
Ya sudahlah, aku pergi mandi dan berganti pakaian. Membersihkan rumah, rumahku tidak terlalu besar jadi lumayan singkat untuk membersihkannya. Tak lupa aku membersihkan kamar bang Leo."Sudah malam aja," gumamku sendiri. Sambil mengambil mie rebus.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," jawabku
"Kamu lagi apa Lib?" Itu papah dia baru saja pulang kantor.
"Eh papah, Libra lagi masak mie, mau?" Sambil menyalami punggung tangan papah.
"Nanti aja, Abang kamu ada di rumah?" Tanyanya.
"Ada di kamar,"
"Tumben," ia berkata sambil menaikkan satu alisnya.
"Iya pah, liat aja sendiri di kamar." Jawabku jengah dengan ekspresi nya.
Papah pergi meninggalkan dapur dan menuju ke kamar bang Leo. Aku sedang asik menyantap mie yang sudah jadi aku rebus.
Aroma mie rasa soto yang menggugah selera di tambah telor. Wih mantap...Brak
Baru saja satu suap aku sudah mendengar pintu dibanting.
"LEO KAMU MAU KEMANA?!" suara papah dengan oktaf yang sangat tinggi.
"Apaan sih? Gimana gua aja mau kemana juga," aku mendengar suara bang Leo yang dengan santainya bicara.
Apa dia tidak takut dengan amarah papah?Aku berjalan ke papah dan bang Leo yang bertengkar di ruang tengah.
"Kamu tiap hari mabuk-mabukan terus! Seharusnya kamu mencontohkan yang baik-baik untuk adik kamu!" Suara papah sudah sedikit menurun. Tapi sangat terdengar penekanannya.
"Ya, papah juga gak jauh beda kan?" Ucap bang Leo.
Muka papah semakin mengeras menahan marah, aku hanya menyaksikan sambil memasang wajah kosong.
Aku tidak ingin melihat Abang dan papah bertengkar. Kelurga ini sudah hancur, mah Libra harus gimana?
"Papah yang setiap hari main perempuan, apakah mamah sudah hilang dari hati papah? Apa gak punya hati?" Tanya bang Leo dengan penuh penekanan.
Plak...
"KAMU GAK PERLU BAWA-BAWA DIA, DIA UDAH MATI LEO! KAMU HARUS BISA MENERIMA SEMUA INI!"
Bang Leo mengusap sudut bibirnya yang sedikit berdarah, tamparan dari papah lumayan keras juga.
" 'Dia' MAKSUD KAMU APA DIA?!"
"STOP!" sudah tidak tahan dengan pertengkaran yang tidak habisnya ini, aku pun menengahi mereka.
"Pah, bang. Silahkan kalian jika ingin baku hantam," ucapku. Mengamati wajah mereka yang menunjukkan ekspresi tanya.
"Tapi aku mohon jangan di rumah." Ucapku dingin sambil berlalu menuju kamar.
♎♎♎♎♎♎♎♎♎♎♎♎
Monmaaf tlat update 😥
Vote and comment syahabat 🤸
KAMU SEDANG MEMBACA
Libra Gemini♎♊
Teen FictionIni cerita tentang si Libra, Zodiak yang berlambangkan timbangan. Seseorang yang sangat mencintai akan hobinya, sangat setia kawan dan orang yang sangat tetap pendirian. Ini juga adalah sebuah cerita tentang si Gemini, zodiak yang berlambangkan bay...