44 4 0
                                    

' Tragedi adalah bumbu penyedap rasa sebuah cerita'

Gemini Rain Alizeh 🍂

♊♊♊

"Gemini, mamah mau ngomong sama kamu." Sesampainya di rumah ternyata mamah sedang duduk di sofa.

Mamah sepertinya sedang menunggu ku?

"Iya ada apa mah," aku membuka sepatu dan menyimpannya di rak dekat pintu. Lalu duduk di sebelah mamah.

"Kamu,,," gagap mamah, dengan raut tegang.

"Iya?" Sungguh aku sangat penasaran, tidak seperti biasanya mamah mau berbicara kepada ku.

"Kamu bukan anak mamah," dengan sakalian tarikan nafas, mamah berbicara apa? Aku masih belum paham.

"Apa maksud mamah?" Tanyaku.

"Kamu bukan anak mamah dan papah, kamu adalah anak yang kami adopsi dari panti asuhan," jelas mamah. Tentu saja itu membuatku tertegun dan tidak percaya.

"Mamah pasti bohong kan? Mamah gak papa diemin aku, bersikap seolah-olah aku gak ada. Tapi aku mohon mamah jangan ngomong gitu," ucapku. Tak terasa tetes demi tetes air mata keluar membasahi pipi.

"Maafkan Mamah," ucap mamah sambil berlalu dan pergi ke kamarnya.

Lutut ku sudah tidak bisa lagi menahan bobot tubuh. Dan terduduk di lantai sambil terisak.

"Ini gak mungkin kan?" Gumamku lirih.

"Mamah pasti bohong. Iya, mamah sedang bercanda," gumamku lagi. Seperti orang gila yang sedang berbicara sendiri.

Aku lelah...

Isakan mulai keluar dan lama-kelamaan menjadi tangisan pilu.

Aku berusaha kuat, memaksa kaki untuk berjalan menuju kamar. Entahlah, hari ini sangat mengejutkan. Di sekolah aku mendapatkan tepuk tangan yang meriah, dan di rumah kenyataan yang tak pernah aku bayangkan.

Sesampainya di kamar, aku mencari kotak obat tidurku. Meneguknya tiga pil sekaligus, entah apa yang akan terjadi besok. Hari ini aku hanya ingin tidur lebih lama.

♊♊♊

"Gemini,"

"Gemini!"

Sayup-sayup aku mendengar suara mamah, dan seperti ada yang menggoyang-goyangkan tubuhku.

Tapi rasanya urat-urat tubuh susah sekali untuk digerakkan. Bahkan membuka mata saja rasanya sangat sulit.

Mamah masih saja memanggil namaku, sebenarnya aku ingin menyahut tapi sangat susah sekali.

"Ya Allah, Gemini... Maafkan Mamah," dia memeluk ku dapat kurasakan kehangatan dekapannya. Sudah lama sekali aku tidak mendapatkannya.

"Kenapa kamu minum obat tidur sebanyak itu? Maafkan Mamah..." Tangis mamah semakin histeris dan dia beranjak entah mau kemana. Tak berapa lama lagi dia kembali dan mendekap ku dengan erat.

Apa ini? Suara sirine ambulan? Mamah memanggil ambulan? Tubuhku terasa terguncang dan melayang. Aku yakin kini sudah di pindahkan ke brankar rumah sakit. Dengan terburu-buru mereka mendorongnya. Huh, badanku rasanya sakit.

Setelah itu aku sudah tidak mendengar apapun lagi, semuanya sepi dan gelap.

🍂🍂🍂

"Gemini," aku menoleh melihat siapa orang yang memanggil namaku.

"Kamu adalah perempuan hebat, bertahanlah." Suara itu muncul lagi tapi sama sekali tidak ada wujudnya. Dan dimana ini? Semuanya putih dan kosong.

"Kamu pasti bisa jangan menyerah, mamah mu sangat menyayangi mu. Dia hanya bingung saja bagaimana harus mengungkapkan perasaan sayangnya itu."

"Siapa kamu!" Teriak ku.

"Pulanglah, ada seseorang yang sedang menunggumu." Dia malah tidak menjawab ucapan ku.

"Pulanglah... Pulanglah... Pulanglah Gemini~"

🍂🍂🍂

"Hah!" Nafasku tercekat dan rasanya seperti sesak sekali. Dadaku naik turun seperti orang yang telah melakukan lari maraton.

"Gemini? Kamu sadar sayang. Dokter! Dokter!" Mamah mengelus rambutku sambil menekan-nekan bel yang terhubung dengan ruang dokter. Tak lama beberapa orang dengan baju putih masuk dan langsung memeriksaku.

"Apa ada yang sakit?" Tanya dokter itu. Sambil mengecek denyut nadiku.

"Ti... dak." Lirihku.

"Gemini sudah sadar, dia hanya perlu memulihkan energinya saja. Jangan dulu terlalu banyak bergerak dan jangan sampai kecapean," jelas dokter itu pada mamah.

"Iya dokter, terima kasih." Ucap mamah sambil membungkuk.

Hanya ada satu dokter dan dua suster yang tadi masuk ke ruangan ini. Sepertinya mereka yang menangani ku saat tidak sadarkan diri. Aku menoleh ke arah mamah yang berada di sampingku, wajah cemas dan lega kentara sekali di wajah lelahnya.

"Mamah," ucapku.

"Kenapa sayang? Kamu haus?" Dengan lembut dia menyodorkan gelas yang berisi air yang berada di nakas samping. Aku hanya meminumnya, memang benar rasanya tenggorokan ku terasa sangat kering.

"Maafkan Mamah..." Setelah menyimpan gelas berisi air yang tinggal setengah, mata mamah berkaca-kaca menatap ku.

"Mamah gak salah, ini semua salah Gemini." Ucapku cepat.

Mamah langsung membawa ku ke dekapan yang sangat erat. Seolah-olah mengatakan penyesalan yang sangat mendalam.

"Maafkan Mamah... Maafkan..." Akhirnya kami menangis dan mengeluarkan beban hati yang tersimpan sudah lama ini.

Menyalurkan kehangatan dan kasih sayang, yang sudah lama aku inginkan.

♊♊♊♊♊♊♊♊♊♊♊♊

Jangan lupa Vote, Comment and Share.😙

Libra Gemini♎♊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang