33 3 0
                                    

"Terkadang dengan teman kita bisa melupakan kesedihan"

Libra Anandika Prasetyo

♎♎♎

Akhirnya pertunjukan nya sudah berakhir, kini aku berada di tempat ganti baju.

"Libra mau ke kantin gak?" Tanya Tiwi, dia sepertinya menunggu ku berganti baju.

"Ayo," jawabku sambil keluar, sudah menggunakan baju kaos. Karena kali ini bebas.

"Kamu tadi keren banget," Tiwi membuka pembicaraan sambil berjalan.

"Gila banget sih tadi Libra sama Gemini, keren banget."

"Kayaknya mereka cocok deh,"

"Iya, mereka cocok bangetttt. Sweet banget deh,"

Sepanjang koridor banyak yang membicarakan pertunjukan tadi. Aku hanya diam saja, malas menyahuti.

"Eh, kak Libra!" Aku menolehkan kepala ke belakang begitu juga dengan Tiwi yang ada di sampingku.

"Emang bener ya kak Libra dan kak Gemini pacaran?" Tanya cewek itu, kayaknya dia anak kelas sepuluh dilihat dari atributnya.

Di sekolah itu untuk membedakan angkatan dilihat dari atribut yang menempel pada baju. Biru untuk kelas sepuluh, hijau untuk kelas sebelah, dan kuning untuk kelas dua belas.

"Belum," jawabku.

"Berarti masih ada peluang doang untuk jadian, aku dukung banget kalo kalian jadian." Pernyataan adik kelas itu dan langsung pergi begitu saja.

"Kepo banget sih tuh cewek," ucap Tiwi dengan nada yang tidak suka. Tiwi itu sebenernya cewek judes yang gak suka di ganggu orang lain.

"Gak papa kali Wi, sans aja." Aku menepuk pundak Tiwi dan melanjutkan jalan ke kantin.

"Emang kamu gak risih ditanya tentang privasi kamu?"

"Enggak tuh, B aja." Jawabku.

Kami melanjutkan perjalanan menuju kantin dengan tidak ada yang memulai percakapan.

Sesampainya di kantin, aku melihat Gemini yang tengah mengantri siomay. Dia juga sudah mengganti baju, aku mengamati pakaiannya dari atas sampai bawah.

Gemini menggunakan baju kaos berwarna hitam yang kegedean di tubuh kecilnya, itu malah kelihatan lucu. Dia juga menggunakan rok SMA, rambut di cempol asal, dan sendal jepit berwarna biru.

"Lib, mau beli apa?" Aku menolehkan pandangan ke arah Tiwi. Dia sepertinya tau apa yang aku perhatikan.

"Mau beli siomay?" Tanya nya lagi.

"Hhmm, ayo," jawabku sambil sok pura-pura mikir.

Tiwi sedang mencari tempat duduk kosong, sedangkan aku tengah mengantri membeli siomay. Gemini sepertinya sudah membeli siomay nya dan pergi. Karena tidak terlalu mengantri jadi aku langsung bisa memesan.

"Mang, siomay dua." Ucapku pada si Amang penjualan siomay.

"Oke siap," jawab si Amang tukang siomay sambil menunjukkan jempol.

Dua piring siomay sudah ada di genggaman, tinggal pesen minum terus duduk. Celingukan mencari Tiwi. Dan, ternyata Tiwi gabung bersama teman sekelasnya Gemini yang tengah asik makan.

"Hai," sapaku kepada semua orang yang ada di sama sambil mendudukkan diri di kursi kosong dekat Rendy -teman sekelas Gemini.

"Hai," jawab mereka semua. Di meja ini ada Rendy, Azriel si ketua kelas 12 IPA 4, Karin, Tiwi dan Gemini. Tentu saja dia ada.

"Mana?" Tiwi duduk bersebrangan dengan ku, dia menyodorkan tangan meminta siomay nya.

"Nih," sambil memberikan piring siomay ke Tiwi.

Aku duduk berhadapan dengan Tiwi di tengah, Azriel berhadapan dengan Karin di sebelah kanan, dan Rendy berhadapan dengan Gemini di sebelah kiri.

"Kalian tau gak sih, aku kasian banget. Sama seseorang," Rendy membuka percakapan yang tadi mulai sepi karena makan. Dia sepertinya sudah menghabiskan setengah nasi goreng yang dipesan.

"Tumben lu punya rasa kasian, ke siapa?" Tanya Azriel menyahuti.

"Sama Mail masa dia di tolak sama memei, sad banget jadi mail." Rendy memasang tampang sedihnya.

"Gobloknya mendarah daging," ucap Azriel sambil menggelengkan kepala dan melanjutkan makan.

"Makanannya kalo pembagian otak lu hadir," sahut Karin.

"Skiplah," ucap Gemini.

Aku yang tengah fokus pada siomay pun mengalihkan pandangan ke arahnya. Untuk sebentar retina kami saling bertatapan. Lalu Gemini memalingkannya, pipinya pasti merah.

"Kalian emang gak pada punya hati, hiks," Rendy kini beranting seolah-olah jadi orang paling teraniaya di dunia.

"Gak usah masang wajah gitu, enek gua. Bawaannya pengen nampol tuh muka," Ucap Gemini lagi. Sepertinya bakalan ada adu mulut. Aku hanya diam menyaksikan, detik-detik kedamaian akan lenyap.

"Neng Gemini jangan gitu atuh, kalo wajah Abang di tampol nanti gak ganteng lagi," elak Rendy melas.

"Muka udah kayak sempak betmen kek gitu," ujar Tiwi.

Dasar Tiwi, dia malah ikut-ikutan.

"Apa yang kalian lakukan itu jahat!" Teriak Rendy. Semua orang melihat ke arah meja kami.

"Mohon maaf teman-teman, si Rendy emang urat malunya udah putus." Ucap Azriel sambil menangkupkan tangannya memohon maaf.

Suasana kembali sepi setelah ada keributan sedikit oleh Rendy, aku memperhatikan Gemini yang telah asik menikmati siomay nya yang tinggal sedikit. Siomay ku malahan sudah habis.

"Lib, kamu udah? Kelas kuy?" Ajak Tiwi.

Aku menoleh ke arah Gemini,
"Ayo, temen-temen aku duluan ya." Pamit ku.

"Oke dah," yang menjawab malah Rendy.

"Sorry lu bukan temen gua," sahut Tiwi di sampingku samb berbalik dan berjalan santai.

Gemini, Azriel dan Karin menertawakan Rendy yang memasang wajah merah padam.

"Gemini aku duluan ya," Ucapku.

"Cie... Gemini mah spesial di ucap'innya," goda Azriel.

"Apaan sih lu, iya hati-hati." Jawab Gemini sambil melemparinya dengan sendok.

"Halah cuman ke kelas aja di suruh hati-hati," ucap Rendy remeh.

Aku berlalu dan menyusul Tiwi yang sudah hampir keluar dari kantin.

♎♎♎♎♎♎♎♎♎♎♎♎

3 part sekaligus :')

Untuk permohonan maaf karena lama banget belum update.

Insya Allah kedepannya bakalan sering update :)

Vote, Comment, and Share 😙

Libra Gemini♎♊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang