6

2.5K 191 7
                                    

Cika mengambil kunci dublikat lamari dekat daput ia terpogoh pogoh menuju gudang"ardi kamu menjauh dari pintu bunda mau buka pintunya"teriak cika"ardii"pekiknya, ia berjongkok, ia sedikit menggoyang tubuh ardi

Ardi mengliat tak nyaman, netranya pertama kali melihat sang bunda yang tengah menangis, ia tersenyum tipis lalu tangan lemasnya menghapus air mata sang bunda"kamu nggak papa kan"

Ardi menggeleng pelan ia berusha untuk duduk"bunda nggak usah kawatir, ardi nggak papa kok"

"bunda bantui ke kamar yuk"ardi mengangguk, cika membantu ardi berdiri saat mau naik ke anak tangga narti membantu cika memapah ardi

Ardi berlahan lahan duduk dikasur empuknya, sepatunya dilepas narti"ya ampun den ini pergelangan kaki aden kenapa bisa kayak gini"ucap narti kaget karena melihat pergelangan kaki ardi membiru

Bukan hanya narti yang terkejut cikapun sama melihat kaki ardi yang membiru"ini kok sampai kayak gini dek"ardi menunduk tak berani mengatakan apapun"ardi jawab bunda kamu di apain sama abang kamu"

"bunda percaya sama aku"

Cika menghembuskan nafas kasar"iya bunda percaya sama kamu, kamu tadi di apain aja sama abang kamu"cika membuka perban di rahang ardi karena perbanya sudah kotor"sampai di jahit di"ardi mengangguk

Ardi mulai menjelaskan kejadian tadi di sekolah tanpa ada dilebih lebihkan atau kurang walau sedikit susah karena memakai bahasa isyarat
"maaf kacamatanya rusak lagi"

"nggak papa bunda masih ada cadanganya waktu itukan bunda beli double"Cika pasrah dengan kelakuan anak sulungnya itu dia tak berhenti hentinya bikin adiknya sengsara"bunda siapin makan buat kamu dulu, ganti baju aja nggak usah mandi badan kamu anget lagi nih"ardi mengangguk

*_____*

Brakkkk
Ardi terlonjak kaget karena pintu dibuka paksa oleh ardo, ia tak tau ardo ke kamarnya berniat apa, karena ini masih sangat pagi ia pun baru saja menunaikan kewajibanya sebagai umat muslim

Ardo menatap ardi dengan tatapan mematikan membuat nyali ardi semakin menciut"nanti lo berangkat pagi pagi dan bersihin lapangan indoor jangan ada tau kalau lo yang ngerjain ngerti!"

Ardi hanya mengangguk takut, kalau menolakpun pasti ardo akan marah besar dan bilang gibran yang pasti ardi yang selalu disalahkan walau sebenarnya ardo yang salah

"bagus"ardo tak ingin berlama lama di kamar orang yang ia benci langsung saja ia melenggang pergi

Sekitar pukul 5.37 ardi kaluar kamar dan pangsung menuju ke meja makan yang masih sangat sepi itu keluarganya mungkin masih di kamar, narti menghampirinya"mas ardi jam segini kok udah turun, mau sarapan sekarang"

Ardi mengangguk"sarapanya udah siap bik"

"udah mas mau nasi atau roti"

Hari inikan ia harus mengerjakan hukuman ardo kalau ia makan roti aja pasti bakal lemas"nasi aja bik"

"yaudah saya siapin dulu ya"ardi mengangguk

Tak lama kemudian narti membawa sepiring nasi bersama teman temanya dan segelas susu"ini mas dimakan, mau berangkat sekarang apa nanti mas"

"sekarang"

"yaudah saya ke depan dulu mau bilang pak gun kalau mas ardi mau beramgkat pagi"

Ardi mengangguk menyetujuinya, ia menyuapkan nasinya ke mulutnya dengan nikmat

"loh ardi sekolah"tanya cika baru saja datang

Ardi menoleh lalu mengangguk"bunda kira kamu nggak sekolah, jam segini kok udah rapi gini mau berangkat sekarang"

why I'm different Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang