06 - Boyfriend?

5.2K 384 22
                                    

jaemin kembali mengikuti kelas setelah dua hari mengistirahatkan dirinya. tubuhnya mulai membaik, ya walaupun kadang merasa pusing tapi mau tidak mau ia harus mengikuti ujian kelas.

jaemin masuk ke dalam kelasnya. ia langsung saja duduk di kursinya dan mengeluarkan buku catatannya.

"pagi, jaemin. akhirnya kau masuk. apa kesehatanmu sudah membaik?"

jaemin menoleh mendapati mark di sampingnya. ulasan senyumannya yang manis, dan tataan rambut mark yang rapi.

"ah, pagi mark. aku sudah mulai membaik, hanya saja kadang aku merasa pusing." jaemin tertawa pelan sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"syukurlah."

jaemin tersenyum. lalu ia kembali memfokuskan dirinya untuk mempelajari pelajaran ujian nanti.

"ah iya, mark.."

"ya?"

"um, boleh aku meminjam buku catatanmu? aku belum mencatat materi kemarin."

"tentu. tetapi aku akan merevisinya sebentar di perpustakaan, apa kau ingin ikut?"

"iya. aku akan ke perpustakaan juga nanti. terima kasih, mark."

"anytime."




jarum jam menunjukkan pukul sepuluh siang. saat ini, mark dan jaemin tengah membereskan buku mereka dan akan pergi ke perpustakaan untuk belajar.

jaemin menoleh ke ujung ruangan, lelaki yang biasanya selalu mengikuti bahkan memperhatikan nya hari ini tidak menampilkan batang hidungnya.

tumben sekali jeno tidak kelihatan.

dimana dia?

apa dia tidak masuk?

"jaem, ayo." jaemin menoleh dan segera mengangguk. mengikuti langkah mark yang lebih dulu jalan di depannya.

"jaemin, aku akan bertemu dengan beberapa temanku berbeda fakultas nanti, tidak apa kan?"

"tidak apa mark."

mereka sampai di depan ruangan perpustakaan. di dalam sana, sudah ada beberapa orang yang jaemin pastikan ia teman yang mark maksud.

"cas!"

mark dan jaemin segera masuk. mark langsung saja memeluk teman-temannya.

"siapa bro? pacar? haechan di kemanain nih? eh." ucap salah satu teman mark yang sedari tadi memperhatikan jaemin.

"bukan, temen sekelas. kenalin, namanya jaemin." jaemin langsung saja menundukkan kepalanya.

"saya na jaemin, teman sekelas mark. salam kenal." jaemin tersenyum. mark langsung saja duduk dan mengajak jaemin untuk bergabung.

"kalau mau ngerjain catatan, nih. tapi diperpus aja, jangan kemana-mana. aku ada rapat sebentar dengan anak fakultas lain." mark memberikan buku catatannya kepada jaemin. jaemin mengangguk.

ia tahu, mark adalah salah satu mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi. ia sering mengadakan rapat kecil-kecilan dengan mahasiswa fakultas lain. entah tentang suatu materi, atau hanya sekedar berkumpul.

jaemin mengambil tempat duduk yang nyaman. dibawah pendingin ruangan, pikirannya mungkin akan lebih mereda. ya walaupun ia tahu, kesehatannya memang belum terlalu fit. saat jaemin hendak menulis, tiba-tiba seseorang datang mendekatinya.

"hai, aku huang renjun, mahasiswa fakultas hukum." jaemin menoleh, lelaki dihadapannya mengulurkan tangannya untuk berkenalan. jaemin langsung saja menjabat tangan laki-laki itu.

"jaemin, mahasiswa fakultas ekonomi." ujar jaemin sembari mengembangkan senyumannya.

"kau-- kesini untuk mengikuti rapat juga?"

jaemin menggeleng, "bukan aku. temanku, mark yang ikut rapat. aku hanya ingin mencatat catatan mark saja disini."

renjun mengangguk mengerti. "kau di fakultas ekonomi? sekelas dengan mark? wah, berarti kau juga sekelas dengan pacarku."

jaemin mengerutkan dahinya, "pacarmu? apa dia juga sekelas denganku? siapa?"

"um, namanya.."

"hei sayang."

jaemin dan renjun sontak menoleh. jaemin membeku, sama dengan laki-laki yang baru saja mendekati renjun dan jaemin.

"j-jen?"

"j-jaem?"

renjun menatap jaemin dan jeno. "kalian saling kenal? ah, padahal aku ingin mengenalkannya denganmu jaem. dia jeno, pacarku."

jaemin melototkan matanya, "pacar?" renjun mengangguk, "baru-baru ini. ya kan sayang?"

jeno menatap jaemin dan menatap renjun kembali, "a-ah, iya sayang."

jaemin menunduk.

ia bukannya cemburu. ia hanya sakit hati dengan apa yang baru saja ia ketahui hari ini. jaemin tahu, ia memang hanya partner sex nya jeno dalam beberapa bulan ini. tapi, kenapa dia merasa bahwa hatinya sakit?

"um, sepertinya aku harus pergi. permisi, sampai jumpa lagi renjun." jaemin langsung membereskan bukunya dan segera keluar dari perpustakaan.

"JAEMIN!"

jeno menoleh, mendapati mark yang meneriaki nama jaemin dengan keras.

cih.

"ah, sayang aku harus pergi. nanti aku akan menyusulmu."

jeno buru-buru pergi mengejar jaemin dan meninggalkan renjun dengan keadaan renjun yang menatapnya bingung.

"jaemin!"

jeno melesatkan kakinya mengejar jaemin. ia tahu, laki-laki itu tidak kuat untuk berlari dengan keras. dan tepat di ujung lorong, jaemin menghentikan larinya.

ia menangis.

bibirnya pucat. ia tahu, dengan kondisi yang masih kurang sehat ini, seharusnya ia tidak boleh terlalu banyak mengeluarkan tenaganya.

"jaem,"

jaemin menoleh sesekali menarik nafasnya. menyender pada tembok, jaemin terus mengatur nafas dan memegang dadanya.

"jaemin."

jeno langsung menghamburkan tubuhnya memeluk jaemin dengan sangat erat.

"lepas bodoh! nafasku habis!"

jeno melepas pelukannya. ia membenarkan beberapa helaian rambut jaemin yang menutupi mata jaemin. mengelap tetesan keringat yang turun membasahi wajah cantiknya.

"maafkan aku.. aku mohon maafkan aku.." jeno menunduk. ia tahu, jaemin pasti sudah sangat sakit hati. walaupun jeno tidak mengetahui perasaan tentang cintanya jaemin, jeno tahu betul pasti hati jaemin tengah menggebu-gebu karena sakit.

"kubilang lepaskan aku!" jaemin meronta. ia ingin menangis kali ini. tubuhnya sesak, kepalanya sedikit pusing dan bibirnya gemetar.

jeno mengadahkan wajah jaemin menghadap wajah jeno. ia tersenyum. jeno menangkup pipi jaemin dengan kedua tangannya, sebelum mata lelah jaemin tertutup.














disparate, nomin.

disparate, nomin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang