Ini adalah kisah sepuluh tahun lalu
"Kalau mama tidak percaya ya sudah!" teriak gadis kecil berumur sembilan tahun itu sambil berlari keluar rumah.
Sambil menahan air matanya ia berjalan setengah berlari menuju taman kompleks. Awan gelap sedikit demi sedikit mulai melapisi langit yang cerah.
Kinan menatap ke arah langit mana mungkin aku pulang sekarang, aku kan masih marahan dengan mama batin Kian.
Rintik air pun tak mampu dibendung lagi oleh langit, Kinan bergegas menuju gazebo kecil di pinggir taman. Meringkuk dan kedinginan. Kinan merenung dan perlahan menyadari kesalahannya. Seharusnya ia tidak marah dengan Mamanya hanya karena hal sepele jadi ia tidak perlu kabur dari rumah dan terjebak hujan ditengah taman.
Kinan mulai tenggelam diantara tekukan lututnya. Tanpa ia sadari, seorang anak lelaki berlari kecil lalu duduk disebelahnya.
"Hai, aku boleh berteduh disini juga kan?" kata anak itu.
Kinan terkejut dan segera mengangkat kepalanya,
"Ah, iya silahkan. " Katanya sambil tersenyum kecil.
Kinan merasa tak asing dengan wajah anak lelaki disebelahnya, dan setelah ia mengingat-ingat anak lelaki ini adalah teman satu sekolahnya dari kelas sebelah.
"Kayanya kita satu sekolah ya? Oh, iya perkenalkan aku Deon." ucap anak lelaki itu sambil menjulurkan tangan kanannya kepada Kinan
Kan benar! batin kinan.
"Oh sepertinya benar, hai Deon nama ku Kinan!" sahut Kinan ramah sambil berjabat tangan dengan Deon.
Hujan disore itu mereka habiskan dengan bercengkerama dan saling bercerita mengapa mereka bisa terjebak hujan di tengah taman seperti ini. Deon bilang, ia habis bermain bola dengan kawan-kawannya, tetapi saat perjalanan pulang langit mulai mendung dan hanya Deon yang memutuskan untuk berteduh karena jarak rumahnya yang cukup jauh sedangkan tempat tinggal teman-temannya cukup dekat maka sempat untuk bergegas pulang. Sedangkan Kinan, ya karena sedang marahan dengan Mamanya. Seperti takdir, mulai sore itu mereka memutuskan untuk bersahabat. Sebelum pulang Deon menasihatinya untuk berbaikan dengan Mamanya.
"Ya, pasti. Terimakasih nasihatnya Deon, sampai jumpa esok." ucap kinan tanpa sadar Kinan seperti membuat janji pertemuan sepihak dengan Deon.
Kinan sangat senang karena Deon adalah sahabat laki-laki pertamanya. Kinan juga memiliki sahabat wanita bernama Emilia. Mereka sudah bersahabat sejak mereka kecil, karena orang tua Kinan dan Emil juga bersahabat. Beda dengan Kinan yang tergolong gadis cilik yang lembut, Emil adalah gadis kecil yang berkarakter lebih dewasa dan pemberani.
Keesokan harinya Kinan memperkenalkan Deon kepada Emil. Emil melihat ada yang berbeda dengan Kinan saat memperkenalkan Deon, nampak menggebu-gebu dan gembira. Namun, Emil tidak ambil pusing selagi itu tidak membuat Kinan dalam masalah. Hari demi hari Deon dan Kinan semakin akrab, sampai-sampai banya teman sekolahnya salah paham dengan mereka berdua. Dan disinilah peran Emili mulai nampak.
Hei hei! Sudahlah Deon, Kinan dan Aku itu semua berteman. Masih kecil saja pikiran kalian sudah pacar-pacaran! ucap Emili kepada teman-temannya (terlihatkan sisi dewasanya )
Kinan sangat beruntung memiliki Emili. Jujur saja sejak Deon dengan nya menuai kesalahpahaman mereka sedikit merasa canggung untuk bertemu. Padahal kalau bertemu mereka selalu bertiga dengan Emili dan hanya bercerita atau bermain-main saja layaknya anak SD pada umumnya. Begitu juga dengan Deon, ia tidak ingin memikirkan omongan teman-temannya dan selalu meyakinkan Kinan untuk bersikap biasa saja. Lambat laun teman-teman Kinan pun terbiasa dengan pemandangan Deon yang selalu bersama setiap saat, bahkan berangkat dan pulang sekolah pun mereka bersama. Padahalkan rumah mereka memang satu kompleks, sedangkan Emili tidak satu arah dengan mereka berdua jadi tidak bisa pulang dan berangkat bareng (aduh dasar anak SD haha).
-
-
-
-
-
-
-
Semangat beraktifitas teman-teman^^
maaf belum ada foto/media buat para reader. Aku mau fokus tulis dulu baru aku upload foto foto gemasnya ya hehehe