04 - Rogue.

8.7K 528 8
                                    

matahari pagi menusuk jendela kamar sepasang anak adam yang masih bergulat dibawah selimut, mengganggu waktu tidur mereka yang masih menikmati mimpinya. salah seorangnya terbangun, memiringkan badannya dan melihat wajah pria cantik disampingnya.

"jaemin, bahkan terlihat seperti ini saja kau sudah sangat cantik. aku mencintaimu."

jeno mendekat ke wajah jaemin yang masih menutup mata, mencium bibirnya sekilas dan membenarkan rambut pria cantik di hadapannya yang sedikit menutupi mata indahnya.

"eunghh.." jaemin melenguh.

dengan pelan, matanya terbuka. menatap pria di hadapannya yang sedang tersenyum ke arahnya. oh bahkan bukan saatnya jaemin berbohong kali ini. lee jeno, dia benar-benar tampan dalam situasi ini.

"kau capek hm?" jeno masih terus menatap wajah jaemin, juga memainkan rambut jaemin dengan pelan.

jaemin ingin mengutuk diri. biarkan. dirinya bahkan baru menyadari bahwa jeno, pria yang terlihat selalu memasang wajah binalnya bisa menjadi selembut ini. jeno benar-benar pria yang sangat sempurna di matanya kali ini.

"hei..."

jeno mengelus belakang leher jenjang jaemin yang masih terekspos. jaemin melamun.

"ah, sedikit."

"maaf."

jaemin sedikit mengerjapkan matanya. "untuk-- apa?"

"permainan semalam."

jeno sedikit menundukkan kepalanya. jaemin mendekat ke arah jeno, mencium bibir jeno sekilas.

"tidak apa. aku berhutang padamu, tetapi aku yang selalu memarahi dan menolak dirimu,"

"maafkan aku, lee."

jeno memeluk jaemin erat. menyembunyikan wajahnya di leher jaemin.

"tidak apa, aku mengerti."

setelahnya, jeno langsung bangun dari ranjang. mangambil bathrobe di dalam lemarinya dan mengeluarkan dua pasang baju.

"aku akan pakai kamar mandi lain, kau bisa mandi di kamarku."

jeno tak menunggu jawaban jaemin. dirinya langsung keluar dan dilanjutkan dengan jaemin yang juga pergi berbilas.

selesai dalam membilas tubuhnya masing-masing, jeno kembali ke kamarnya. melihat jaemin yang sedari tadi terdiam duduk di depan cermin.

"hei kamu kenapa?"

jaemin tersadar ketika tangan jeno yang dingin menyentuh lehernya, ia menoleh. "tidak apa-apa." jaemin menampilkan seulas senyumannya.

"kita sarapan ya?" jaemin mengangguk setuju. jeno dengan segera menggandeng tangan lembut jaemin dan menyelipkan jari-jarinya pada jari jaemin.

"eh tuan besarnya sudah bangun. nikmat semalam?"

jeno meloloskan matanya menatap kakak sulungnya yang kini sedang menuangkan susu strawberry di dapur.

"bukan urusanmu, hyung."

jaemin masih terus berdiri di balik tubuh jeno.

"oh, apa kau yang bernama jaemin?" hyung nya menatap jaemin di balik tubuh jeno. "cantik. sepertinya dia baik dalam permainan."

"jangan mengganggu pacarku hyung, dan jangan gunakan otak binalmu untuk mengotori pikirannya."

"tidak, aku tidak mengganggunya. aku hanya bertanya." lanjutnya. ia tersenyum dan kembali menatap jaemin.

jeno menyuruh jaemin untuk duduk di kursi ruang makan. "duduk disini, aku akan mengambil makanmu dulu." jaemin hanya mengangguk.

saat jeno ingin mengambilkan jaemin makan, hyung nya duduk tepat di samping jaemin.

"jaehyun hyung, jangan sentuh pacarku dan pergi dari sini sekarang juga!"

"o-ow, ketahuan."



saat ini jaemin tengah memilih pakaiannya untuk digunakan ke kampus nanti. pikiran nya masih terbayangkan kejadian semalam, tadi pagi, bahkan saat tadi di mobil yang tiba-tiba saja jeno mengucap tanpa pikir.

"kalau semisal aku udah berharap kamu buat kehidupan lanjutan nanti gimana?"

jaemin masih terdiam. dirinya merasa bahwa ada sesuatu yang harus ia lontarkan tadi. tapi mulutnya melesat memilih bungkam.

"ARGH, kenapa jadi begini?" jaemin menjambak rambutnya frustasi.

tiba-tiba suara dering ponselnya berbunyi. menampilkan nama seseorang yang sedari tadi terus ia pikirkan.

"halo jaem?"

"iya?"

"mau berangkat bareng? aku jemput kerumah."

"tidak usah, aku bisa naik bus."

"yakin?"

"iya, yasudah aku tutup."

jaemin menutup telfon nya sepihak. dalam pikirannya, ia harus menjauhi jeno sampai pikirannya benar-benar reda.



jaemin turun dari bus. matanya melongsong ke kanan dan kiri. dengan segera ia berjalan ke arah kampus yang tidak jauh dari halte bus.

saat dirinya sudah sampai di depan gerbang, mobil hitam yang ia kenal berhenti di depannya.

"johnny hyung?"

lelaki itu keluar dan langsung memeluk tubuh jaemin. dengan reflek, tangan jaemin melingkarkan ke tubuh ramping johnny.

"kapan kau balik kesini?" ucap jaemin setelah selesai memeluk hyung nya itu.

"tadi malam, aku pikir aku bisa menginap di rumahmu tapi ternyata tidak hehe. aku sampai jam 4 pagi tadi." johnny sedikit terkekeh. mata sipit yang di padukan dengan kantung mata sedikit membesar.

"kau ingin langsung ke rumahku?" johnny mengangguk. "ambilah." jaemin memberikan kunci rumah kepada johnny.

johhny langsung saja pergi dari hadapan jaemin dengan mobilnya. dan jaemin melanjutkan masuk ke dalam kampusnya yang terlihat agak sepi karena ia datang di jam makan siang. mengingat ia sedikit senang karena hari ini kuis di mundurkan menjadi pukul 2 siang.

hendak selangkah jaemin ingin memasuki kelasnya, seonggok manusia tiba-tiba menyentuh pundaknya. jaemin menoleh, matanya sedang malas untuk menanggapi cowok didepannya kali ini.

"hai, kamu udah makan siang belum?"

jaemin merotasikan matanya kesal. lagi dan lagi, cowok dihadapannya ini tidak bosan-bosan mengajaknya untuk sekedar makan siang bersama dan pergi ke toko buku.

"tidak bisa kah kau tidak menggangguku?"

cowok itu sedikit terlonjak, tapi ia tahu apa sifat yang dimiliki pria cantik didepannya.

"tidak ada kata bosan untuk sekedar mendekatimu, na jaemin."

"pergilah menjauh dariku."

"tidak sebelum kau mau ikut dengan- YAK APA YANG KAU LAKUKAN BODOH!"

jaemin menoleh ke samping nya. matanya terus menatap cowok yang baru saja meninjukan gumpalan tangannya pada kekasihnya itu.

"jangan sekali-kali kau ganggu dia, lee felix!"

amarah jeno memucak. tinjuan nya tidak kira-kira, bahkan mampu melukai ujung bibir felix yang sedikit mengeluarkan darah.

felix berdiri dan sedikit memperlihatkan senyum miring nya. "aku tidak punya urusan denganmu, bajingan!"

jeno mendekat ke arah felix. wajahnya berhenti tepat didepan wajah felix. sama hal nya, jeno tersenyum remeh.

"kau memang tidak punya urusan denganku, tapi kau berurusan dengan kekasihku!"

disparate, nomin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang