0.1

16.8K 1.1K 115
                                    

Normal pov.

     "Dadd?" panggil sosok mungil dengan rambut pirangnya.

"Habiskan sarapanmu terlebih dahulu, baru bertanya." perintahnya datar dan tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali ke arah putranya.

Yang di peringati hanya mencebik'kan bibirnya kesal. Oh ayolah, Naruto -pemuda itu- hanya ingin memberitahu, bahwa ia akan berangkat ke sekolah dengan temannya. Ralat, dengan seseorang yang tengah mendekati dirinya.

Hening yang terjadi setelah Sasuke -Daddy- memberikan perintahnya. Hingga sarapan selesai baru Naruto berani membuka suara lagi.

"Dadd, hari ini aku berangkat dengan teman. Boleh?" tanya Naruto hati-hati. Karna ia tau, Daddynya tidak semudah itu memberi izin kepadanya.

Sasuke diam tidak menjawab, ia justru melirik arloji yang melingkar di lengan kirinya. "Untuk hari ini. Selebihnya Dadd yang mengantar." jawab Sasuke datar, sambil merapihkan kemejanya.

Naruto tersenyum senang mendengarnya, dalam hati ia bersorak gembira. "Terimakasih Dadd!!" pekiknya dengan nada girang.

Sasuke tersenyum tipis, dan bangkit dari duduknya, dan berjalan menghampiri Naruto. "Dadd berangkat sayang. Belajar yang rajin di sekolah. Jangan membuat Dadd kecewa." jelasnya, dan mengecup sekilas bibir Naruto.

Lagi. Jantung Naruto berdebar saat menerima kecupan singkat dari Daddynya. Ia mengangguk dengan patuh, "baik Dadd. Naru tidak akan membuat Daddy kecewa dengan hasil pembelajaran Naru selama di sekolah." balas Naruto dengan senyum lebarnya.

Sasuke mengangguk singkat dan berjalan keluar rumah, meninggalkan Naruto yang masih sibuk mengatur detak jantungnya.

Ingat Naruto. Ia Daddymu, jangan menaruh perasaan lebih. Batinnya berkecamuk. Tidak mau terlalu berlalut, Naruto langsung mengambil tas dan berjalan keluar rumahnya. Menutup pintu, dan tidak lupa untuk menguncinya.

Naruto menunggu di teras sambil memainkan game worms zone di ponsel pintarnya. Dengan sabar ia memakan umpan yang memang sudah ada, hingga suara klakson mobil mengengagetkannya dan membuat cacing Naruto mati tertabrak.

"Ah sial!" umpat Naruto kesal. Ia melihat kedepan siapa yang berani mengganggunya. Namun kekesalan itu sirna setelah melihat siapa yang keluar dari dalam mobil.

Memasukan ponselnya ke dalam kantong celana, sebelum berlari kecil menghampiri sosok yang tengah menunggunya di depan dengan senyumnya.

Saat Naruto sudah sampai di depan sosok itu, dengan seenaknya ia memukul kepalanya. "Gara-gara kau mengagetkanku cacingku jadi mati aish!!" omelnya cepat membuat sosok yang tengah di marahi hanya terkekeh pelan.

"Bicara lagi nanti aku cium." ancam sosok itu membuat Naruto bungkam dan mengerucutkan bibirnya sebal.

"Biciri ligi ninti iki ciim." balas Naruto lucu, membuat sosok itu tertawa karenanya.

Ia mengusak rambut Naruto gemas. "Sudah. Ayo berangkat, aku tidak mau kita terlambat." ucapnya sambil membukakan pintu mobil untuk Naruto.

"Kau yang membuatnya lama Utakata!" geram Naruto langsung masuk ke dalam mobil, dan menutup pintunya keras. Membuat Utakata menggeleng pelan.

"Untung calon." gumam Utakata sebelum menyusul Naruto untuk masuk ke dalam mobil. Dan melanjutkan perjalanan menuju kesekolah.

...

Tak membutuhkan waktu lama, mengingat jarak mansion Uchiha ke sekolah Naruto tidak begitu jauh. Keduanya sama-sama keluar dari dalam mobil, hal itu sontak menjadi tontonan beberapa pasang mata yang melihatnya.

Naruto, lelaki mungil yang menjadi incaran para seme di sekolahnya. Dan Utakata, si pangeran sekolah yang sulit untuk di dekati. Banyak wanita yang iri kepada Naruto karna bisa berdekatakan dengan Utakata yang terkenal dingin.

Keduanya berjalan beriringan menuju kelas, dan beberapa kali Utakata melempar rayuan yang membuat pipi Naruto memerah karena malu.

"Nar?" panggil Utakata lembut.

Naruto menoleh ke arah Utakata masih dengan wajah yang memerah. "Hum?" jawab Naruto dengan gumam'annya.

"Kalau aku ajak menjadi teman mati mau?"

Sontak Naruto menggeleng, "tidak mau!! Seram!" tolak Naruto dengan bibir yang mengerucut.

"Lebih seram mana kalau hidupku tanpamu hm?" tanya balik Utakata yang membuat Naruto mengeluarkan pekik'kan gemasnya dan menyembunyikan wajah memerahnya di lengan Utakata.

"Aishhh!!! Sebal!!" rengeknya sambil mencubit pinggang Utakata pelan.

Utakata yang melihatnya tertawa kecil, ia mengusap rambut Naruto dan melingkarkan tangannya di pinggang ramping sang pemuda mungil.

"Masih pagi sudah pacaran! Lepas, aku mau membawa rubahku!" bentak seseorang dan langsung menarik Naruto dari Utakata.

"Ah Gaara apa-apaan kau hah!?" bentak Naruto saat tangannya di tarik paksa.

Gaara hanya memutar bola mata malas. "Lain kali kalau ingin bermesra-mesraan tau tempat. Kau tidak kasian melihat mereka yang mimisan karena tingkah cheesy kalian?" cibir Gaara membuat Naruto menggerutu.

Utakata hanya diam memperhatikan intraksi kedua uke yang berada di depannya. Menghela nafas pelan sebelum berpamitan kepada Naruto untuk menuju ke kelasnya. "Kalau begitu, aku duluan. Belajar yang rajin sayang." ujarnya dengan senyum menawan dan tangannya yang ikut andil mengacak surai Naruto gemas.

"Siap. Kau juga semangat belajarnya. Karna anak-anak kita kelak membutuhkan sosok ayah yang hebat!" setelah mengatakan itu Naruto langsung berlari meninggalkan Gaara dan Utakata yang ternganga.

Astaga manisnya rubahku. Batin Utakata dengan berbunga-bunga.

Apa benar yang berbicara tadi itu Naruto? Sepertinya aku harus memeriksa suhu tubuhnya nanti. Batin Gaara khawatir dengan sahabat kuningnya.

...

To be continue...

Sayang-sayangnya aku, bisa banyakin commentnya kan? Biar aku semangat juga lanjutnya. Dan biar aku tau, apa aja yang kurang dari cerita ini. Makasih sudah mau membacanya..

Jakarta, 16 April 202015

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, 16 April 2020
15.51 wib

Daddy! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang